Sasuke's POV
Dingin , gelap dan mencekam. Petir bersahutan membelah langit malam. Lampu mobil dari arah berlawanan tampak sangat menyilaukan mata, sesekali terdapat lubang -besar namu tak cukup dalam- yang menurutku sangat menjengkelkan. Jalan ke desa Tsurui lebih mirip jalan menuju hutan. Sisi kanan dan kiri terdapat banyak pepohonan dan sangat minim pencahayaan. Air menggenang menutupi jalanan berlubang.
"Kata ayah ini demi kebaikan mu sasuke, 6 bulan saja tak akan lama" suara baritone dari pria di sebelahku memecah keheningan diantara kami. Aku hanya memandang keluar jendela sambil mendengus. Uchiha Itachi , kakak laki-lakiku , usia kami terpaut 5 tahun. "Aku akan sering berkunjung nantinya" sahutnya. Menyadari tidak adanya tanggapan dariku , ia kembali membuka suaranya "dan oh , apakah kau ingin kutemani?". Kulempar tatapan tajam ke arahnya. "Hahaha ... santai, lagipula aku tidak mungkin bisa meninggalkan cabang terlalu lama, mungkin aku akan sering kemari dan membawa teman2mu" imbuhnya. Ah ya... aku memiliki beberapa teman yang cukup akrab denganku, kami biasa menghabiskan waktu di sebuah club malam milik salah satu dari mereka. Kehidupanku yang penuh gemerlap dunia malam akan berubah drastis setelah ini.
Perjalanan menuju desa Tsurui sesekali diiringi suara itachi. Pria berusia 27 tahun itu terkenal dingin saat berhadapan dengan karyawan atau lawan bisnisnya. Tapi percayalah dia bahkan lebih berisik daripada gadis-gadis yang setiap hari mengikutiku. Bukannya sombong, tapi aku memang dikenal sebagai cassanova di universitas tempatku menuntut ilmu. Apakah mereka semua kukencani? Tentu saja . Aku mengencani mereka hanya karena bosan. Cinta? Sekalipun aku belum pernah merasakan ketertarikan kepada lawan jenis. Dan hal itulah yang membuatku berakhir di sini. Ayah mengirimku ke desa sialan ini setelah salah satu mantan kekasihku mendatanginya dan berkata bahwa aku menghamilinya. Ck, sungguh ironi, hei aku hanya pernah mencium bibirnya sekali -itupun karena aku kalah taruhan dengan dobe- , kami pun berkencan hanya 1 minggu dan aku meninggalkannya hanya karena bosan -lagi- . Ayah marah besar kepadaku, ia langsung membekukan kartu kreditku, menyita mobil dan motor sport ku. Belum cukup sampai disitu ia juga mengajukan cuti kuliah untukku. Dan ibu, dia langsung menangis mengetahui anak laki-lakinya melecehkan seorang gadis. Tch, semua ini karena akting murahan gadis berambut merah itu. Tapi dibalik itu semua ayah pun menyelidikinya dan nyatanya gadis itu memang berbohong. Tidak hanya berhenti disitu tentu saja. Ayah mengirimmu ke desa terpencil untuk menghukumku dan mencegah banyak masalah timbul karena ulahku. Ayah berpendapat bahwa aku memang perlu mandiri karena selama ini ibu memang selalu memanjakan ku, ibu memang lebih menyayangiku dibanding itachi -menurutku-.
Satu jam berlalu dan sampailah kami di depan sebuah pedesaan. Tepat di gerbang pintu masuk desa kami disambut oleh beberapa laki-laki paruh baya yang tampak berjaga di sebuah bangunan kecil dekat gerbang. Itachi menghentikan mobil dan keluar untuk menemui mereka dengan berlari kecil. Hujan masih cukup deras. Mereka pun tampak menyapa dan mengaggukan kepala ke arah Itachi dan aku yang berada di dalam mobil. Aku pun balik menyapa dengan menganggukkan kepala. Mereka terlihat cukup mengenal Itachi, tidak heran karena Itachi sering membawa teman-temannya kemari. Itachi memang menyukai hal-hal yang berbau alam. Seringkali dia dan teman-temannya mengadakan hiking saat liburan. Kudengar di desa ini memang terdapat air terjun yang cukup indah.
Kami pun sampai di depan sebuah bangunan yang cukup besar di desa itu. Rumah ini dulunya adalah tempat tinggal kakek dan nenekku, setelah mereka meninggal duabelas tahun yang lalu, kami hanya sesekali kemari. Bangunan bergaya Classic dengan halaman luas dan ada satu pohon menjulang tepat di samping rumah. Pohon favorit ku, sakura. Hanya dengan memandang pohon itu, entah kenapa pikiranku jauh lebih damai dan tenang. Terakhir kali aku kemari saat usia ku masih sekitar 12 tahunan , pohon itu masih setinggi ayah. Kurasa tidak terlalu buruk menghabiskan waktu di tempat ini. Semoga saja.
Tidak banyak yang berubah semenjak terakhir kali aku kemari, perabotan peninggalan kakek nenekku masih tersimpan di tempat yang sama. Sejenak aku memejamkan mata, sekedar bernostalgia . "Sasuke , untuk urusan masak dan bersih-bersih akan ada seseorang yang mengurus. Beliau akan kemari besok pagi dan akan pulang saat sore, namanya nenek chiyo. Kuharap kau memperlakukannya dengan baik." Itachi muncul dari sebuah kamar yang terletak di lantai atas. Aku mendongak "hn.. " jawabku singkat. "Kau bisa menempati kamar utama, sudah di bersihkan" lanjut Itachi seraya menuruni tangga dan melepas cardigan coklat nya. "Kau menginap? Bukankah kau bilang akan ada rapat penting besok pagi?" Tanyaku padanya. "Di luar sedang badai kau tahu? Ibu akan sedih kalau aku sampai jatuh sakit. Aku sudah menghubungi sekretarisku untuk menunda rapat besok" aku menaikkan sebelah alis, hei...! bukankah tadi kubilang bahwa ibu lebih menyayangiku?
Selesai makan malam aku langsung menuju kamar yang sudah disiapkan untukku di lantai atas. Kamar ini merupakan kamar utama , dan terdapat balkon untuk bersantai. Seingatku balkon adalah tempat kakek dan nenek menghabiskan waktu dengan saling bercengkrama sambil menikmati keindahan alam. Semua bisa terlihat dari sini -dulu-. Akan tetapi saat aku membuka pintu balkon hanya ada kilatan petir menyambar dan hujan masih belum juga berhenti. Dan oh... aku baru menyadari bahwa kami memiliki tetangga di samping rumah. Meskipun ruangan lain dirumah ini masih tetap sama, namun untuk kamar satu ini sudah lumayan banyak yang berubah, lebih mirip dengan seleraku, dinding yang di cat abu-abu , ranjang yang sepertinya baru, gorden abu-abu tua dan interior yang jauh lebih modern. Mungkin ibu merenovasi nya agar aku nyaman tinggal disini. Jangan lupa, ibu sangat menyayangiku.
Aku meraih ponsel ku dan ada beberapa pesan dari ibu dan teman-temanku, terdapat pula pesan dari nomor tak dikenal yang berisi permintaan maaf. Heh gadis itu rupanya, gadis yang pantang menyerah meskipun berulang kali sudah ku blokir nomornya. Aku yang merasa muak dan langsung memblokir nomor itu -lagi-. Setelah membalas pesan dari ibu dan teman-temanku rasa kantuk mulai menyergap. Tepat saat aku baru merebahkan punggungku. Blammm... lampu mati. Ck! Sial... aku meraba-raba dan mencari ponselku, dan ketemu! Petir kembali menggelegar , aku tidak takut hanya saja mungkin butuh penyesuaian karena kalian tahu? Situasi ini sangat kontras dengan kehidupanku sbelumnya. Mungkin di jam segini aku akan pergi ke bar bersama teman-temanku -saat dikota-. Dan sekarang..... ah sudahlah
"Tok-tok-tok" Tak lama terdengar ketukan pintu. Mungkinkah itu pemilik bangunan di sebelah rumah? . "Tok-tok-tok" dasar tidak sabaran. Aku pun mempercepat langkahku menuruni tangga. Ketukan kembali terdengar , aku agak berlari dan membuka pintu , Cklek! Pintu terbuka , saat kilat kembali menyambar dan kenampakan siluet seorang gadis berambut panjang. Aku mengarahkan penerangan ponselku untuk mengatahui siapa yang bertamu malam-malam. Dan yah... saat lampu menerangi sosok dihadapanku, aku hanya bisa tertegun dan merasa waktu berhenti saat itu juga, hampir tidak mempercayai apa yang kulihat di depanku. Gadis cantik dengan tinggi sekitar 160an , mengenakan dress sederhana selutut ,kulit yang terawat , meskipun minim pencahayaan bisa dilihat bahwa gadis ini sangatlah cantik. Bahkan lebih cantik dari semua gadis yang pernah kutemui dan jangan lupa surai indah berwarna pink pucat yang tampak sedikit basah karena hujan. Aku sedikit menganga tak percaya, apakah dia malaikat?? Atau mungkin hantu...
Tbc....
KAMU SEDANG MEMBACA
Blooming sakura
أدب الهواةUchiha sasuke sang cassanova yang kerap bergonta-ganti pasangan, berbuat ulah dan membuatnya diasingkan di sebuah desa terpencil. Disana ia bertemu dengan seorang gadis berambut pink misterius yang menarik atensinya. Siapakah gadis itu? Bagaimana as...