15. Berubah Drastis

69 4 0
                                    

Raina menyeret kaki pincangnya dan melangkah pelan-pelan memasuki gerbang sekolah. Terdengar suara siswi lain saling memekik histeris di belakangnya, lalu berlarian mendahului langkah lambat Raina. "Ada Yiran di depan lobi!" Teriak salah satu siswi yang nampaknya masih kelas sepuluh.

Raina melirik singkat lalu berusaha memasang ekspresi wajah datar meskipun jantungnya mulai berdegup-degup kencang lagi. Tak cukup semalaman ia deg-degan sampai tidak bisa tidur, sekarang mendengar nama Yiran disebut benaknya kembali ketar-ketir.

Ia memanjangkan lehernya sedikit, menilik ke kerumunan gadis-gadis yang berjalan lamban sambil saling berbisik dan senyum-senyum saat memasuki lobi sekolah. Dari balik cewek-cewek yang rata-rata tingginya sama atau lebih pendek darinya ia lihat Yiran berdiri di ujung lobi yang mengarah ke lorong kelas. Tubuh menjulangnya membuatnya mudah terlihat meskipun dari kejauhan. Raina menarik nafas dalam-dalam dari hidung dan menghembuskannya perlahan lewat mulut sambil melangkah memasuki lobi.

"Hai Yiran, Hai Kak Yiran, Hai Yiran!" berkali-kali ia mendengar ucapan itu, Raina menundukkan wajahnya, berjalan sambil menatap lantai, bergerak menjauh dari posisi Yiran berdiri.

Sepuluh menit menunggu, Yiran tersenyum karena akhirnya melihat Raina datang. Tapi ia langsung sadar kalau cewek itu sedang mengubah arah jalannya dan berusaha menghindar. Buru-buru Yiran mengejar, langsung menarik lengan Raina dan menggenggam pergelangan tangannya erat.

Raina melotot kaget langsung melemparkan pandangannya ke sekeliling, semua murid yang ada di sekitar menatap lekat ke arah mereka. Ia berusaha menarik tangannya dari genggaman Yiran tapi Yiran malah menggenggamnya makin erat. "Gue antar ke kelas," ucap Yiran pelan sambil berdiri di samping Raina, masih menggandeng tangan Raina dan membimbingnya menyusuri lorong ke arah kelas.

Raina bisa mendengar dengan jelas bisik-bisikan dari para siswa yang berjalan di belakang mereka ataupun yang mereka lewati sepanjang perjalanan menuju kelas. "Mereka jadian?", "Jadi gosipnya salah dong?", "Yiran sukanya sama dia bukan sama Lisa!", ada juga yang bilang, "Mantep, dari Kavi ke Yiran." Wajah Raina berkerut panik, sudah lama ia tak pernah menjadi pusat perhatian seperti ini. Bahkan lebih diperhatikan dari saat dia jadian atau putus dengan Kavi.

Yiran menangkap gelagat panik Raina, ia hendak membuka mulutnya untuk bilang jangan takut karena ada dia disini, tapi ia mengurungkannya karena tak mau memaksakan keberadaannya pada Raina. Ia pun tetap diam dan membimbing langkah Raina.

Sesampainya di depan kelas, Yiran melepaskan genggaman tangannya lalu menatap Raina sejenak, "Sampai ketemu jam makan siang!" katanya lalu membelai kepala Raina lembut. Ia berjalan ke kelasnya setelah melemparkan senyuman manis yang membuat kaki Raina lemas.

Di dalam kelas, Tami dan Duna menganga, bahkan bukan hanya mereka, seisi kelas Raina melongo kaget sambil menunggu dan terus memandangi Raina saat gadis itu menyeret langkahnya masuk. Raina masih menunduk menyembunyikan wajahnya di balik rambutnya yang jatuh ke pipi. Melipir duduk di bangkunya tanpa sadar Tami di depannya melotot mirip orang kesurupan.

"Apaan tadi? Apaan itu?" decit Tami histeris, menggoyang-goyangkan bahu Raina. Seketika semua yang ada di kelas berkumpul mengelilinginya.

"Apaan!" kilah Raina sambil tersipu.

"Lu jadian? Kapan? Kok bisa?" sosor Tami.

Senyum hilang di wajah Raina, pertanyaan 'kok bisa' sesungguhnya juga muncul di benaknya sejak kemarin. "Gue juga bingung," ia menengok ke arah Tami yang langsung menyimak dengan serius, "Kenapa harus gue? Kalau ternyata dia gak bener-bener suka gue gimana?" Raina melantur.

"Ha? Gak bener-bener gimana?" Duna dan Tami bertanya hampir berbarengan.

Raina menggeleng-geleng, "Nggak ngerti, semuanya tiba-tiba aja, tiba-tiba dia datang ke rumah gue.."

ASLOVEGOESBY - The New Comer and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang