Five

254 27 2
                                    

Sakura's pov


"Biar kurapikan rambutmu sakura-Chan" aku menoleh pada pengasuhku dan menghampirinya . Saat ini usiaku lima tahun. Aku adalah seorang yatim piatu, saat ini aku tinggal di sebuah panti asuhan yang terletak di pinggiran kota. Aku tinggal disini sejak masih bayi. Orang tuaku? Entah, aku tidak pernah bertanya tentang mereka kepada pemilik panti. Tapi aku tidak membenci mereka, mungkin ada alasan mengapa aku bisa berakhir di tempat ini.

"Ayame-basan, kau tidak akan melupakanku setelah ini kan?" Tanyaku yang berdiri dihadapannya. Bibi ayame yang sedang berjongkok sambil merapikan poni ku pun tiba-tiba terhenti. Diam sejenak, ia pun menariku ke pelukannya "tentu saja aku akan sangat merindukanmu sakura-Chan. Tapi ini demi kebahagiaanmu sayang, kau akan mndapatkan keluarga utuh seperti teman-temanmu yang lain. Kau akan punya tousan dan kaasan yang selalu melindungimu dan  membahagiakan mu" ucapnya seraya melepas pelukannya.
"Nah mari kita temui keluarga baru mu" lanjutnya, tangannya terulur untuk menuntunku menuju ruang tamu. Aku sedikit gugup, tanpa sadar aku sedikit meremas tangan bibi ayame.

Ketika pintu terbuka terlihatlah nyonya kepala panti dan dihadapannya ada sepasang suami istri .  Itukah orangtuaku? Mereka tampak tersenyum lembut. Seketika kegugupanku sirna. "Nyonya Tsunade, tuan Dan perkenalkan dia yang bernama sakura, dia anak yang rajin dan penurut. nah.... Sakura, silahkan beri salam kepada tousan dan kaasanmu ".
Aku menunjukkan senyum terbaik ku dan menyapa mereka. Seorang pria berambut putih tampak menghampiriku dan menggendongku. "Kau anak yang sangat cantik, bukankah begitu sayang?" Tanyanya sambil menoleh kepada istri cantiknya. Wanita yang segera menjadi ibu ku menganggukkan kepala seraya tersenyum lembut.

    Setelah berpamitan kami pun pulang menuju rumah baru ku. Mereka berdua terlihat sangat menyayangiku. Dan aku pun sangat menyukai keluarga baruku. Mereka ada sepasang suami istri yang yang bertahun-tahun belum juga di karuniai seorang anak . Hal itulah yang membuat mereka sepakat untuk mengadopsiku. Hari-hariku sangat membahagiakan. Ayah selalu memanjakanku, begitu pula ibu.
       Namun hal itu hanya berlangsung beberapa tahun saja.
        Saat ini usia ku tujuh tahun, ibu telah melahirkan bayi laki-laki yang bernama nawaki. Aku sangat menyayangi adikku yang saat ini baru saja berusia sepuluh bulan. Namun aku merasa kasih sayang ibu dan ayah mulai berkurang kepadaku.
Aku berdiri di samping pintu melihat ayah dan ibu yang sedang menimang adik bayiku. Aku melangkahkan kakiku dan akan bergabung dengan mereka. Namun sebelum sampai, ayah yang menyadari keberadaanku pun menoleh "ah , sakura , bisakah kau siapkan air hangat untuk tousan mandi ?"
"Baik tousan" jawabku lirih
"Terimakasih, kau memang anak yang baik sakura" pujinya sambil menepuk pelan kepalaku. Aku bahagia saat ayah memujiku.
Aku berbalik menuju kamar mandi dan menyiapkan air hangat untuk ayah.


...

Lima tahun kemudian

     Bunga sakura sedang bermekaran, saat ini adalah musim semi dan juga ulang tahunku. Hari ini aku tepat berusia dua belas tahun. Aku memandang keluar jendela kamar ku yang berada di lantai dua. Yah , kami barusaja pindah rumah. Kami pindah ke sebuah desa yang terletak dipinggiran kota. Desa yang cukup indah. Desa Tsurui.
      Saat  sedang menikmati pemandangan bunga sakura yang sedang bersemi, mataku tak sengaja menangkap sesosok anak laki-laki yang bersandar di pohon sakura, dengan perban di dahinya. Ia tampak meringis kesakitan saat seorang wanita paruhbaya -yang kemungkinan adalah ibunya- sedang mengobati luka di lututnya. Apakah dia barusaja terjatuh?
        Tanpa sadar aku mengusap pelan pelipisku yang memar. Yah, aku barusaja di pukul oleh ibuku. Aku melakukan kesalahan yang membuat ibu begitu marah. Keadaan keluarga kami saat ini telah banyak berubah, yang dulunya selalu diselimuti dengan kebahagiaan. Begitu berbanding terbalik dengan yang kurasakan saat ini. Ayah mulai sering pulang larut malam . Ibu yang seringkali uring-uringan, yang selalu  berujung pertengakaran dan adikku yang saat ini juga memiliki penyakit. Yah dia menderita kelainan jantung bawaan. Aku cukup memahami perasaan ibu saat ini, aku tidak marah ataupun menangis saat ibu memukuliku, aku tahu beban yang dipikulnya cukup berat.
        Waktu menunjukkan pukul duabelas malam . Aku melihat ibu tertidur menemani nawaki. Ayah masih juga belum pulang. Aku melihat banyak sekali kesedihan dan kelelahan tergambar dalam wajah ibu yang terlelap. Aku menatap nanar dan memegang gagang pintu.

          Ibu...bisakah aku memelukmu? Mungkin bisa meredakan luka hatiku atau mungkin luka hatimu juga.


....



Prraaangggg......!!
Aku beranjak mengambil makanan yang berserakan. Ibu barusaja melempar makanan yang hendak kuberikan. Saat ini kami benar-benar mengalami masa yang sulit. Ayahku mengalami kecelakaan mobil bersama kekasihnya dan meninggal saat sedang perjalanan ke rumah sakit. Adikku menyusul satu bulan kemudian karena penyakitnya semakin parah. Tinggalah aku dan ibu yang tersisa disini. Ibu benar-benar terpukul dengan kejadian itu. Ia menolak berbicara sepatah kata pun. Saat ini ia memandang kosong ke arah depan. "Kaasan...bisakah kau makan sedikit saja? Semua ini memang terlalu tiba-tiba bagi kita. Aku tahu ini berat untukmu, begitu juga denganku. Bisakah kita memulai hidup baru dari awal lagi? Tidak mungkin kita terus larut dalam kesedihan seperti ini.Aku berjanji akan menjadi anak yang baik. Aku juga berjanji tidak akan meninggalkan mu kaasan" ucapku sambil menggenggam tangannya.
Ibu menoleh perlahan kearahku, menatapku dengan mata nya yang sembab dan berair. Mencoba mencerna setiap kata yang kuucapkan . Ibuku yang cantik terlihat begitu kacau kali ini. Tangan kurusnya terulur menyentuh pipiku. Mataku terpejam merasakan belaian tangan yang kurindukan. Saat aku membuka mata,kulihat ibu kembali menangis.
"Apa-"
Ucapanku terpotong saat ibu tiba-tiba menghambur ke pelukanku. Ibu menangis sejadi-jadinya. "Berjanjilah kau tidak akan meninggalkan kaasan" ucapnya
"Tentu, kaasan. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu" dan hari itu kami memutuskan untuk benar-benar memulai kehidupan baru.

.....

    "Kau ingat kata-kata kaasan bukan? Jangan pernah keluar rumah, jangan biarkan orang asing masuk kecuali kaasan. Mengerti?" Kata ibu sembari bersiap-siap untuk bekerja. Sudah tiga tahun lamanya semenjak meninggalnya ayah dan nawaki. Saat ini ibu kembali bekerja sebagai Fashion designer di sebuah brand lokal yang cukup terkenal di Jepang.
"Baik kaasan, kapan kaasan akan kembali?"  Tanyaku
"Mungkin tiga hari lagi, maaf kaasan tidak bisa membawamu ke kota, kaasan rasa disini adalah tempat yang cukup aman bagimu. jaga dirimu baik-baik sakura" katanya lagi.
"Kaasan tidak perlu khawatir, aku akan  baik-baik saja." ucapku meyakinkan
"Baiklah , kaasan pergi dulu"
"Hati-hati kaasan " ucapku sambil memeluk ibu.
Aku melihat ibuku menemui seorang pria berambut hitam panjang. Mereka memasuki mobil , ibu melambai kearahku dan pria itu juga tersenyum kepadaku. Pria itu adalah kekasih baru ibu. Dia terlihat menyeramkan. Dan aku tidak menyukainya. Namun ibu terlihat begitu mencintainya, kebahagiaan ibu kebahagiaanku juga bukan?








Tbc

Blooming sakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang