"Mas Harsya! Mas Harsya!"
Seorang pemuda membangunkan teman kamarnya dengan tergesa. Terlihat dari keringat yang bercucuran di wajahnya menunjukkan betapa paniknya pemuda tersebut. Ia berusaha menggoyang-goyangkan badan pemuda itu selama 15 menit namun tidak berhasil.
Tak kunjung bangun, pemuda yang dipanggil dengan nama Harsya itu spontan diguyur air sebanyak baskom tepat di atas tempat tidur. Dari situlah 'Harsya' terbangun dan memiliki dendam pribadi dengan si pengguyur.
"Mas Harsyaa! Bangun!! Jangan mati duluan mas! Siapa nanti yang nyiapin pasukan elang masss!"
"JAKA!"
"MAS HARSYAAA! BANGUNNNN!!!"
Jaka terus mengguyur Harsya yang baru saja membuka matanya. Harus tertimpa air lagi dan lagi hingga seluruh kamar menjadi genangan air.
"HEH JAKA! ASTAFIRULLAH!" teriak Harsya namun teredam air.
Byurr!
"ISTIGFAR JAKKK!" .... lagi.
Byurr!
"NYET BANGUN NYET!!" Jaka terus menyiramkan air tak peduli dengan Harsya yang sudah megap-megap mencari udara.
"JAKAAAA!! LU MAU BUNUH GUE YA!!" Spontan pemuda itu duduk di atas tempat istirahatnya, menatap tajam sang teman yang masih panik.
"MAAASSS HAR--oh udah sadarr! Mas Harsya udah sadar!!" Jaka tersenyum lebar sekaligus terharu. Baskom di tangannya sampai terjatuh begitu saja.
"Alhamdulilah Ya Allah, masih hidup!!"
Lantas Jaka merapikan rambut Harsya yang separuh menutupi wajahnya. Kemudian tersenyum tanpa rasa bersalah.
"Jangan gitu, mas. Lu serem kalo marah."
"Lo kalo mau bangunin gue, cukup pakai toa, Jak. Gaperlu diguyur." Jaka menunjukkan deretan gigi bersihnya sambil memberi hormat sekilas.
"Siap, ndan!"
"Siyip ndin," ejek Harsya menirukan Jaka.
"Lo ada apa bangunin gue?"Seakan sembuh dari amnesia sesaat, Jaka baru mengingat tujuan awalnya membangunkan temannya ini secara tak manusiawi. "Itu, Har. Kata Mas Yanto dirimu dicariin Mbak Kirana."
"Kirana? Datang ke sini?"
Bola matanya nyaris keluar, Harsya pergi meninggalkan Jaka sendirian di kamar mereka tanpa kata-kata lanjutan. Dengan tubuh yang basah kuyup Harsya menjumpai Yanto yang sedang bercengkrama dengan dua orang gadis berpakaian tertutup di ujung pagar yang jauh dari pengawasan. Ia menghampiri ketiganya sambil berbalut handuk di punggungnya.
Dengan langkah santai ia bergabung bersama. Yanto adalah yang pertama menonyor kepala juniornya itu.
"Mau ketemuan sama cewek kok malah berenang. Udah 20 menit nih mereka di sini."
"Maaf. Saya habis bangun tidur mas. Jaka yang bangunin saya pake diguyurin air," jawab Harsya jengah. Yanto menunjukkan senyum miringnya.
"Makannya jangan sering simulasi mati suri. Lu yang susah sendiri 'kan."
Tak ingin menanggapi Yanto, Harsya lebih memilih untuk mengagumi paras Kirana yang tetap cantik walau dengan pakaian tertutup dan seadanya.
"Kalo gitu gue pindah spot ya. Silahkan pacaran. Inget jangan lebih dari 5 menit!" Yanto dan kekasihnya menjauh dari titik awal meninggalkan dua insan itu.
Kirana lebih dulu menyuarakan suaranya melihat Harsya sedikit menggigil. "Lebih baik kamu berganti baju dulu, mas. Saya tau kamu gak kuat dingin."
"Tidak apa-apa, Kirana. Saya akan baik-baik saja, dan omong-omong saya rasa kamu makin hari makin cantik," puji Harsya spontan pada sang kekasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not for Sale | Ddeungromi
Fiction Historique"Jika kamu diberi pilihan, mana yang akan kamu pilih; berpisah selamanya atau sama sekali tidak dilahirkan?" -- >> 17+ (harshword) >> alur maju-mundur Feb, 2024 Highest rank: #1 politic ©iam_starsky