2

12 0 0
                                    

Edwin terbangun saat dia mendengar suara gemercik air di kamar mandi. Melihat ke samping, dia tidak melihat istrinya. Edwin langsung bergegas pergi ke kamar mandi. Saat Edwin membuka pintu kamat mandi, dia terkejut melihat Nerissa tergeletak di lantai.

"Nerissa?!"

Edwin langsung menggendong tubuh Nerissa dan membawanya ke tempat tidur. Edwin menepuk-nepuk pelan pipi istrinya itu, "Nerissa?!"

Edwin yang merasa khawatir dengan kondisi Nerissa, dia lantas menelepon dokter.

Setelah dokter tiba dan memeriksa Nerissa, Edwin bertanya, "Bagaimana keadaan istri saya? Apa dia baik-baik saja?"

"Istri anda hanya kelelahan, saya sarankan untuk istri anda agar banyak-banyak istirahat dan jangan banyak pikiran karena itu menganggu kesehatannya."

Edwin mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Akhir-akhir ini Nerissa memang banyak sekali bekerja, di perusahaannya sedang ada masalah yang mengharuskan Nerissa bekerja maksimal agar masalah itu cepat selesai.

"Dan sepertinya saat ini istri anda sedang hamil."

Edwin seketika terkejut bukan main begitu dokter mengatakan bahwa Nerissa hamil.

"Apa benar istri saya sedang hamil?"

"Jika anda ragu, anda bisa langsung memeriksanya di dokter kandungan."

Edwin tersenyum, "Baiklah, terima kasih dokter."

"Sama-sama Pak Edwin. Kalau begitu, saya permisi."

Setelah dokter pergi, Edwin mendekati Nerissa di tempat tidur. Edwin duduk di sisi ranjang seraya mengusap kepala Nerissa. Di dalam hati, Edwin sangat bahagia mendengar kabar baik itu. Jika benar Nerissa hamil, mereka pasti akan sangat bahagia. Terutama Nerissa, dia sangat ingin mempunyai anak. Dan mamanya, Eliana juga sudah lama menginginkan seorang cucu.

Ponsel Edwin berdering, dia lantas keluar dari kamar untuk mengangkat telepon.

Nerissa mengerjapkan matanya, kepalanya masih sedikit pusing. Tiba-tiba saja dia merasa mual lagi, perutnya serasa dikocok.

Nerissa turun dari tempat tidur, berlari menuju kamar mandi.

Edwin baru saja masuk kamar, namun dia tidak menemukan Nerissa ditempat tidur. Edwin mendengar suara Nerissa seperti sedang muntah di kamar mandi. Edwin yang panik langsung saja bergegas menyusul Nerissa ke kamar mandi.

"Sayang?"

Edwin menghampiri Nerissa yang kini sangat lemas dan wajahnya pun terlihat sangat pucat.

"Sayang." Ucap Edwin seraya merangkul bahu Nerissa.

"Aku baik-baik saja Ed. Aku hanya sedikit pusing dan mual." Ucap Nerissa memijat pelipisnya.

"Ayo kita ke rumah sakit." Ajak Edwin.

"Tidak usah, aku hanya butuh istirahat, sebentar lagi juga sembuh." Tolak Nerissa.

"Tapi dokter mengatakan kamu sedang hamil."

Sama seperti Edwin, Nerissa juga terkejut mendengarnya. Nerissa sangat speechless, "Ha-hamil? Aku hamil?"

Edwin mengangguk, "Karena itu kita harus pergi ke rumah sakit untuk memastikan jika kamu benar-benar hamil sayang."

Nerissa tersenyum bahagia, dia mengelus perutnya yang masih rata. Nerissa berharap dia benar hamil. Nerissa sudah tidak sabar untuk menjadi seorang ibu.

Pagi harinya seluruh karyawan di William Group sudah mendengar kabar bahwa Nerissa tengah mengandung.

Suara dering telepon membuat Nerissa menghentikan pekerjaannya. Nerissa tersenyum saat mengetahui siapa yang video call. Nerissa lalu mengangkatnya.

Sebuah Rasa 'Cinta'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang