CHAPTER 26

1.2K 265 55
                                    

Senyuman terpatri di bibir gadis berambut hijau yang bermanikan senada dengan surainya itu, ia menjulurkan tangan ke hadapan seorang jelita yang berdiri di samping Temari, "Perkenalkan, namaku Inuzuya Naomi, dan panggil saja Naomi", sembari menunggu jabatan tangannya, gadis Suna teman satu angkatan Temari sekaligus salah satu ninja medis terampil di Sunagakure itu, diam-diam mengamati wajah cantik yang akan menjadi targetnya hari ini.

Bibir merah sang Hime melengkung naik tak kalah ramahnya, "senang berkenalan dengan anda, Hinata, Hyuuga Hinata", akhirnya kedua tangan mereka saling menyatu dalam senyuman, yang satu tersenyum penuh ketulusan sementara nan satunya lagi mengurvakan senyum penuh misteri.

Temari menaikkan salah satu alis pucatnya pada Naomi, lirikan matanya seakan-akan menginstruksikan sesuatu, "Ayo duduk!", Hinata mengangguk patuh, menghenyakkan bokongnya duduk pada sofa maroon tua super mewah di ruang tamu, beberapa menit kemudian gadis malang itu akan dijadikan korban Temari yang kini tersenyum penuh kemenangan.

Bangunan rumah bak kastil sang Kazekage dilengkapi dengan berbagai furnitur mahal yang berdesain klasik modern, perpaduan warna coklat gelap yang hangat dengan kerlip mengkilau dari tirai jendela dan material besi menjadikan ruangan itu tampak mahal dan elegan, jauh berbeda dengan mansion luas milik Hiashi yang bergaya rumah kuno dan kental akan tradisional Jepang, namun dua bangunan itu memiliki kesan estetikanya masing-masing.

Beberapa maid nan mengenakan terusan hitam dan celemek putih, tampak sibuk menyajikan hidangan camilan ringan ke atas meja kaca bulat berwarna hitam mengkilat dengan kaki meja yang dikelilingi tembaga keemasan, mereka memindahkan kudapan berupa mochi, taiyaki, dango, bahkan cinnamon roll kesukaan Hinata dari atas nampan dan masih banyak lagi.

Satu petikan jari Temari menarik seorang pelayan mendekat, sang maid mengangguk paham seolah mengerti setelah mendengarkan suatu bisikan dari balik daun telinganya.

Naomi meletakkan betis kanannya ke atas lutut kirinya, lalu menyambar sebuah kue bertangkai seperti sate di atas meja, "Jadi Hinata, kau adalah tunangan dari Kazekage kami?, kalian akan segera menikah?", tekstur empuk dan lembut kue dango membelai lidah si dokter muda, yang terlihat dari goyang-goyangan kepalanya nan kegirangan.

Padahal Hinata hanya harus mengangguk setuju atau berkata YA dengan mudah, tapi entah kenapa hatinya terasa begitu berat untuk mengakuinya, dengan kepala sedikit tertunduk Hinata mengangguk pelan tanpa suara.

Naomi menelan bulat-bulat tusukan terakhir bola kecil manis ditangannya, tanpa dikunyah, terburu-buru mengucapkan sesuatu, "Kau sungguh beruntung Hinata!, dan sepertinya semua gadis dikantorku akan segera menghapus klub pecinta Kazekage..", celetuknya semangat sembari mengayun-ayunkan tangkai dango ke arah Hinata.

Hinata yang mendengarkan tak merasa senang ataupun bangga akan pujian yang didapatkannya, hanya saja bibir berbentuk hati Naomi mengerucut dan mengeluarkan desahan frustasi, "yaahh dan aku sendiri juga harus menghilangkan perasaan berdebar ini pada calon suamimu itu, meski aku lebih tua darinya tapi aku sangat menyukainya, seandainya saja Kazekage yang dingin menjadi milikku, maka aku tak akan meminta apapun lagi..", Naomi menangkup pipinya yang bersemu merah, tenggelam dalam khayalan wajah tampan sang pujaan yang tersenyum manis ke arahnya.

"Ttsskk.., Berhentilah bermimpi wanita gila!", Seketika lamunan indah Naomi di hancur leburkan oleh mulut setajam silet Temari, sekilas manik peridot menawannya menatap sengit kakak sulung Kazekage, sebelum melemparkan seulas senyum manja yang dibuat buatnya pada wanita bersurai indigo, "Hinata.., berhati-hatilah dengannya, dia adalah gadis yang sangat kejam!", peringatan yang memang benar adanya itu diucapkan Naomi dengan senyuman manis yang kentara menyindir Temari.

Wajah Temari mengeras, bibir tipisnya mengetat sembari melontarkan tatapan tajam mematikan, tapi ketika mata hijau itu bertumbuk melihat Hinata yang memperhatikannya, dalam hitungan detik ekspresi di wajah Temari melembut, yang dibalas kikikkan tawa renyah Naomi.

AFTER THE LASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang