Chapter 5

31 2 0
                                    

Disinilah mereka sekarang, disebuah ruangan berukuran 30×35 cm dengan beberapa kursi yang telah disediakan. Lihatlah pandangan tajam Alana saat menatap orang yang membawa mereka kesini. Pemaksa! Itu terlintas diotak Alana. Sejujurnya Alana tak ingin dibawa kesini, namun ancaman mereka membuat Alana berfikir dua kali lipat.

Dirinya menghela nafas sembari memperhatikan raut wajah adik adiknya itu. Dalam hatinya, Alana ingin dirinya saja yang kesini dan jangan melibatkan adik adiknya yang masih kecil itu. Bahkan Alana sudah membuat penawaran yang menurut dia menguntungkan dipihak lawan, namun tawaran dia ditolak oleh mereka dengan alasan yang menurut dia itu tak masuk akal.

Alana menendang kaki Alvin pelan. "Gakpapa?" Tanyanya dan diangguki oleh Alvin.

Alana berdeham dan berdiri dari tempat duduknya. Lalu dirinya menyeringai ke arah mereka. "Jadi ada urusan apa kalian memaksa kita untuk berada disini" Ucapnya sembari bersedekap dada dan menatap mereka dengan tatapan intimidasi.

Salah seorang pria diantara mereka membuka suaranya. "Tunggu, ada beberapa orang lagi yang akan tiba disini" Ucapnya.

Alana menoleh ke arah pintu keluar dengan pandangan yang tak bisa diartikan. Ada sebuah perasaan aneh yang seakan akan terjebak di dalam hatinya. "Siapa?" Tanyanya dan dihiraukan oleh mereka semua. Tak sepenting itukah pertanyaan miliknya sampai sampai tak dihiraukan sama sekali?

"Beberapa menit lagi mereka akan sampai kesini dan setelah itu saya akan menjelaskan maksud saya membawa kalian semua kemari"

Alana mengangkut bahunya acuh, seakan akan dia sudah bodoamat dengan informasi yang telah diberikan."Jadi?"

"Jadi??" Ulang mereka enggan menirukan cara berbicara Alana.

Ingin sekali dirinya untuk mencuci otak mereka semua agar tidak ada orang yang lemot di dunia ini. "Aku bukan orang yang sabar" ucap Alana dengan senyum manisnya.

"Tunggu sebentar lag-" Ucapannya terpotong saat pintu dibuka dengan kasar.

Bruk

"Bisakah kalian lebih lembut sedikit?!" Teriak seorang perempuan yang didorong masuk ke dalam ruangan.

Mata Alana melotot saat melihat dua orang yang dikenalnya. "Mba Ana, mas brian?!"

"Oh, hi Alana. Kalian semua kenapa ada disini?"

Alana menatap prajurit itu dengan penuh amarah. "Apa maksudnya ini?"

Seorang prajurit dengan name tag 'Stevan' melemparkan sebuah berkas di depan Alana. "Baca itu dan bergabunglah dengan kami. Tawaran kami tak dating dua kali"

Alana menatap mereka tajam dan mengambil berkas itu. Dibacanya selembar demi selembar dan kemudian dia melemparkan berkas tersebut ke dinding. "Apa apaan brengsek"

"Kami butuh kalian di kraton. Seperti yang kalian tau, prajurit kraton makin lama makin berkurang dan kebetulan kalian memiliki darah keturunannya, walaupun dari selir. Namun lumayanlah bisa membantu kami semua" ucapnya sembari menyeringai.

"Bergabunglah dengan kami dan bantu kami di kraton"

Bug

Alvin memukul prajurit itu dengan penuh amarah. Dia tak suka direndahkan, dirinya lebih tinggi dibandingkan keluarga kraton brengsek itu. "Kalian pikir kalian itu siapa? Seenaknya datang dan memaksa kita semua. Kalian pikir kita serendah itu?!!"

Prajurit itu berdiri dan menyeka darah di samping bibirnya. "Bukankah itu sebuah kehormatan bagi kalian semua?"

"Kehormatan katamu? Cih, kita tak butuh itu semua" Ucapnya.

The Endless WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang