Sudah dua tahun menjalin hubungan dengan seorang wanita yang dia cintai. Tidak ada yang berubah, sejauh ini hubungan mereka baik-baik saja. Ya meski terkadang ada saja hal yang menyebalkan.
Universitas Nusantara. Menjadi Universitas unggulan bahkan universitas favorit bagi kalangan calon mahasiswa. Tapi tidak mudah untuk masuk ke universitas tersebut, selain membutuhkan biaya yang besar, nilai akhir sekolah juga menjadi penentu.
Tidak sulit bagi seorang Ziandra Alvaro laki-laki itu dengan mudah masuk ke universitas nusantara karna nilai-nya yang tinggi dan mampu menembus nilai yang sudah di tentukan oleh universitas tersebut. Selain Zian, Amora Alvira wanita cantik itu juga mampu menembus nilai universitas nusantara.
Mereka dua sejoli yang selalu bersama. Dimana ada Zian, maka di situ ada Amora. Mereka sudah dua tahun menjalin hubungan, cinta mereka semakin dalam hingga keduanya sama-sama memiliki sifat posesif.
Jika biasanya para mahasiswa datang ke kampus mengendarai mobil atau motor, beda hal-nya dengan mereka berdua. Mereka menggunakan skateboard terkadang mereka juga memakai sepatu roda. Aneh, ya! Mereka memang aneh, padahal mereka anak orang kaya, tapi ya begitulah mereka selalu ada saja tingkahnya.
"Ra, pegangan!" seru Zian menjulurkan tangannya ke Amora. Dengan senang hati Amora menerima uluran tangan dari Zian.
"Awas, hati-hati!" ucap Zian.
Mereka mengayun skateboard dengan pelan, tangan mereka bergandengan di sepanjang perjalanan.
"E-eh!" Tiba-tiba saja Amora meloncat dari skateboard dan hampir saja tersungkur jika Zian tidak cepat menahan tubuh-nya.
"Kenapa sih, Ra? Jangan berhenti mendadak gitu, bahaya tau. Lo gak liat kendaran banyak lalu lalang." bukan marah, hanya saja Zian khawatir dengan Amora.
"Iya maaf." Amora mengambil skateboard miliknya yang terbalik.
"Nenek itu mau nyebrang deh kayaknya, kita bantuin yuk!"
Zian mengikuti arah tunjuk Amora, laki-laki berkemeja hitam itu mengangguk setuju lalu menenteng skateboard-nya.
Menyebrang jalan dengan pelan dan was-was, kendaraan yang begitu banyak membuat mereka ekstra hati-hati dan ini juga menjadi alasan kenapa Nenek itu belum juga bisa menyebrang.
"Nek, Nenek mau nyebrang?" tanya Amora setelah menghampiri Nenek tersebut.
"Iya, neng. Tapi Nenek takut." jawabnya.
"Yasudah, Amora bantu ya!"
Amora menggandeng tangan Nenek itu, sedangkan Zian jalan terlebih dahulu untuk menghentikan beberapa pengendara yang akan melintas.
Sesampainya di sebrang jalan, Nenek tersebut mengambil sesuatu dari keranjang yang tadi dia tenteng. Amora dan Zian saling tatap, pasal-nya Nenek itu terlihat kesulitan untuk mengambil sesuatu itu.
Zian melotot saat melihat dua jagung yang Nenek itu keluarkan. Apa jangan-jangan Nenek itu ingin memberi mereka jagung? Ya, itu yang sekarang Zian pikirkan.
"Tadi Nenek baru panen jagung di kebun, dan ini untuk kalian berdua sebagai tanda ucapan terimakasih Nenek karna kalian sudah berbaik hati membantu Nenek."
Amora nyengir, tapi meskipun begitu Amora menerima jagung pemberian Nenek tersebut. "Terimakasih, Nek." ucap Amora.
Begitupun Zian, dia juga menerima jagung tersebut. "Terimakasih, Nek."
"Kalau begitu Nenek pulang dulu ya! Kalian hati-hati."
"Iya, Nek."
Setelah Nenek itu menjauh, Amora membuka sedikit kulit jagung untuk mengintip biji dalamnya.