12 Chaos

465 82 7
                                    

“Kakak tanya, sejauh apa hubungan kalian?” Ulang Acha sekali lagi.

Gadis itu tak sengaja melihat seorang gadis yang mirip dengan sang adik masuk ke dalam ruangan bos besarnya. Rasa curiganya menjadi-jadi. Sebelumnya ia curiga karena bekal yang berada di atas meja milik Gema mirip dengan bekal yang adiknya siapkan untuk dibawa ke kantor.

Ditambah tadi pagi ia bertanya kepada Willona perihal lembur yang beberapa hari lalu menjadi alasan adiknya berangkat lebih pagi dan pulang terlambat. Namun Acha malah dibuat terkejut karena jawaban Willona yang mengatkan bahwa divisinya tidak ada lembur selama satu minggu ini.

“Ini? Ini yang bikin kamu bohong sama kakak soal lembur? Kamu ngga cuma bohongin kakak, tapi kamu juga bohongin mommy dan daddy!” lanjut Acha mengebu-gebu.

Melihat Naoki yang terdiam membisu, Gema berdiri. Ia tarik Naoki untuk berlindung di belakang tubuhnya.

“Soal kebohongan Naoki, itu karena saya. Saya yang jemput dia pagi-pagi dan bawa dia dinner Senin lalu. Jadi saya minta maaf” ucap Gema.

“Iya! Emang ini semua itu gara-gara bapak!! Adik saya jadi suka bohong gara-gara bapak!” Acha dorong pundak Gema.

“Gak usah kamu berdiri di belakang dia.” Tangan Acha menarik lengan Naoki dengan sedikit kasar.

Naoki hanya bisa menunduk. Ia tahu bahwa ia sudah melanggar semua larangan sang kakak. Ia tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti ini dari Acha. Naoki tidak pernah membayangkan Acha akan marah besar kepadanya seperti saat ini.

Kini kedua tangan Acha bertengger pada pundak bergetar Naoki. “Lihat kakak, sejauh apa kamu sama dia? Jangan bilang kalau malam itu kamu ngga tidur di appart Willona tapi kamu tidur di appart pak Gema?!! Jangan bilang kalau kissmark yang ada di leher Gem aitu kamu yang buat! Ayo ngomong Naoki!!” Acha mengguncang tubuh Naoki.

Lagi-lagi Gema menarik Naoki agar terlepas dari cengkraman Acha.

“M-maafin Naoki.. m-maaf ka-lo Na-Naoki ngga nurutin u-ucapan kakak..” Naoki berucap susah payah karena dirinya menangis sesenggukan.

“Kenapa?! Kakak udah bilang jangan dekat-dekat sama pak Gema! Lihat sekarang. Baru dua minggu kamu kerja tapi kamu udah lakuin hal gila sama pak Gema!!”

“Wow, saya gak tau kalau rasa gak suka kamu ke saya sebesar itu, Cha.” Ucap Gema.

“Saya emang gak suka sama sifat bapak yang pemain! Kenapa harus adik saya, pak?! KENAPA?!”

Gema mengusap wajahnya. Kini dua gadis di hadapannya menangis. Ia bingung harus berbuat apa.

“Oke, jadi begini. Saya bawa Naoki ke apartemen karena saya gak bisa masuk rumah kamu. Rumah kamu kosong dan Naoki gak bawa kunci. Saya telpon kamu dan Leo, tapi sepertinya kamu dan Leo sedang melakukan kegiatan lebih dari yang Naoki perbuat kepada saya. Jadi ada andil kamu di sini.” Jelas Gema.

“Maksud bapak? Adik saya gak mungkin berbuat yang tidak-tidak terhadap bapak! Pasti bapak yang sudah hasut adik saya!”

“Dang. Seburuk itu sifat saya di mata kamu? Adik kamu mabuk. She did it. Semua kissmark ini adalah hasil karyanya. Saya gak sebrengsek itu untuk memanfaatkan gadis yang lagi mabuk. Kamu bisa cek tubuh adik kamu. Kamu juga bisa lihat cctv apartemen saya jika kamu mau. Saya siap dilaporkan atas dugaan pelecehan seksual jika memang saya terbukti memaksa adik kamu melakukan itu semua.” Final Gema. Lelaki itu memilih pergi meninggalkan ruangannya.

“Bener yang dibilang pak Gema?” Tanya Acha.

Naoki hanya menganggukkan kepalanya. "Na-na minta m-maaf sama kakak.."

“Kakak kecewa sama kamu.” Acha berbalik meninggalkan ruangan si bos besar.

❀❀❀

“Sekian meeting hari ini. Silahkan lanjutkan pekerjaan kalian.” Gema berdiri dari kursinya. Berjalan keluar diikuti oleh karyawan divisi keungan beserta sang sekretaris.

“Pak Gema.” Naoki memberanikan diri untuk memanggil lelaki itu. Gadis itu sengaja berjalan paling akhir untuk mengajak Gema berbicara.

Gema berbalik. Raut wajah serius yang sedari tadi ditampilkan oleh lelaki itu membuat siapa saja berpikir dua kali untuk mengajaknya mengobrol. Sebab terlihat jelas bagaimana pusingnya si bos besar menangani masalah kali ini.

“Ada perlu apa Naoki?” Tanya Gema.

“Eum..” Naoki hanya bergumam. Netranya melirik sekretaris Gema yang masih berdiri di samping bosnya itu.

Gema yang mengerti pun memerintahkan sang sekretaris untuk pergi terlebih dahulu “Zoya, kamu bisa kembali ke ruangan. Jangan lupa siapkan berkas untuk meeting selanjutnya, minta di Acha.”

“Baik pak.”

“Mau bicara apa? Lima menit, setelah ini saya harus meeting dengan petinggi perusahaan yang lain.”

Gema menatap lurus pada netra sehitam jelaga milik Naoki. Gadis itu menarik nafas dalam-dalam.

“Saya minta maaf sama bapak karena kesalahan saya bapak jadi dimarahin sama kak Acha. Saya juga minta maaf sudah mempersulit dan menambah masalah bapak hari ini. Saya minta maaf sudah mendiamkan bapak kemarin-kemarin. Saya juga minta maaf-”

“Stop. Cukup kamu bilang minta maaf minta maaf. Ini bukan salah kamu sepenuhnya.” Gema menghela nafas.

“Kembali ke ruangan. Kamu masih karyawan training, banyak yang harus kamu pelajari lagi. Laporan hari ini kamu bisa kirim via email.” lanjut Gema.

Naoki menatap punggung Gema yang semakin menjauh. Dirinya benar-benar ingin menangis. Ia menyalahkan dirinya karena sudah membuat kekacauan hari ini.

Banyak sekali kata ‘andai’ yang ada di pikiran Naoki. Andai jika ia tidak mabuk malam itu. Andai ia membawa kunci rumah. Andai ia tadi tidak datang ke ruangan Gerathama. Andai ia jujur dari awal dengan kakak kesayangannya. Andai ia tidak memulai semuanya dengan kebohongan.

Gadis itu berjalan dengan lesu. Willo yang pertama kali menyadari Naoki telah kembali. Willona memberikan tatapan prihatin pada gadis itu.

“Perutnya masih mules kak?” tanya gadis itu.

Naoki memaksakan senyumnya. “Udah engga kok.” Jawab Naoki.

Lagi-lagi ia membuat kebohongan mengenai perutnya yang sakit. Padahal tadi pagi ia berada di ruangan Gema. Ah, Naoki jadi memikirkan Acha. Kakak kesayangannya itu tadi tidak ikut meeting, melainkan Zoya -sekretaris 2- dari Gerathama.

“Will.” Panggil Naoki.

“Kenapa kak? Mules lagi?”

“Engga, bukan. Menurut kamu kalau misal ada karyawan yang marahin bosnya, dia bakal diapain?”

Willona tampak berpikir. “Emm, kalau dia marahin bosnya karena bosnya udah kurang ajar sih kayaknya dia bakal resign. Tapi kalau bukan karena salah bosnya sih paling dipecat? Lagian kenapa juga karyawan berani banget marahin bosnya. Biasanya mah cuma ngomongin di belakang, ga berani langsung.” Jelas gadis itu.

“Dipecat ya?”

“Iya. Gue juga bisa mecat lu pada kalo kaga ngerjain jobdesk masing-masing dan malah ngerumpi.” Sambar Steven.

“Dih, bapak mah ngga adil. Si Yasmin sama Yessi aja sering ngerumpi tapi ngga digituin.” Bibir Willo maju beberapa centi.

“Ngga usah manyun-manyun lu. Si Yessi kan backingannya si bos besar, mana berani gue.” Balas Steven.

“Halah kaya lu tau aja kenyataannya pak. Bisa aja kak Yessi ngibul. Orang tiap ngomong ngga ada buktinya juga.” Willona tak mau kalah.

“Gue diem ya? Lagian ngapain gue bohong soal hubungan gue sama pak bos.” Jawab Yessi yang tidak terima dengan ucapan Willona.

“Udah-udah kenapa pada ribut sih? Diem, kerjain kerjaan kalian.” Wenny melerai.

Diantara keributan itu, Naoki berpikir, apakah ada kemungkinan Acha akan dipecat? Naoki tidak bisa membiarkan karir yang sudah kakaknya bangun itu hancur karena kelakuan dirinya.

Tbc
Pada bilang kurang sering updatenya, ini aku update lagi tapi maaf kalo ga ngefeel soalnya aku belum sempet ngehalu kelanjutannya😭

live a lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang