Zian masih belum paham kenapa Amora sedari tadi memasang wajah cemberut. Jus jeruk yang dia pesan-pun hanya di aduk-aduk tanpa di seruput. Laki-laki itu berdehem, menjauhkan jus seruk tersebut lalu menggenggam kedua tangan Amora di atas meja.
"Kenapa Sayang, hm? Ada masalah apa?" tanya Zian lembut.
"Gue kesel sama Lona. Dia suka sama lo, dan pasti dia akan ganggu hubungan kita." jawab Amora.
"Biarpun dia cinta sama gue, tapi gue gak cinta sama dia." Zian menempelkan telapak tangan Amora di dadanya. "Jantung gue berdegup dua kali lebih cepat hanya dengan menggenggam tangan lo. Itu artinya rasa cinta gue begitu dalam, dan gak ada siapapun yang bisa menggantikan posisi lo."
"Bener?"
"Iya sayang. Apa selama dua tahun kita pacaran gue pernah ngelirik cewe lain? Apa pernah gue mengobrol lebih dari lima menit dengan cewe lain?"
Amora menggeleng. "Enggak sih, tapi tetep aja gue gak suka kalau ada cewe yang berusaha deketin lo."
Zian menyandarkan kepalanya ke pundak Amora, mengelus punggung tangan Amora dengan lembut. "Gue cinta sama lo, Al. Sampai kapanpun gak akan berubah. Setelah kita lulus nanti, gue janji gue akan nikahin lo."
"Lo harus tepatin janji itu, gue gak mau liat lo nikah sama cewe lain. Dan kalau itu benar terjadi, gue gak akan datang bahkan gue gak mau liat muka lo lagi."
Zian tersenyum kecil. "Iya sayang."
Tidak jauh dari sana ada Aldo yang sedari tadi mendengar semua obrolan mereka, dan disana juga terdapat Revald yang juga tidak sengaja mendengar karna sedari tadi dia menikmati es teh seraya mengerjakan tugas kuliah.
Aldo berdecih, Tangan kanannya ia masukkan kedalam saku celana. "Bucin banget." ucap Aldo lalu pergi dari sana.
Revald menoleh sekilas ke sepasang kekasih tersebut. "Gwenchana." batin Revald mengingat dirinya jomblo.
Amora baru ingat, tadi dia mencari Zian karna dia ingin memberitahu kalau bulan depan dia akan bekerja di perusahaan Zero sebagai karyawan magang.
"Sayang!" panggil Amora.
"Hm, kenapa?"
"Gue ikut program mahasiswi magang bulan depan."
"Bagus dong." jawab Zian. "Emangnya, lo magang di perusahaan mana?"
"Erga Company."
"Ha?" wajah Zian terlihat sedikit kaget. "Perusahaan Zero dong."
Amora mengangguk. "Iya. Lo gak pa-pa kan?"
"Ya gak pa-pa sih, tapi emangnya gak bisa ya pindah perusahaan?"
"Enggak bisa Sayang. Pak Deni yang nentuin perusahaannya."
Zian menghembuskan nafas panjang. "Yaudah deh. Tapi jangan macem-macem ya!"
"Iya."
Zian mengacak gemas rambut Amora hingga sedikit berantakan. "ih jangan dong, gue baru nyalon tau."
"Nyalon jadi apa?"
"Bukan nyalon jadi apa, Tapi salon gitu lho maksudnya."
"Iya iya paham."
.....
Anya berdiri di depan mobil miliknya, memainkan ponsel sembari menunggu Amora yang masih ketoilet tadi.
Wanita itu menoleh saat seseorang berdiri di depannya dengan wajah songong menyebalkan. Ingin sekali Anya menepuk wajah Lona menggunakan sendal.
"Ngapain lo?" sinis Anya, dia tau kalau Lona berusaha mengejar Zian.
"Gue denger kelas management di adain program magang, emang bener?"
"Hm, bener."
"Amora ikutan gak?" tanya Lona sedikit pelan.
"Kepo banget sih lo, mending lo fokus ke jurusan sastra lo itu."
"Gue nanya doang kali."
"Gak usah nanya-nanya sama gue, gue males ngomong."
Lona memutar bola matanya malas lalu melangkah pergi dari sana. Tidak lama Lona pergi, Amora datang menghampirinya.
"Itu si Lona ngapain?" tanya Amora menatap punggung Lona singkat.
"Biasalah, ngepoin lo." jawab Anya.
"Lo gak bocorin apa-apa, kan?"
"Ya enggak lah, Ra."
"Bagus deh."
Anya membuka pintu mobil-nya. "Eh, lo mau pulang sekarang kan?" tanya Anya sebelum dia masuk kedalam mobil.
"Iya."
Anya menatap arah koridor kampus. "Zian gak barengan sama lo?"
"Dia masih ada kelas, makanya gue pulang duluan. Nungguin dia lama." jawab Amora membuat Anya mengangguk paham.
"Yaudah yuk pulang!"
Mereka masuk kedalam kendaraan masing-masing. Belum sempat Amora menjalankan mobil, tiba-tiba Aldo masuk kedalam mobilnya dengan terburu-buru.
"ih ngapain sih lo?" Amora mengelus dadanya yang kaget.
"Numpang ngumpet sebentar." jawab Aldo.
Amora menatap arah luar, dia melihat mahasiswi yang berpakaian seksi serta dandanan menor. Wanita itu celinga celingu seperti mencari sesuatu.
"Keluar sana! Di cariin pacar lo." Amora mendorong tubuh Aldo.
"Dia bukan pacar gue."
"Ya terus ngapain tuh si kitty nyariin lo?"
"Fans." jawab Aldo.
"Udah ah sana keluar! Gue mau pulang."
Aldo membekap mulut Amora saat Kitty berdiri di samping pintu mobil sebelah Amora. Laki-laki itu membungkukkan badannya bersembunyi di balik tubuh Amora.
Kitty mengintip kedalam kaca mobil, lalu tersenyum singkat ke Amora yang juga melihatnya.
"Sana keluar! Kitty udah pergi."
Aldo menatap ke arah luar, setelah di pastikan kitty menjauh Aldo menghela nafas lega.
"Nunggu apa lagi? Sana keluar!" usir Amora.
"Iya iya, galak banget."
Aldo keluar dan menutup pintu mobil Amora begitu keras sehingga menimbulkan. Bunyi yang cukup nyaring membuat Amora kaget.
"Woy, Aldo! Kalau mobil gue rusak lo ganti." pakik Amora.
"Bodo amat." jawab Aldo lalu melangkah pergi.