Chapter 9

26 1 0
                                    

Alana mengangkat pedang miliknya lalu dihadapkan ke arah lawan latihannya. Tatapannya focus namun tajam supaya lawannya tak memandang remeh padanya. Dalam pertarungan tak hanya kemampuan pedang saja yang dapat membuat takut, namun kemampuan intimidasi juga memiliki pengaruh yang luar biasa dan kemampuan itu juga dapat membuat lawan menjadi gemeteran.

Alana menendang pedang lawan latihannya lalu menginjak dadanya. Kemudian menancapkan pedang miliknya disamping muka lawannya itu. "Menyerahlah geon" ucapnya.

Geon mengangkat tangannya dan tersenyum ke arah alana. "Oke, aku menyerah sekarang"

Alana mengangkat kakinya dan meregangkan tubuhnya. Menarik tangannya ke atas karena tubuhnya agak pegal sekarang. Kemudian dia menoleh kembali ke arah geon. "Menurutmu aku gimana sekarang?"

"Gimana apanya?"

"Masih kaya dulu atau tidak? Maksudnya dalam hal kekuatan bukan yang lainnya"

Geon menganggukkan kepalanya. "Yeah berubah drastis. Tendanganmu lebih kuat dibandingkan dulu alana"

"Baguslah kalau begitu"

"Bagaimana kabar zalene? Aku belum melihat perempuan itu akhir akhir ini"

Alana menggelengkan kepalanya. "Tidak tau, tapi kuyakin dia baik baik saja sekarang"

"Kuharap begitu"

"Aku duluan ya yon, makasih untuk hari ini"

Geon menganggukkan kepalanya. "Oke, jangan lupa lusa itu hari penting"

"Aku takkan melupakannya" ucap Alana sembari tersenyum manis.

Alana menelusuri taman di wilayah kraton, tamannya cukup indah menurutnya. Tamannya memang indah namun tidak dengan pemiliknya. Alana menepuk pundak seorang lelaki yang memiliki tinggi badan jauh diatasnya. Wajahnya manis dengan alis yang tebal dan kulit sawo matang miliknya.

"Mas brian" panggil alana.

Brian tersenyum dan menepuk bangku disebelahnya. "Sini"

Alana duduk disebelah brian lalu menyerahkan sebuah kertas kepada lelaki itu. "Ini berkasnya dan didalamnya ada sebuah rekaman cctv"

"Hoo darimana kamu mendapatkannya?"

"Ada" ucapnya sembari melirik berkas ditangan brian. "Omong omong yang dikatakan mba vina bener kemarin. Tebakannya tak meleset sedikitpun"

"Hmm??" Gumamnya dan membuka berkas itu lalu membacanya.

Alana menarik rekaman yanga ada di tangan brian lalu memasukkannya pada jam ditangannya. Di detik itu sebuah hologram muncul dan menampilkan sebuah rekaman yang menjadi sebuah barang bukti. "Lihat? Bu friska orangnya. Namun aku yakin ada orang yang menyuruhnya. Lagian untuk apa seorang penari ingijn membunuh kenandra? Tak ada hubungannya kan"

Brian fokus pada rekaman tersebut, namun telinganya tetap mendengarkan suara alana yang berkomentar. "Bu friska sedang menelfon seseorang" ucapnya dan menunjuk hologram tersebut.

"Retas hpnya retas!! Kita cari tau nomer telfon itu!!" Ucap brian sembari menelfon seseorang.

"Halo?" Sapa orang yang ditelfon oleh brian.

"Alvin dikamarmu ada leptop?" Tanya brian dengan nada yang serius.

"Sepertinya ada. Untuk apa?"

"Aku memerlukannya sekarang. Bisakah kamu antarkan ke taman bagian belakang. Di bangku paling pojok di bagian yang terbelakai" ucap brian.

"Kenapa tidak mas aja yang ambil?"

The Endless WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang