0.0

1.2K 134 11
                                    

Menunggu adalah sebuah kegiatan yang dibenci oleh hampir semua orang. Termasuk gadis dengan kulit seputih susu yang sedang berdiri di lantai dasar gedung parkir bandara dengan tiga koper besar mengelilinginya. Telinganya tersumpal airpods untuk mengusir rasa sepi juga rasa bosan.

Ini pertama kalinya ia menginjakkan kaki di Jakarta setelah 3,5 tahun fokus menempuh pendidikannya di Bali. Ia memutuskan untuk mencoba hidup mandiri meninggalkan fasilitas lengkap yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Ya walaupun sama saja sebenarnya karena ia akan menikmati fasilitas milik kakak sepupunya, contohnya Mazda CX-3 dengan plat C 4551 E yang kini berhenti tepat di depannya.

Gadis itu tersenyum girang, tubuhnya meloncat-loncat seperti anak kecil yang membuat beberapa orang di bandara gemas. Seorang gadis dengan pakaian kantornya berlari memeluknya.

"Kakaaakk"

Si kakak terkekeh, "Iya adek cantik. Nunggu lama ya?" Kedua gadis berbeda usia itu mengurai rengkuhan rindunya.

"Lama, tapi nggapapa soalnya dijemput kak Aca!" Jawabnya manja. Begitulah prinsip Naoki. Di hidupnya harus ada baba dan mama, jika baba dan mama tidak ada di sekitarnya, maka harus ada kak Aca.

"Maaf ya, tadi kakak harus beliin titipan makan siang bos kakak dulu baru ke sini." Jelas si kakak.

Aca memanggil seorang security untuk membantunya memasukkan koper milik si adik ke dalam mobilnya, tak lupa ia memberi tip kepada security tersebut.

"Gimana kabar baba sama mama, Na?" tanya Aca ketika mobilnya sudah kembali melaju di jalan raya.

"Baba sama mama sehat. Mama juga bawain banyak titipan buat kakak sama daddy, mommy." Jawab si kecil antusias. Gadis itu memang manja. Orang tuanya sempat khawatir kala menghadapi keras kepala Naoki yang ingin mencari kerja di Jakarta.

Kata Naoki begini "Aku udah bela-belain sekolah TK dari umur 3 tahun biar bisa satu kelas sama kak Aca walaupun dia masuk SD aku masih TK. Tap ikan kita masih satu sekolah. Aku SD sampai kuliah juga bareng kak Aca walaupun lulusnya beda. Jadi aku mau satu kerjaan juga sama kak Aca! Pokoknya Nao mau ke Jakarta ikut kak Aca!" begitu katanya kepada baba dan mama. Alhasil kedua orang tua Naoki mengizinkan dan menitipkan Naoki pada keluarga Aca.

"Nanti kita ke rumah dulu ya dek. Apart yang kita tempatin belum sempet diberesin."

Naoki mengangguk lucu. Naoki memang sudah dianggap adik kandung oleh Aca, mengingat ia adalah anak bungsu yang menginginkan seorang adik. Namun mommy-nya tidak dapat memberikannya adik. Sehingga pada saat Naoki lahir, Aca kecil meminta orang tuanya untuk pindah ke Bali. Namun hanya ia dan sang ibu yang pindah, ayahnya tetap di Jakarta mengurusi frima yang baru saja ia rintis.

Usia Aca dan Naoki hanya terpaut satu tahun dua bulan, tetapi perbedaan sikap di antara keduanya terlihat jelas. Aca yang lebih dewasa dan mandiri serta Naoki yang cenderung lebih manja.

"Kakak abis ini masih mau balik ke kantor?"

"Iya dong Nao, kan jam kerjanya belum abis. Nanti kamu di rumah sama mommy ya?"

"Huum, aku mulai training minggu depan ya kak?" Naoki berbicara tanpa mengalihkan pandangannya dari sang kakak yang terlihat keren di matanya. Menjadi wanita mandiri seperti Aca merupakan cita-cita Naoki. Aca terlihat keren di mata Naoki dengan setelan kantornya serta dirinya yang menyetir mobil sendiri.

"Iya, trainingnya di mulai minggu depan. Kamu udah siap kan?" Aca menoleh ke arah Naoki saat lampu merah.

Naoki mengangguk, "Siap kok kak aku. Kan biar bisa jadi wanita karir kaya kak Aca! Oh iya kak, bosnya serem ngga kak?"

Aca tampak berpikir sejenak, ia menipiskan bibirnya. "Emmm, kalau manajer divisi kamu sih engga, tapi kalau bos besar yaaa gitu..."

"Ihhh gitu gimana? Suka marahin bawahan ya kak? Nanti kalau aku buat kesalahan langsung dipecat ya kak? Ih takut."

Aca dibuat tertawa dengan raut wajah Naoki yang cepat sekali berubah. "Engga adek, marahnya kalau buat kesalahan fatal aja dan ngga langsung dipecat kok. Tapi dia sedikit bahaya buat perempuan, jadi kamu sebisa mungkin hindari dia, ok?"

Naoki mengangguk patuh. Di otaknya masih berpikir, bahaya untuk perempuan itu seperti apa? Tidak mungkin kan jika bos besar perusahaannya itu seorang kriminal?

 Di otaknya masih berpikir, bahaya untuk perempuan itu seperti apa? Tidak mungkin kan jika bos besar perusahaannya itu seorang kriminal?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yoshio Nakano (baba)

Yoshio Nakano (baba)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wendy Liu (mama)

Jonas Williams (daddy)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jonas Williams (daddy)

Chantika Maharani (mommy)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chantika Maharani (mommy)

An; please tinggalin jejak, semoga kalian suka cerita aku yang ini. Sambil nunggu ini update, yuk bisa mampir ke cerita sebelah-!

live a lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang