Taufan gak tau harus ngapain. Hali meneguk ludahnya. Tentu saja mereka berdua tercengang mendengar peraturan itu.
Retakka kelihatan senang. Si muka tanpa hidung itu bilang lagi. “Tidak ada larangan apapun. Kalian bebas memilih senjata yang sudah disediakan."
Bersamaan dengan itu, beberapa pria-pria bersenjata mulai berjalan mengelilingi jeruji.
"Kenapa malah jadi gini," gumam Hali tidak menyangka akan berakhir menjadi seperti ini. Lagi pula tidak mungkin ia maupun Taufan untuk saling bunuh.
"Jika tidak menurut. Maka kalian berdua akan didiskualifikasi," kata Retakka lagi sambil memberi kode pada kawan-kawannya. Pria-pria bersenjata lainnya pun segera mengangkat pistol laras panjng mereka dan bersiap membidik Taufan serta Hali.
"Dan itu artinya mati," lanjut Retakka lagi. Ia merasa sangat puas melihat ekspresi dua bersaudara dalam jeruji lingkaran itu.
…
..Hali menggigit bibir bawahnya getir. Tangannya terkepal erat. Antara merasa ingin meledak dan bingung disaat bersamaan.
Dari awal mereka sudah dijebak. Mereka tidak punya pilihan. Memangnya apa yang bisa diharapkan oleh anak-anak yang sudah terkurung dalam jebakan mereka?
"Aaaaaarrrg!"
Maka dengan modal nekad Hali pun menerjang Taufan. Tentu saja Taufan terkejut mendapati serangan dadakannya.Bruk!
"Apa-apan kau ini! Kau yakin mau berniat membunuhku?" seru Taufan meringis.Hali menindih Taufan yang jatuh terlentang akibat dorongan darinya.
"Berpura-puralah menyerangku, Fan," bisik Hali dengan suara lirih yang masih mampu didengar Taufan.
"Aku juga akan berpura-pura menyerangmu tapi senjata kita harus jatuh mengenai rantai pintunya. Jadi ayo ambil senjatanya," katanya lagi sambil melirik waswas Retakka dan pria lainnya.
Taufan mendengus. Dia pun mengangguk paham. Mereka sama-sama memungut salah satu senjata tajam di tengah arena pertarungan.
Hali memilih kapak dan Taufan menyambar pisau yang lumayan besar. Mereka mulai saling menyerang tanpa ada niat tuk saling melukai. Hanya senjata yang saling beradu. Dan satu sama lain sengaja berdiri di belakang rantai pintu secara bergantian agar senjata mereka terus mengenai rantainya hingga terputus.
"Bagus, sedikit lagi," batin Hali senang begitu kapaknya mendarat tepat di gulungan rantai yang hampir putus setelah pura-pura menyerang Taufan berkali-kali.
Akan tetapi ...
Jleb!
"Aaargh ..!" Hali terkejut mendapati tusukan dari arah belakang.Ia menoleh terkejut pada Taufan yang kini tengah menyeringai ganjil dan masih menusukkan pisaunya di bagian pinggang Hali.
"Taufan .. kenapa?""Kau bilang kenapa?" Taufan terkekeh geli. "Bukankah memang begini ujiannya?"
Kedua Hali membola. Ia benar-benar masih tidak menduga Taufan berbuat begitu. Seharusnya mereka saling membantu kan?
Di luar jeruji besi, Retakka menyeringai senang. Dan yang lainnya pun mulai tertarik. Beberapa di antaranya mendudukan diri, menjadi seorang penonton.
"Agh!"
Lalu kini Taufan menarik kembli pisaunya yang berlumuran darah.Hali langsung ambrug. Kapak ditangannya terjatuh. Hali melihat luka tusukan hasil perbuatan Taufan di pinggangnya yang kini mulai basah oleh darahnya sendiri. Ia meringis. Lukanya sedikit demi sedikit mulai terasa menyakitkan. Tapi itu semua tak lebih menyakitkan dari apa yang dilakukan Taufan padanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Would-be-murderer
FanfictionTaufan gak mau Hali jadi seorang pembunuh, begitu juga sebaliknya. Dan Gempa pun begitu.. tapi mana tau mereka bertiga malah berakhir jadi pembunuh semua.. .. . TauHaliGem Dark.. brothership, family, Gore, crime . . Boboiboy belong to animonsta stu...