9. Baik Setelah Buruk

79 7 0
                                    

Kavi menyesuaikan langkah kaki Raina yang sedikit lebih lambat dari biasanya, sambil sesekali melirik untuk mengecek kondisi mantan pacarnya yang sedang tidak baik-baik saja itu. Dalam hati ia bersyukur menemukan Raina lebih cepat, dokter di UKS tadi bilang Raina pingsan karena kelelahan dan kekurangan oksigen. Kavi tak bisa membayangkan hal apa yang bisa terjadi kalau ia terlambat menemukannya.

Meski tak diungkapkan, Kavi merasa senang Raina membiarkannya mengantar Raina pulang. Bahkan di ruang UKS tadi saat Tami dan Duna heboh bertanya apa yang terjadi padanya, kalimat pertama yang Raina ucapkan saat ia membuka mata justru ucapan terima kasih untuk Kavi.

Kini, keduanya berjalan berdampingan menuju rumah Raina. Tempat yang bahkan Kavi belum pernah datangi saat mereka pacaran dulu, karena Raina merahasiakan tentang hubungan mereka dari orang tuanya yang lumayan konservatif.

Beberapa meter sebelum sampai ke pagar rumahnya Raina berhenti. Matanya yang masih sembab memandang Kavi canggung. "Sampe sini aja," ucapnya pelan.

"Oh. Oh iya," balas Kavi sama canggungnya, sambil menyerahkan tas Raina yang sejak tadi ia bawakan.

"Sekali lagi, makasih ya." Raina membalikkan badannya dan melanjutkan langkah.

"Ina!" panggil Kavi. Membuat Raina tertegun dan berhenti. Sudah setahun ia tak mendengar panggilan itu, panggilan yang hanya digunakan oleh Kavi seorang.

Kavi mendekat perlahan, "Gue, mau minta maaf," ungkapnya tulus. "Maafin gue atas kejadian yang lalu, semua salah paham itu nggak bakal kejadian kalau bukan karena gue, dan...." Cukup berat untuk melanjutkan kata-katanya, "dan, dan lo nggak akan ngalamin kayak gini kalo bukan gara-gara gue. Gue bener-bener minta maaf." Tunduknya penuh sesal.

Raina menggigit bibir, matanya berkedip-kedip menahan agar tangisnya tak keluar. Meski banyak kata-kata yang ingin diucapkan, ia memilih menahan semuanya karena mau dibahas bagaimana pun sebenarnya yang lalu sudah berlalu. Ia kemudian mengangguk, "Maafin gue juga." Balasnya. "Gue juga salah. Mudah-mudahan kedepannya kita bisa temenan baik lagi," harap nya.

Kavi mengangkat kepalanya dan langsung mengangguk setuju. Dengan senyum tersungging dan tatapan berbinar ia mengulurkan tangannya. Keduanya berjabat tangan dibawah langit oranye senja. Melepaskan luka masa lalu, menyelesaikan apa yang belum terselesaikan, melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Keduanya tersenyum, tak menyangka akan datang hari seperti ini, hari dimana beban mereka menjadi lebih ringan, hari dimana masalah yang sudah tahun membelenggu terlepaskan.

***

Yiran berbaring di pinggir kasur dengan kaki masih menyentuh lantai. Tangan kirinya dijadikan bantalan kepala sementara tangan kanannya sibuk memantulkan bola tenis di dinding sambil merasakan keanehan dalam dirinya. Ia tak paham mengapa benaknya terasa terusik dengan hal yang tak seharusnya menjadi perhatiannya.

Ia tak paham mengapa tadi di sekolah saat dipanggil Raina pura-pura tak mendengar dan malah menghindar, padahal paginya gadis itu yang mendekati duluan, kejadian itu membuatnya cukup tersinggung. Namun di sisi lain ia pun makin penasaran dengan alasan dari tingkah Raina yang seperti itu. Terlebih ketika dirinya sudah mendengar cerita yang terjadi antara Raina dan Kavi dari Bagus. Ia menduga-duga apakah Raina mengabaikan panggilannya karena tidak mau terlihat oleh Kavi yang saat itu berada di dalam kelas, apa mereka memang masih ada hubungan karena menurut Bagus, Raina memutuskan hubungan itu secara sepihak. Memikirkan dirinya seperti terlihat bodoh di antara pasangan romansa sekolah yang ada skandal itu membuat Yiran benar-benar tersinggung.

Rasa tersinggung juga yang membuatnya tanpa sadar jadi menengok ke arah Kavi. Akhirnya Yiran pun menjadi salah satu orang yang menyadari gerak-gerik gelisah Kavi yang selama jam pelajaran berlangsung. Dan saat Kavi tak kembali setelah membawakan buku Guru Matematika ke kelas Raina padahal mata pelajaran selanjutnya sudah dimulai. Yiran makin tak melepas pandangannya dari kursi kosong Kavi yang ada di barisan paling depan dan berhadapan dengan meja guru itu.

ASLOVEGOESBY - The New Comer and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang