CHAPTER 23

1.2K 267 125
                                    

Di siang hari yang cerah, setelah dua pekan pasca Hinata melahirkan, tampak sang Hime yang tengah dikerumuni oleh rombongan teman-temannya, dengan kompak para rookie telah bersepakat untuk mengosongkan jadwal mereka dari misi, demi mengunjungi Hinata dan tentunya juga sang bayi.

Semua mata terpaku dan tertuju pada mahluk kecil menggemaskan bersurai kuning dipangkuan Hinata, "Lihatlah rambut dan mata birunya itu, sangat mirip dengan Naruto", Sakura mengusap pipi Boruto yang gembul menatap tidak menyangka betapa miripnya bayi bernama Boruto itu dengan ayah bodohnya.

Ino mengangguk setuju, senyum kecilnya melebar menjadi lebih tulus, "dia begitu tampan", mata hijau kebiruannya terpukau tak berkedip.

Mendengar kekaguman yang dilontarkan Ino membuat Kiba menyeringai, "dia tampan sepertiku", sahutnya dengan sangat percaya diri. Semua orang tertawa hingga Chouji menyela, Boruto mirip Naruto bukan denganmu Kiba, jadi Narutolah yang tampan!", Kiba mengerucutkan bibirnya, ia merajuk sembari melipatkan kedua lengannya ke dada, "Ck.., kurasa mata kalian semua sangat bermasalah, tak bisa membedakan kenyataan!", kekonyolan Kiba mencairkan suasana menjadi pecah dengan tawa.

Ino merentangkan tangannya ke arah Hinata, "Hinata, berikan Boruto padaku, aku ingin menggendongnya sebentar", dalam sedetik kemudian lengan Sakura menggeser tangan Ino, juluran tangannya lebih dulu mengambil Boruto yang bergelung nyaman di dalam bedungan kain longgar berwarna pink lembut, "denganku saja, nanti Boruto mirip babi sepertimu!", Ino menaikkan salah satu alisnya yang berwarna pirang pucat, "seharusnya dia yang tak boleh digendong olehmu!, nanti jidatnya lebar dan akan jelek sepertimu!", lototan manik emerald Sakura semakin menantang, "kaulah yang jelek seperti babi!", mereka berdua beradu mulut dengan tatapan mata yang seperti dialiri listrik.

Tenten memutus tatapan maut antara Sakura dan Ino, ia merangkul kedua pundak wanita sangar itu dan berada ditengah-tengah mereka, "Oii oii.., kalian berdua sangat berisik sekali, nanti Boruto bisa menangis!", mata Ino dan Sakura saling menatap, lalu dengan serentak mereka memalingkan wajah dengan kesal.

Bibir Sai tersenyum, telapak tangannya bergerak naik menyentuh pucuk kepala Ino, "itu tidak benar, kau sangat cantik", kedua matanya menyipit membentuk bulan sabit, diiringi jantung Ino yang berdebar keras.

Sakura melirik ke arah Sasuke sehingga mata mereka saling beradu tatap, ia memelas, binar matanya seperti mengharapkan pujian atau pun pembelaan untuknya. Dengan tegas Sasuke memalingkan wajahnya yang dingin, nan seketika membuat harapan si gadis musim semi menjadi sirna, hancur berkeping-keping, "shanaroo..", lirih Sakura lesu, kepalanya tertunduk dengan bibir mencebik kesal.

Setiba di teras mansion, Naruto tergesa-gesa melepaskan alas kakinya, ia berderap menuju ruangan dimana Hinata dan Boruto berada, ia begitu merindukan sang buah hati di sepanjang waktu, itulah kenapa disetiap bangunnya ia akan segera berlari pada penyemangat hidupnya itu.

Penciuman Kiba yang tajam mencium aroma Naruto, netra tajamnya melirik ke luar hingga menemukan sosok Naruto yang mendekat, "ooi Naruto, kenapa kau begitu lama sekali!", seketika suasana berubah hening.

Naruto menyelipkan tangannya ke pinggul Hinata lalu mendaratkan satu kecupan singkat pada dahi sang wanita, di hadapan semua teman-temannya. Lingkar mata Naruto menghitam, kulit tan nya sedikit memucat karna bergadang semalaman dengan Boruto yang rewel di sepanjang malam, ia kembali setelah mandi dan tertidur beberapa jam. "Naruto kun, kenapa kau kembali.., beristirahatlah", nada kekhawatiran Hinata terdengar jelas, beberapa hari terakhir ayah muda itu telah banyak membantunya menjaga Boruto.

Naruto mendekatkan wajahnya ke depan wajah Hinata sehingga ketulusan dimatanya terlihat jelas, "tidak apa-apa sayang, aku tak bisa membiarkanmu menjaga anak kita sendirian", ucapnya sambil menggeleng tegas, Naruto sangat tahu betapa kewalahannya Hinata dengan rutinitas Boruto di malam hari yang tiba-tiba menangis meminta susu bahkan mengganti popok.

AFTER THE LASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang