2. Tamu

3.6K 311 42
                                    

"Duh, ini gue dimana sih? Kok gue ada disini? Kaki gue nyangkut huwaaaa."

.
.
.
.
.



"KAK TAUFAN!"

Pagi yang indah di rumah elemental, si bungsu dengan emosi yang menggunung berjalan menghampiri meja makan tempat dimana ttm sedang duduk sambil ketawa-ketiwi soal gosip dari lambe turah elemental, Taufan.

"Apa si sol? Nganggu kami lagi ngerumpi tau." sahut si pemilik nama dengan raut santai yang membuat emosi Solar makin bertambah hingga akan meledak.

"Kakak kemarin nolongin aku ambil salah satu tabung biru kan?" tanya Solar lembut.

"Tabungnya biru apa? Tua? Muda? Balita?" sahut rival abadi dari blaze, Ice.

Taufan mengangguk, "Warna biru tua, soalnya kan Solar gaada ngasi tau spesifiknya kayak gimana." ucap Taufan polos yang hampir mirip dengan Thorn.

"Kayaknya kakak salah kasi deh." bisik Blaze.

"Harusnya kakak pakai yang biru muda, kalau kata aku si semoga dipermudah." bisik Thorn dengan nada khawatir didalamnya.

Si bungsu elemental itu tersenyum mengerikan, matanya yang tertutup kacamata visor mulai berkilat marah sebelum berganti menjadi kilatan khawatir yang membuat Blaze dan Thorn hampir jatuh pingsan.

"Gimana nih, Kak Gempa, kak Hali."

Solar berjalan menuju dapur, menghampiri si sulung dan kakak ketiganya yang terlihat sedang menyiapkan sarapan buat mereka.

"Kamu kenapa, Solar? Tumben panik kayak gitu?" tanya Gempa sambil menghampiri adik bungsunya itu.

"Kayaknya kita bakal kedatangan anggota tambahan." ucap Solar dengan nada panik yang kentara.

"Apa?!"

~~~~
.
.
.
.
.
.
.
.

"Gempa?" panggil si pemilik manik biru tua dengan wajahnya yang dipenuhi rasa bersalah.

"Maafin kakak Gem, demi apapun kakak ga ada niatan buat ngehancurin eksperimen Solar. Kakak pure bantuin doang kok."

"Hufftt... Udah lah kak, udah kejadian juga. Sekarang yang terpenting, kita harus cari keberadaan mereka, bisa jadi masalah besar kalau seandainya mereka jatuh ketangan orang yang ga bertanggung jawab. Aku bakal minta izin sama komender buat ngasi kita cuti selama beberapa waktu, dan aku juga bakal minta bantuan mereka soal masalah ini." ucap Gempa sedikit lirih. Manik emasnya terlihat sedikit khawatir dan lelah sekarang, hal itu membuat Taufan bergerak untuk memeluk si adik yang di elu-elukan sebagai pemimpin elemental.

"Maaf ya, kakak malah nambah beban kamu lagi." lirih Taufan sambil mengeratkan pelukannya pada Gempa, tangannya ia bawa keatas kepala Gempa yang bersender dengan nyaman didadanya untuk ia elus.

Gempa hanya mengangguk sambil tersenyum, ya, inilah mereka. Sebesar apapun masalahnya mereka pasti akan menyelesaikan dengan cara aneh yang membuat mereka kembali baik seperti semula.

Dan, ini adalah cara seorang Taufan meminta maaf pada seluruh adik-adiknya terkhusus pada Gempa. Lelaki biru itu akan memeluk sang adik dengan erat sambil mengelus rambutnya dan menggumamkan kata maaf hingga Gempa tertidur dalam pelukannya, begitu juga pada adiknya yang lain. Ia akan membelikan coklat untuk mereka sambil meminta maaf dengan senyum tulus diwajahnya.

Taufan terus-menerus mengelus rambut Gempa hingga si pemilik rambut mulai terlena, nafas Gempa mulai bergerak secara teratur dengan matanya yang mulai tertutup, Taufan tersenyum kecil. Mengangkat tubuh sang adik dengan perlahan dan meletakkannya di kasur dengan aman, "Selamat tidur, ketuanya elemental."

Elemental parents and fusion? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang