Chapter 11

16 1 0
                                    

Tok

Tok

Tok

"ALANA!!" Teriaknya sembari mengetuk pintu kamar alana.

"ALANA BUKA PINTUNYA!!"

Perempuan itu terus mengetuk pintu tersebut tanpa henti dan meneriaki sang pemilik kamar. Hari ini sangat terik, wajar karena jam menunjukkan pukul 12.00. Anehnya kenapa dia mencari alana jam segini dikamarnya?

"Kemana itu anak" gumamnya sembari melihat jam tangannya berkali kali.

Perempuan itu berdecak kemudian menepuk dahinya pelan. "Zalene bego, alana ya di lapangan lah bego!" Gumamnya kesal dan langsung berlari ke tempat alana berada.

Sesampainya disana dia langsung berlari mendekati alana dan melempar berkas yang dia buat beberapa hari ini ke muka alana.

Bruk

Berkas itu menemplok senang di muka alana yang bercucuran keringat. Alana menggeram marah, dia sedang cape sekarang ini dan kurang ajar sekali dia diperlakukan malah seperti ini. Lalu Alana menengok ke zalene dan dibalas senyuman manis oleh perempuan tersebut.

Alana menghela nafas saat mengetahui pelaku yang melemparkan berkas tersebut. "Berkas apa ini?"

"Alvin meminta padaku seminggu yang lalu. Kita jadikan itu salah satu bukti yang akan dikirimkan ke sultan besok"

Alana menganggukkan kepalanya dan membuka berkas itu. Membacanya selembar demi selembar. "Belum kamu aduin ke sultan kan tentang masalah ini?" Tanyanya ke zalene dan digelengi oleh sang empu.

"Belum, buktinya belum kuat. Sangat beresiko dan aku tak seberani itu"

"Bagus, sebentar lagi. 20% lagi selesai dan kita tarik perempuan itu"

"Kenapa gak langsung dipenjarain? Cuma penari kan?"

"Iya memang penari, tapi aku belum tau ada orang dibelakangnya tidak. Kalau memang ada akan sangat berbahaya jika ternyata dia dekat dengan sultan, lagian aku yakin 3 kejadian itu dilakukan oleh orang yang sama" ucapnya dengan nada yang sangat amat pelan.

"Plot twist banget ya kalau sultan yang ngirim dia hahaha" bisiknya ke alana.

Alana tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Lelaki itu tak sebaik yang orang pikirkan"

Zalene menganggukkan kepalanya dan menepuk pundak alana. "Sisanya kuserahkan padamu. Hanya kamu yang bisa urus bagian terakhir ini"

Alana tersenyum kecil pada zalene. "Aku tau, kalian percayakan saja padaku"

Sepergian zalene, alana menyibak rambutnya yang lepek ke belakang. Lalu melirik ke dinding kanan bagian belakang.
"Jangan pernah main main tentang ilmu hitam ke kami semua babe" gumamnya pelan sembari meremat pedang kayunya.

Alana menaruh pedang kayu itu ke tempatnya dan berjalan mendekat ke arah dinding yang dia curigai sejak tadi. "Keluar. Aku tau kamu disini"

Seorang perempuan berkebaya hitam muncul secara tiba tiba. Darah keluar dari kepalanya, wajahnya pucat dan mukanya hancur.

"Apa yang kamu inginkan?"

"Khehehe" Tawa perempuan itu menggema di lorong kraton dan secara tiba tiba perempuan berkebaya hitam itu sudah ada di samping alana. "Kematianmu dan kematian kalian semua" bisiknya dengan kukunya yang diletakkan di pipi alana.

Alana terdiam lalu hendak memukul jin tersebut. Sayangnya jin itu menghilang entah kemana. Datang tak dijemput, pulang tak diantar. Mirip jailangkung saja

Alana menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. Dia akan mengurus jin itu nanti, sekarang dia akan mencari saksi mata terakhir. Daritson Antareja.

Alana berjalan dengan tergesa gesa menuju ruang bawah tanah saat kendengar kabar bahwa daritson tertangkap kembali. Pelarian daritson sungguh membuat alana bertanya tanya. Bagaimana pria itu keluar dari penjara? Penjara kraton tak segampang itu untuk dibobol.

The Endless WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang