PERJUANGAN

44 27 0
                                    


Kalian menunggu up ga nih?

Kalian dari mana?

Pecinta fiksi dari kapan?

****

Happy reading...

***

Ketiga saudara berada disatu kendaraan transporasi, suasana memang hening karena satunya fokus menyetir, lalu anak bungsu tengah membaca buku yang harus mereka pelajari, sementaranya, anak tengah dia tengah merenungkan sesuatu hal.

Bisa dibilang, tidak ada topik kala tidak ada yang mau berbicara. Itu sudah biasa, topik paling penting dan utama pasti mengenai mempelajaran, sebab ketiga anak itu merupakan mahasiswa ambis.

Iya, mereka anaknya pintar.

Pintar menurut Nasha, dia yang selalu jadi bahan korban pemanfaatan dari beberapa temannya, yang malas sekali untuk mengerjakan tugas. Dan, kerap kali Nasha memberontak namun hatinya tak sepadan dengan otaknya.

Rasya—anak pertama itu menatap kaca mobilnya. Dia menatap adek gadis yang terdiam seraya membuka-buka halaman. Bibirnya terbentuk bulan sabit seketika.

Namun, hanya beberapa detik, laki-laki itu beralih untik melirik sesekali kearah anak tengah itu. "Ada masalah apa? Kalo ada masalah, tuh dibicarakan, kita bisa mampu kalo memang bisa." Rasya bersuara.

Anak tengah itu menghelakan nafasnya. Dia menoleh sesekali. "Ck, masalah?"

Nasha mendengar itu beralih menatap kedua saudaranya, sesaat dia menutup bukannya. "Ada apa, kak?"

"Ga ada. Ga penting," ketus anak tengah itu.

Nasha terangkat kedua alisnya. "Yakin? Keknya dari tadi diem-diem aja, biasanya kan, kakak yang udah bicara sampe bikin aku kesel, tumben." ucap Nasha.

Rasya mengangguk. "Sebenarnya ada apa? Jangan bikin susah. Lagipula, kita kan ada bisa membantumu, sebisa mungkin," kata Rasya.

"Udah dibilangin, gue ga mau ngulang lagi." tegasnya.

"Gue?" beo Rasya.

Rasya, laki-laki itu terasa asing dengan kalimat itu. Sebab, mereka tidak pernah mengatakan hal itu. Jadi, kedua saudara itu terkejut adanya penuturan itu.

"Kak?" ujar Nasha. Pemuda itu hanya memutar bola matanya malas, terasanya ada perasaan dihatinya yang sangat dia tak sukai sekarang. Dia ada penyesalan, dan dia juga merasa tak pantas.

"Nasha, baca buku selesain. Jangan banyak tanya, sebentar lagi kamu ada lomba, 'kan?" tutur Rasya mengalihkan topik, agar gadis itu tak menjadi balasan apa yang anak tengah itu rasakan.

Nasha mengangguk, dia kembali membuka buku meskipun ada rasa penasaran yang mendalam, namun dia selalu ditegur untuk jadi manusia yang bertanya akan hal penting dan tidak mengurusi masalah oranglain.

"Kak? Dia kenapa? Tapi... Kalo ga ada apa-apa, pasti dia selalu jahilin aku, aneh betul hari ini. Apa lagi, ini hari jumat! Apa mungkin ..." batin Nasha.

"Aku ga tau sampe kapan harus seperti ini ... Tapi, aku juga ga merasa pantas,"

****


"Gal, lo serius dijodohin?"

Kevin dan Erlang yang mengetahui hal itu sontak mereka terkejut bukan main, apa lagi dia mengerahuinya karena diberitahu oleh ibundanya cowo itu.

GRATHA FANA ( TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang