Bagian 8

31 1 0
                                    

Dari kejauhan Aldo memperhatikan Amora yang tengah duduk seorang diri di perpustakaan. Wanita itu terlihat begitu fokus memainkan jemarinya di atas laptop, sesekali dia membuka buku yang berada di tumpukan sebelahnya.

Entah apa yang saat ini Aldo rencanakan hingga bibirnya tersenyum tengil, sepertinya dia akan membuat Amora kesal atau lebih dari itu.

"Apaan tu?" tanya Aldo pada salah satu mahasiswa yang lewat di depan perpustakaan.

"Ular mainan." jawabnya.

"Minjem dong."

"Buat apaan?"

"Udah minjem bentar doang, gue balikin nanti."

Laki-laki berkacamata itu menyerahkan ular mainan miliknya. "Ambil aja, lagian tadi gue juga dapat dari tong sampah." ujarnya lalu melangkah pergi.

Aldo menyengir jijik. Bisa-bisanya laki-laki itu memungut barang yang sudah berada di dalam tong sampah. Ah biarkan saja, sekarang Aldo harus membuat Amora kesal.

Perlahan kedua kakinya melangkah mendekat ke arah Amora, sedangkan gadis itu masih fokus mengerjakan tugas dan sesekali mengecek ponselnya.

"Amora, awas! Ular." pekik Aldo melempar ular mainan tersebut ke arah Amora.

Reflek Amora berteriak histeris, beranjak dari tempat duduknya dan langsung memeluk Aldo dengan kedua mata terpejam.

Tubuh Aldo menegang saat menerima pelukan mendadak dari Amora, kedua matanya terbelalak serta mulut yang bungkam.

Dari kejauhan Lona tersenyum miring saat dia mendapatkan potret Amora yang tengah memeluk Aldo. Ini akan dia jadikan senjata untuk merusak hubungan Amora dengan Zian.

"Ra." Aldo menepuk punggung Amora pelan.

Amora membuka kedua matanya, menyadari dia tengah memeluk Aldo wanita itu langsung menjauhkan tubuhnya.

Uhuk uhuk

"Eh, lo kenapa?"

Amora menepuk dadanya, memberi isyarat ke Aldo kalau permen yang tadi dia emut nyangkut di tenggorokannya.

Dengan cepat Aldo menepuk punggung Amora, percobaan pertama tidak berhasil. Aldo melingkarkan kedua tangannya di perut Amora lalu mengangkat tubuh gadis itu.

Amora menghela nafas lega, menyandarkan tubuhnya di tembok. "Thanks!" ucapnya.

Ular yang tadi terlempar ke arah nya tidak bergerak membuat Amora mengerutkan dahinya heran. Pasalnya sedari tadi ular itu tidak berpindah tempat padahal dia sangat berisik.

"Kok ularnya gak gerak?" Amora mendekati ular tersebut.

Suara gelak tawa membuat Amora sadar kalau dia sedang di kerjain oleh Aldo. Kedua tangannya mengepal, tatapannya tajam siap memangsa siapa saja yang mengganggunya.

"Aldo!" pekik Amora.

Bugh, tanpa ragu Amora meninju perut Aldo hingga laki-laki itu meringis kesakitan.  Belum berhenti sampai di situ, Amora menjewer telinga Aldo hingga membuat Aldo meringis dan meminta ampun agar jeweran itu di lepaskan.

"Ampun, Ra. Maaf!" ucap Aldo.

"Gue gak terima ya lo kerjain gitu." Amora semakin mengeraskan jewerannya.

"Iya iya gue salah, gue minta maaf."

Dengan kesal Amora melepas jeweran tersebut, Telinga Aldo terlihat memerah akibat jeweran yang begitu kuat.

Di koridor sekolah, Zian mendengus saat Lona menghalangi langkahnya. Apa tidak bisa Lona berhenti mengganggunya? Padahal sudah jelas kalau Zian tidak akan berpaling dari Amora apapun masalahnya.

Hello, nikah yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang