Setelah kepergian Solar, diam-diam Hali mengingat semua ucapannya dan mencoba tuk melakukan apa yang dikatakan Solar. Seperti mengikuti sarannya untuk berpura-pura bodoh di depan sekelompok brotherhood ketika mereka sedang berlatih atau mendapati ceramahan yang meyakinkan semua anak-anak di sana, bahwa keberadaan mereka dalam mes ini bukanlah sesuatu yang salah. Mereka diyakinkan untuk menjadi bagian dari orang-orang brotherhood.Semua latihan dan kegiatan di tempat itu lambat laun membuat banyak anak-anak yang mulai melupakan keluarga mereka di masa lalu. Bahkan ada beberapa yang mengabdikan diri untuk bergabung menjadi bagian dari pasukan brotherhood itu.
Saat itulah Hali menjadi pengecualian. Ia tidak bisa dicuci otaknya. Setelah berkali-kali proses cuci otak, ia seperti lupa semuanya. Ucapan Solar beberapa tahun yang lalu masih terngiang. Dan Hali menyimpan semua kesaksian masa lalu. Kenangan ketika berpisah dengan keluargnya masih melekat dalam memori kepalanya.
Janjinya pada Gempa masih diingatnya. Usia Hali kini sudah menginjak sebelas tahun. Sudah lebih dari lima tahun ia berada di mes tapi belum juga bertemu dengan Taufan.
Jika ia sudah menemukannya, Hali akan mencoba keluar dari tempat ini dengan membawa Taufan bersamanya dan pergi kembali pulang.
Ibu, juga Gempa … kadang-kadang Hali rindu dengan mereka.
…
..Di antara anak-anak yang lain, Hali menjadi yang paling unggul soal adu fisik. Tubuhnya kuat dan beladirinya patut diacungi jempol. Saat latihan satu lawan satu, ia tak pernah kalah.
Karena itu orang-orang brotherhood itu memutuskan untuk membawa Hali ke tempat pelatihan yang berisi bocah-bocah remaja terpilih. Semua remaja berusia belasan tahun itu memiliki fisik yang kuat, beladiri yang lincah dan kebanyakan memiliki tubuh tinggi, besar, serta berotot.
Dan di sanalah ia bertemu dengan Taufan.
"Kau akan sekamar dengannya. Semoga kalian akur," kata salah satu pria besar botak yang mengantarkannya di salah satu kamar peristirahatan. Setelah berkata dengan ekspresi tidak peduli, si pria botak pun pergi.
Hali terdiam untuk beberapa saat. Menatap Taufan dengan mata yang berbinar. Seulas senyuman terukir di bibirnya. Ia tentu saja senang. Sangat beruntung bertemu Taufan dan kebetulan saja dia menjadi teman sekamarnya. Hal ini tentu akan memermudah untuk kembali ke rencana awal. Membawa Taufan kembali ke rumah dan bertemu Gempa serta Ibu.
Akan tetapi…
"Aku tidak mau pulang," kata Taufan datar, melenyapkan senyuman Hali.
Mata biru Taufan terlihat begitu berbeda. Tajam, penuh intimidasi. Sangat berbeda dengan terakhir kali ia bertemu. Taufan yang Hali kenal adalah sosok adik yang ceria, suka bercanda dan selalu membuat keramain di rumah mereka dulu. Tidak seperti sekarang.
Hali baru menyadari jika Taufan telah berubah sepenuhnya.
Halilintar terdiam, meski banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan. Matanya terpaku menatap tato berupa barcode yang biasa ada di kemasan makanan, minuman instan atau kemasan yang biasa dijual di toko-toko. Tato itu terukir di lengan atas sebelah kanan tangan Taufan. Seolah Taufan adalah benda yang dapat dijual belikan.
Seperti sadar apa yang diperhatikan Hali, Taufan yang mengenakan kaus tanpa lengan itu mengusap tato barcode di lengannya.
"Kau akan mendapatkan ini juga nanti," katanya sambil berbalik melangkah menuju ranjangnya di sudut lain ruangan. Kamar mereka terdapat dua ranjang yang saling bersebrangan. Ada pintu kecil di ruangan yang diyakini sebagai pintu kamar mandi.
Mengesampingkan itu, Halilintar tak tahan untuk mengeluarkan semua pertanyaan dalam kepala satu persatu. Mungkin saja Taufan lupa dengan keluarganya. Jika itu terjadi, maka Hali akan mencoba mengingatkannya.
"Taufan, apa kau tidak ingat dengan adik kita.. Gempa dan Ibu … mereka keluarga kita."
"Aku tahu. Aku tidak lupa," jawab Taufan ketus.
Hali menyergit. Kalau Taufan tidak lupa, lalu kenapa dia tidak mau diajaknya pulang?
"Apa kau tidak merindukan mereka? Ayo pulanglah bersamaku."
Taufan tidak menjawab. Dia hanya meliriknya sekilas. Lalu merebahkan diri di atas ranjang yang terlihat lapuk dan tampak tak terawat. Mata birunya yang kini tampak gelap.
Tak lama kemudian Taufan bilang lagi,
"Sudahlah. Jangan ajak aku bicara. Lebih baik sana kau tidur, besok akan menjadi hari yang berat untukmu."Hali terdiam sambil menatapi punggung Taufan dengan banyak pertanyaan di kepalanya. “Taufan.. kenapa kau tidak mau pulang?"
Hali yang keras kepala tentu tidak akan menyerah. Ia tidak puas dengan semua perubahan Taufan.
"Apa kau tidak dengar?! Aku sedang tidak ingin diajak bicara!" bentak Taufan.
Hali pun membuang napas. Sepertinya ini memont yang tidak tepat. Mungkin besok ia akan bicara lagi dan mencoba membujuk Taufan terus sampai adiknya itu mau menurut.
.
.
..
.

KAMU SEDANG MEMBACA
Would-be-murderer
Hayran KurguTaufan gak mau Hali jadi seorang pembunuh, begitu juga sebaliknya. Dan Gempa pun begitu.. tapi mana tau mereka bertiga malah berakhir jadi pembunuh semua.. .. . TauHaliGem Dark.. brothership, family, Gore, crime . . Boboiboy belong to animonsta stu...