0.9 Kesepakatan Baru

887 109 18
                                    

Jika Gerathama disuruh untuk memilih pagi terbaik dalam hidupnya, maka ia akan menjawab “pagi ini” tanpa berpikir dua kali. Sebab kehadiran gadis cantik yang ia nantikan teriakannya ketika bangun nanti masih terlelap di sampingnya.

Tidak peduli dengan lengannya yang sudah mati rasa karena dijadikan bantalan oleh si cantik semalam penuh. Semalam, setelah Gema menuntaskan urusannya dan membersihkan diri, gadis itu terduduk di tempat tidur milik Gema dengan isakan kecil yang keluar dari bibir gadis itu.

Gema jelek ninggalin Nana sendirian. Begitu ucap si gadis malam tadi. Berakhir Gema memeluk gadis itu agar ia kembali tertidur.

Telunjuk Gema menelusuri setiap pahatan yang ada di wajah Naoki. Mulai dari mengusap dahi, alis, mata yang masih terpejam, hidung, hingga bibir. Cantik. Semua yang ada dalam diri Naoki cantik.

Merasa terganggu, gadis itu mulai bergerak pelan. Kelopak mata yang dihiasi bulu mata lentik itu mengerjap pelan. Tangannya bergerak ingin mengusap matanya sebelum ditahan oleh seseorang yang tidak gadis itu sadari.

Naoki menoleh. Gadis itu menypitkan matanya yang belum terbuka sempurna. Detik selanjutnya, kelopak mat aitu terbuka lebar. Naoki terlihat terkejut ketika menyadari ia tidak sendiri, melainkan ada lelaki tanpa menggunakan atasan di sampingnya.

Morning, pretty.” Sapa Gema.

Gadis itu terdiam beberapa detik lalu tiba-tiba “AAAAAA!!” Gadis itu berteriak sambil bangkit dari tidurnya. Berkali-kali Naoki menoleh ke belakang, dimana Gema tertawa sembari memegang tangannya yang mati rasa. Naoki menepuk pipiya beberapa kali, memastikan bahwa ia tidak sedang bermimpi.

“Bapak?!”

Gema ikut bangkit, duduk di samping Naoki. Ia menatap Naoki dengan alis yang terangkat, jangan lupakan senyumnya yang tidak luntur.

Rasa terkejut Naoki bertambah ketika ia menyadari leher Gema yang hampir penuh dengan bercak merah. Pikiran Naoki penuh dengan skenario yang ia terka-terka sendirian. Berada dalam satu kamar dengan Gema yang tidak memakai atasan ditambah kissmark yang ada di tubuh lelaki itu, Naoki tidak dapat berpikir positif.

“Leher bapak?? Kita.. kita ng-ngga ngelakuin i-itu kan pak??” Naoki tergagap. Ia menatap Gema dengan penuh harap.

“Menurut kamu?”

Tidak. Bukan jawaban itu yang Naoki mau. “S-saya tanya! Bapak jangan balik tanya.” Jawab Naoki.

Gema terkekeh pelan. “Iya, Nana. Menurut kamu gimana?” Gema beringsut mendekat, ia tangkup pipi gadis di hadapannya. “Dengan keadaan kita yang kaya gini, kira-kira apa yang udah kita lakuin semalem?” lanjutnya.

Naoki menggeleng ribut. Ia tepis tangan atasannya itu lalu berdiri di samping ranjang. Lagi-lagi Naoki dibuat kaget oleh noda darah yang ada di sprei putih milik Gema.

“P-pak?!!” Naoki menatap lurus pada noda itu. Gema ikut mengalihkan pandangannya, mengikuti kea rah mana Naoki memandang. Seujurnya lelaki itu juga terkejut melihat noda merah di spreinya, namun ia mampu mengendalikan raut wajahnya.

“Bapak manfaatin saya semalam?! Iya kan?! Kita beneran ngelakuin hal itu pak? Bapak jangan diem aja! Jawab saya pak!!” bibir Naoki bergetar. Gadis itu menahan tangisannya.

“Yang kamu maksud dengan kata itu tuh apa?” Gema masih menjawab dengan santai.

Sex!” frontal Naoki.

Gema tersenyum tipis. “Seharusnya keadaan kita yang sekarang sudah bisa menjawab pertanyaan kamu.”

Naoki jatuh terduduk, ia memeluk tubuhnya sendiri. “Hiks.. bapak jahat!! Bapak kenapa tega manfaatin saya?! Saya salah apa sama bapak? Saya.. saya bakal laporin bapak atas dasar pelecehan!!” ungkapnya.

live a lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang