17. ku di buai

5 2 2
                                    

"Aku apa apa bisa sendiri
Beneran sendiri "





Tepat di pagi hari tanggal 22 februari kamis
Orangtua ara telah tiada dan Tergeletak di ruang tamu
Membuat sekujur tubuh ara gemetar tiada tanding

"Ma... Pa.. K-kalian.., "
Ujar ara dan ia langsung membawa kan orangtua nya ke rumah sakit terdekat.
Dengan secepatnya ara menyusul mereka yang dibawa ke rumah sakit dengan Ambulance.
Saat sudah sampai disana ara langsung menuju meja administrasi
Setelah semua beres ia langsung ke kamar no 13 dilantai 4 .
Saat ara sudah memasuki ruangan
Ia langsung duduk disamping orang tuanya, menatap nya dengan lesu.

"Ma.. Pa.. Kalian yang kuat ya.. Ara mohon jangan tinggalin ara ya? Kalo ara sendiri.. Hidup aku gimana pa.. Ma.., "
Curhatan ara dengan nafas sesak.

Setelah berjam jam lama nya menunggu, akhirnya dokter datang ke ruangan dan langsung memeriksa kedua orang tua nya.
Dokter tiba-tiba menghela nafasnya saat selesai memeriksa orang tua nya.

"Gimana dok? Keadaan orangtua saya?.. "
Tanya ara dengan rasa penasaran dan takut akan keadaan orang tuanya.

"Saya minta maaf .. "
Dokter berhenti berbicara sebentar dan melanjutkan pembicaraannya.

"Tapi orang tua anda sudah tiada.. "
Bukan main, ara langsung meneteskan air matanya satu persatu air matanya turun.
Ia berusaha menyembunyikan air matanya namun mengapa air mata itu mengalir dan terus mengalir.

"Tuhan.. Mengapa harus kedua orangtua ku yang diambil, Aku cuma anak kecil yang terus di samping orangtua ku.. "
Ara memandang kedua orangtua nya itu yang sudah tergeletak tak bernyawa dihadapan nya sendiri.

Keesokan harinya jenazah orangtuanya langsung dikubur
Tentu saja mahen datang ke pemakaman orang tua nya ara.

"Ra.. Lu gapapa nangis.. Tapi jangan berlebihan, gue tau lu belum bisa nerima kenyataannya, udah cup cup jangan nangis lagi ya?.. Gue ada disini.. "
Mahen mengusap halus punggung ara yang sedang menangis meratapi kuburan orangtuanya.

"Tapi hen.. Gue gimana?.. Dunia Gue Dingin hen.."
Ucap ara dengan terisak isak.

"Gue tau grachesa aranne sagara..
Gue gamau liat lu nangis sesegukan kek gini.. "
Mengelus pundak ara seraya menenangkan nya.
Saat mahen sudah pulang ara tetap di makam orang tuanya.

"Ma.. Pa.. Padahal lusa kita baru jalan jalan bareng.. Abis Itu kita ke pesta nya temen papa bertiga hehe
Papa baik banget beliin aku mochi coklat yang banyak katanya papa ambil aja sepuasnya, kita juga makan bareng di resto jalan jalan sepuasnya."
Ara berhenti berbicara sejenak.

"Tapi sekarang semua cuma cerita ma pa.. "

Ara mengusap air mata terakhirnya dan ia pergi dari makam orang tua nya
Saat di rumah semua terasa sepi dan hampa baginya,, ara perlahan duduk di depan TV dan hanya tersenyum hampa disitu.

"Haha.. Ternyata bener semua orang ada masanya, dan semua orang akan pergi pada waktunya.. "
Ia termenung, hari ini di rumah hanya ada langit, bianca, serta devano, kalandra, nebula, dewangga mereka sepertinya merasa kasian serta sedih melihat ara yang sedari kemarin nangis mulu.

"Ra.. Udah ya dek.. Jangan nangis lagi.. Kasian air matanya turun mulu dari kemaren.. Abang tau kamu banyak masalah tapi ngga gini caranya dek.. "
Menenangkan ara ,baru kali ini rasanya langit bersifat ke abangan ke saudara nya.

𝗦𝗮𝗺𝗽𝗮𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang