PESONA SEORANG AYAH

58 31 0
                                    

Assalamualaikum temen-temen ...
Apa kabar untuk hari ini?
Sorii baru up ya, semoga bermanfaat ya ...
Ohya, utamakan vote dan komentar ya teman-teman
Next, happy reading.

****

"Duduk, kak," intruksi Yasmin kepada sang anak. Cowo itu hanya menundukkan seraya mengangguk.

Adek perempuannya kekeh. "Aduh bunda-bunda, ketemu jodoh kok disuruh duduk? Spil dong jodohnya, Bun," ceplos gadis itu.

Mendengar itu Zeena semakin risih, bahkan dia sangat enggan untuk bicara. Dia ingin pergi dari sini, dia kira dinner kali ini hanya makan malam, setelahnya selesai. Namun, perkiraannya salah. Kedua orangtua Zeena dan Devid hanya tertawa kecil seraya menggelengkan kepalanya.

Yasmin melotot tak percaya apa yang dikatakan oleh anak gadisnya itu. Dengan tegasnya, dia bicara, "Duduk! Yang sopan kalo bicara, hormati di sini lho, ada orang tua," Yasmin menatap anak gadisnya tak suka.

David mengangkat kepalanya sesekali. "Jangan keras sama anak sendiri, Tan. Kasihan dia, kalo nasehatin dia jangan terlalu keras," bela Devid. Bukan apa, namun laki-laki itu hanya tak suka saja ada perempuan yang dinasehati terlalu keras, hal itu menurut laki-laki berinsial D sang anak bisa mendapatkan depresi ringan kapan saja.

Sari mengangguk setuju. "Betul itu, Yasmin. Aku tau, anakmu lagi bercanda, sama halnya dengan anak-anakku. Itu sudah biasa." imbuhnya.

Gadis itu menundukkan, namun dia tersenyum. Dia merasa senang jika ada yang membelanya karena mengerti akan dirinya. Yasmin menatap kearah anak gadisnya dengan judes, "Jangan senyum! Cepat duduk, untung aja ada yang belain, kalo engga Bunda potong uang jajan kamu selama sebulan, mau?!" ancam wanita itu.

Dengan cepat, gadis itu menggelengkan. "Maaf, Bunda ..." katanya dengan merasa bersalah. Tanpa perlama-lama lagi, dia menuruti kemauan Yasmin, perempuan itu duduk dengan santainya.

Sementaranya, pemuda itu menggeleng, kemudian dia bersuara. "Maaf sebelumnya, Tan, Om ... Suasanya tadi kurang mengenakan ..." katanya dengan lembut, tak lupa pemuda itu terus saja menundukkan kepalanya.

"Tak ap—" Firman ingin mengatakan jika hal itu tidak masalah baginya, namun tiba-tiba anak gadisnya itu memotong membicaraannya.

Zeena terkejut, bahkan kala dia menundukkan kepalanya, dia sedikit menoleh kearah Devid—abangnya. Abangnya tak yang mengerti, menaikan kedua alisnya seraya memasang raut wajah kebingungan.

Mendengar itu telat beberapa menit kemudian, dia spotan langsung mengangkatkan kepalanya. Dia menatap kearah pemuda itu. "Kak Cakra?!"

****

Zeena terus saja menunduk, gadis itu benar-benar malu apa yang dia lakukan tadi. Bagaimana mungkin suaranya mirip, namun orangnya berbeda? Hal itu yang membuatnya terkejut, bahkan merasa malu.

Devid menggeleng, bahkan laki-laki itu sangat menahan tawanya hingga pipinya memerah. "Zeena-Zeena, bisanya kamu bilang kek gitu," ejeknya.

Zeena memutarkan bola matanya malas. Dia berdecak kala mendengarnya. "Brisik! Namanya juga ga tau." cicitnya.

Gadis yang bersebelahan dengan saudara laki-lakinya kekeh kecil. "Emang siapa kak cakra?" tanya gadis itu.

GRATHA FANA ( TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang