Alana mengelus elus kuda yang akan dia gunakan nanti sembari memeriksa apakah kuda tersebut ada yang bermasalah atau tidak. Alana memeriksanya dengan teliti, mulai dari kepala hingga ujung ekornya namun dia tak menemukan sesuatu yang aneh dari kudanya itu.
Awalnya kuda yang disiapkan untuknya adalah kuda jantan berwarna coklat tua dengan rambut berwarna hitam, namun perempuan itu lebih tertarik dengan seekor kuda berwarna hitam legam dengan perpaduan coklat tua dibagian kaki kakinya. Kuda itu sangat kekar dengan otot yang terlihat lebih besar dibandingkan kuda lainnya. Lalu rambut hitamnya menambah kesan menawan terhadap kuda tersebut, bahkan Alana dibuat terpana dengannya.
Alana menepuk nepuk tubuh kuda tersebut sembari mengatakan kata kata pujian agar kuda tersebut luluh dengannya. Mungkin kalau ada orang yang melihatnya, dia akan dikatain sebagai orang gila karena berbicara dengan binatang.
"Jadilah anak baik untuk beberapa hari ke depan oke?" Ucapnya sembari menepuk pelan punggung kuda tersebut.
Hingga beberapa saat kemudian suara telapak kaki seseorang mengambil atensinya. "Alana" panggilnya dan Alana langsung menengok ke arah suara tersebut.
Lelaki itu mendekat ke Alana dan berdiri di belakangnya. "Ada apa mencariku?" Tanyanya dengan muka yang datar.
Alana merogoh saku celananya lalu mengeluarkan sebuah bungkusan kertas dan diberikan ke Geon. "Kupikir ini akan berguna untukmu besok"
"Apa ini?" Tanya Geon sembari membolak balik bungkusan tersebut dan dicium aromanya.
"Bubuk racun, pakailah kalau ada masalah yang mendadak. Kita tak tau ke depannya bagaimana kan? Untuk jaga jaga saja"
Geon menganggukkan kepalanya dan memasukkan gulungan tersebut ke dalam saku celananya. "Baiklah, terimakasih"
"Oiya apa yang akan kau gunakan? Senapan atau pedang?" Tanya Alana penasaran, karena setaunya lelaki tersebut pintar dalam jarak jauh dan jarak dekat. Walaupun setiap berlatih dengannya lelaki itu akan menggunakan sebuah pedang.
"Pedang. Pasukkan jarak jauh akan dipimpin oleh bara, menurutku lelaki itu cocok untuk memimpin pasukan jarak jauh"
"Benarkah? Aku tak pernah melihatnya menggunakan senapan"
"Haha sudah lama sekali dia tak menggunakannya, terakhir kali dia menggunakan benda itu sepertinya sekitar 5 bulan yang lalu"
"Baiklah, akan kupercayakan orang itu padamu. Ah lalu, tolong tunjukkan pedangmu padaku"
Geon mengangkat sebelah alisnya bingung dan tanpa basa basi lelaki itu langsung menarik pedangnya dan diperlihatkan kepada Alana. Alana menganggukkan kepalanya saat melihat pedang yang sangat mengkilap tersebut dan dia memutar crown dari jam tangannya. Di detik itu juga case jam tersebut terbuka dan Alana segera mengambil sebuah botol kecil di dalam sana. Setelah itu Alana menuangkan cairan dari dalam botol ke atas pedang Geon hingga cairan tersebut kandas. Cairan berwarna bening dan tak memiliki aroma sama sekali seakan akan Alana hanya menuangkan air biasa ke atas pedang Geon.
Ah seperti itu- batin Geon menyeringai melihat kelakuan Alana.
Alana tersenyum dan menaruh kembali botol tersebut ke dalam jam tangannya. Sejujurnya jam tangan tersebut hanyalah sebuah aksesoris yang berfungsi untuk menyembunyikan racun racun yang Alana racik sendiri. Entah dari mana perempuan itu mendapatkan jam seperti itu. Bahkan jam tersebut tak terlihat seperti jam tangan, malah terlihat seperti sebuat gelang kulit yang dipasang dipergelangan tangan bahkan jarum jam itu tak terlihat karena ada bagian yang berfungsi untuk menutupinya.
"Baiklah, kita berangkat sekarang" Ucap Alana sembari naik ke atas kudanya.
"Tunggu Alana!! Ada sesuatu untukmu" Panggil Geon dan lelaki itu menyerahkan sebuah kertas yang telah ditekuk tekuk kecil kepada Alana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Endless War
Fiksi PenggemarHanya menceritakan sebuah kisah tentang seorang perempuan bernama Alana Zara Paramitha yang memiliki dendam kepada para tentara luar dan mengambil semua resiko untuk membalaskan dendamnya. Namun disaat semuanya hampir terbalaskan, sebuah fakta menam...