Halilintar bersama anak-anak lainnya dibawa ke mes khusus pelatihan bela diri. Didik langsung oleh petarung-petarung terbaik. Entah untuk apa tujuannya. Halilintar tidak tau. Yang jelas ia merasa sedikit bersyukur karena tidak dibunuh.
Namun mereka sering diperlakukan kasar jika tidak menurut, membangkang, terlebih yang terlihat ogah-ogahan ketika dipaksa berlatih.
..
Halilintar membuang napas lelah sehabis menjalani pelatihan yang cukup keras. Tubuhnya terasa remuk.
"Rasanya tubuhku jadi seperti jelly," gumamnya lemas."Soalnya ini kali pertamamu. Nanti kalau sudah terbiasa juga tidak sampai seperti itu," ujar teman sekamarnya di ranjang lain.
Halilintar menoleh dengan terheran-heran. Sebab ini kali pertama teman sekamarnya berbicara setelah seminggu mereka bertemu. Halilintar bahkan sempat mengira kalau teman sekamarnya ini bisu.
Dia bernama Solar. Mereka tak pernah bertemu ketika latihan di pagi hari sampai menjelang malam. Mereka bertemu hanya di tiap malam saja seusai Halilintar berlatih dan kerja rodi seharian.
"Ternyata kau bisa bicara juga," gumam Halilintar merasa agak kesal. Dari awal ia berusaha mengajak mengobrol dengan teman sekamarnya itu. Tapi hanya hening yang menjawab. Hingga dihari berikutnya Halilintar menyerah serta mencoba bersikap cuek pada anak yang dikiranya bisu itu.
Solar malah melempar senyum menyebalkan mendengar gumaman Halilintar yang terdengar jengkel. "Ini mungkin akan menjadi pertemuan terakhir kita. Aku hanya ingin mengucapkan perpisahan dan ada sesuatu yang ingin kuberi tahu padamu," lanjutnya kemudian.
Halilintar menyergit bingung. Ia terdiam membiarkan Solar berbicara lagi. Setengah hatinya berkata tidak peduli jika ini akan jadi pertemuan terakhir mereka entah maksudnya apa. Semenjak awal bertemu, Halilintar sudah menyadari kalau mereka tidaklah cocok satu sama lain.
"Kau dan yang lainnya pasti penasaran mengenai kenapa kita malah dibawa ke tempat ini dan menjalani pelatihan fisik secara paksa, yakan?" tanya Solar.
"Kau tau sesuatu?" Pertanyan Solar membuat Hali tertarik untuk mendengarkan. Ia kira Solar sama seperti dirinya dan yang lainnya. Tidak tahu apa-apa. Tapi setelah dipikir-pikir, ketika ia digiring ke kamar berjeruji yang mirip penjara ini, sudah ada Solar di dalam. Ada kemungkinan besar kalau Solar sudah tinggal lebih lama di sini. Jelas ia lebih tahu seluk-beluk tempat ini ketimbang dirinya dan anak-anak lain yang baru datang.
"Solar, kau itu… sudah berapa lama di tempat ini? Mengapa aku tak melihatmu ikut latihan saat pagi, siang maupun sore harinya?" tanya Hali beruntun.
Solar mendengus. Matanya tak menatap balik manik rubi Hali yang penasaran. Sedari tadi pandangan Solar hanya tertuju pada langit-langit kamarnya. Pancaran matanya sekilas terlihat kosong.
"Aku sudah seminggu lebih lama darimu," jawabnya setelah berdiam selama beberapa menit, yang sempat membuat Hali gemas karena menunggunya menjawab.
"Dan… kita berbeda. Aku tidak sama sepertimu dan yang lainnya,” kata si Solar lagi.
"Hah? Maksudnya?"
"Fisikku itu lemah. Tidak seperti kalian. Namun mereka tau kalau aku memiliki kelebihan di sini," kata Solar sambil mengetukkan jari telunjuk pada kepalanya.
Lalu bilang lagi, "Mereka tidak membutuhkan orang yang fisiknya lemah. Biasanya akan langsung dibunuh, tapi karena aku pintar, mereka pun harus berpikir ulang. Mungkin fisikku tidak berguna, tapi otakku ini sangat berguna untuk mereka. Sedangkan kau dan yang lainnya yang bodoh-bodoh, masih bisa dimanfaatkan dengan fisik kalian yang kuat. Beruntung kalian tidak dibunuh juga."
"Perkataanmu itu agak terdengar menyebalkan ya," sahut Hali merasa tersinggung dengan ucapan Solar yang terkesan menghina itu.
Hali rasanya harus menahan diri untuk tidak bangun lalu menerjang ranjang Solar serta memberikan tampolan gratis. "Jadi mereka itu sabenarnya siapa? Apa tujuannya membawa banyak anak laki-laki untuk dilatih?"
Solar pun menjawab, "Mereka itu semacam sekelompok Brotherhood yang sepertinya baru berdiri. Hal itu membuat mereka membutuhkan banyak pasukan. Yang biasanya direkrut adalah anak-anak jalanan, berandalan, dan anak-anak dari desa terpencil seperti kita."
Usai berkata begitu, Solar meliriknya dari ujung mata, "Biasanya yang diincar seperti seorang pemberani, memiliki fisik yang kuat atau pintar berkelahi akan menjadi nilai plus, dan juga seseorang yang punya otak encer sepertiku."
Hali berdecih. Ia menyimpulkan sendiri bahwa Solar itu songong. Tapi Hali tetap mendengarkan. Ia perlu informasi ini. Mungkin saja semua informasi dari Solar dapat memertemukannya dengan Taufan.
Solar mengoceh kembali. "Atau mereka merekrut pasukan dengan cara menghabisi sebuah kelompok brotherhood lain yang tidak mau diajak kerjasama. Mereka akan dibantai semua orang dewasa, lalu mengampuni anak-anaknya untuk dijadikan pasukan. Itu adalah sumber rekrutmen yang paling potensial. Karena Anak-anak itu biasanya tidak perlu melakukan adaptasi lagi. Mereka tau dunia tersebut. Tidak akan ada keluarga yang melapor anaknya hilang atau diculik. Juga anak-anak seperti itu tidak akan ada yang mendadak homesick minta dipulangkan."
"Bukankah itu cara yang bego? Bagaimana kalau anak-anak itu berniat balas dendam?" tanya Hali kemudian.
Solar terdiam lagi. Lalu dia mendengus. "Pertanyaan yang bagus. Ternyata kau tidak sebodoh seperti yang lain ya."
Hali menggeram. "Sudah jawab saja! Tidak perlu pakai menghina begitu, dih.”
Solar pun melanjutkan. "Para kelompok Brotherhood itu tidak bodoh. Anak-anak yang diambil adalah mereka yang berumur tiga sampai delapan tahunan. Anak-anak yang masih polos, naif dan tidak tahu apa-apa. Orang-rang brotherhood itu terlalu yakin bahwa anak usia lima smpai delapan tahun bisa dikendalikan sepenuhnya lewat metode cuci otak di mes pelatihan ini. Sebagian besar anak-anak yang melalui proses tersebut untuk pertama kalinya bisa lupa dengan orangtua mereka atau keluarganya sendiri. Rata-rata metode ini berhsil dilakukan. Karena itulah.. "
Solar yang tadinya rebahan pun mendudukkan diri. Menengok ke arah Hali dengan ekspresi serius. Lalu ia melanjutkan.."Kau. Setelah kuperhatikan memang agak sedikit berbeda dengan yang lainnya. Selain fisikmu kuat, otakmu juga lumayan. Kusarankan selama pelatihan ini, berpura-puralah menjadi orang bodoh seperti yang lainnya. Dan ingatlah selalu keluargamu. Balaskan dendammu pada mereka yang telah memisahkanmu dengan keluargamu."
..
.Begitulah pesan Solar, teman sekamarnya yang keesokan harinya telah hilang. Hali tidak tahu apa yang dilakukan oleh kelompok brotherhood pada Solar. Semalam benar-benar menjadi pertemuan terakhir mereka.
.
.
..
.Votkom dong, biar gw smangat
KAMU SEDANG MEMBACA
Would-be-murderer
FanfictionTaufan gak mau Hali jadi seorang pembunuh, begitu juga sebaliknya. Dan Gempa pun begitu.. tapi mana tau mereka bertiga malah berakhir jadi pembunuh semua.. .. . TauHaliGem Dark.. brothership, family, Gore, crime . . Boboiboy belong to animonsta stu...