Malam ini, sungguh Galaksi dibuat pusing, seharusnya akhir tahun ini dia bisa menyelesaikan deskripsinya untuk lulu semester 4, namun tidak sesuai target yang diinginkan oleh pemuda itu.
Menurutnya, pasti ada saja yang mengganggu kehidupannya, entah itu masalah, ataupun yang hal yang dia inginkan seperti sekarang.
Dia meletakkan dagunya di lengan tangan kirinya, tatapannya mengarah kearah bingkai foto dirinya dengan seorang gadis, difoto tersebut keduanya terlihat bahagia, galaksi yang merangkul gadis itu, senyuman gadis itu sampai giginya terlihat.
Matanya berkaca-kaca. Dia tersenyum penuh harapan, penuh arti, kala dia mengambil bingkai foto dan mengusap-usap foto tersebut. "Zeena, zeenanya Gala. Zeena, apa yang kita harapkan ga bisa, ya? Zeena ... Gala kangen. Gala rindu zeena," ucap Galaksi. Dia memeluk bingkai itu dengan melipatkan kedua tangannya.
"Zeena, Gala akan terus mencintai zeenanya Gala. Zeena, hanya untuk Gala." imbuhnya.
Suara teriakkan membuat Gala langsung meletakkan bingkai foto di depannya, dia memiringkan tubuh, dan tangan kirinya sebagai bantal. Sementaranya, tangan kanan memegang bingkai foto itu.
"Gala? Kamu tidur?" teriak Gistara kala dia mengetuk pintu kamar putranya. Tidak ada jawaban, membuat Gistara bertanya-tanya, tanpa perlama-lama lagi Gistra membuka pintu karena tidak dikunci.
"Lho? Tidur kok dimeja belajar si?" komentar Gistara, sesudah menutup pintu kamar milik anaknya. Dia spotan terkejut, tak biasanya anak tunggalnya itu tidur dimeja belajar.
Gistara yang ingin membangunkan Galaksi, teruntungkan niatnya dia salah fokus akan apa yang dia lihat Galaksi memegang bingkai foto, membuat dia mengambilnya dengan hati-hati agar Galaksi tak terbangun. Alhasil, wanita itu berhasil.
"Zeena? Ternyata ... Masih sama, Gal? Mau sampe kapan kamu akan seperti? Kamu nantinya akan menjadi seorang suami, tapi bukan suami dari zeena," gumamnya. Tatapannya sesekali memandangi foto tersebut, dia melirik kearah Galaksi yang tertidur, tangan kanannya mengelus-elus ramput putranya itu.
Gistara tersenyum. "Galaksi, Bunda harap ... Jagoan Bunda, segera melupakan zeena, cintailah seseorang yang nantinya sah menjadi istri kamu, Gal. Cintailah selayaknya kamu mencintai zeena, bahkan lebih dari itu."
Setelah mengatakan hal itu, Gistara kembali meletakkan bingkai foto ditempat semula. Dia menghelakan nafasnya perlahan, dia mengelus-elus ramput pemuda itu.
"Gala, bangun sayang ... " Gistara mencoba membangunkan pemuda itu dengan menepuk bahunya. Galaksi yang merasa ada yang menepuk bahunya, dia berusaha membuka matanya perlahan, dia menatap Gistara.
Gistara tersenyum kala dia ditatapan oleh pemuda itu, entah dia sadar atau tidak. "Sayang ... Jagoannya Bunda ... Pindah ke tempat tidur, ya?" bujuknya dengan lembut.
Galaksi berusaha memposisikan dirinya untuk duduk, dia kira dia akan pura-pura tidur, nyatanya dia beneran tertidur. Dia mulai mengucek matanya, hal itu memang sudah kebiasaan orang ketika bangun dari tidur.
Tanpa menjawab, dia langsung bangkit dari tempat duduknya dan pindah untuk tidur di keranjang miliknya itu. Gistara yang melihat itu hanya menggeleng tak percaya, bahwa anaknya itu sudah sangat besar, bahkan udah dewasa.
"Selamat tidur, jagoannya Bunda," Gistara mencium kening Galaksi sesudah dia merapihkan selimut untuk menyelimuti kaki sehingga perut pemuda itu.
Wanita itu beranjak keluar dari kamar tidur Galaksi, kala dia sudah keluar kamar dia tersenyum memandangi anak tunggalnya, kemudian dia langsung menutup pintu secara perlahan.
"Sudah bertanya dengan galaksi?" Felix tiba-tiba datang membuat Gistara terkejut, Felix kekeh kecil melihat reaksi istrinya.
Gistara menggeleng. "Belum ... Aku rasa ... Entah sampai kapan, dia akan bisa, dia terlalu mencintai zeena. Dari semua tingkahnya, zeena yang bisa merubah sikap anak kita!"
KAMU SEDANG MEMBACA
GRATHA FANA ( TERBIT )
SpiritualKetemu sama masa lalu eh malahan ngaku-ngaku jadi istri orang? Kejebak oleh masa lalu membuat gadis ini rela mati-matian buat move on, sewaktu waktu masa lalunya menikah dengannya mendadak gagal karena gadis itu kabur dengan sebuah alasan.