17

7 0 0
                                    


"Kenapa kamu tidak memberitahu mama, kenapa kamu menyembunyikan identitas papa kamu sendiri?"

Eliana sedang mengintrogasi Nerissa di ruangannya, sedangkan Hardi sudah lebih dulu pergi. Nerissa diam menunduk, berdiri depan Eliana.

Edwin masuk ke ruangan Eliana karena dia mencari Nerissa yang tak kunjung kembali ke ruangannya. Edwin pikir Nerissa ada di ruangan mamanya, ternyata memang benar.

"Ada apa Edwin?" Tanya Eliana.

"Aku mencari Nerissa, aku menunggunya di ruanganku tapi dia tidak kembali, jadi aku mencarinya disini."

Edwin mengernyit melihat mereka berdua, "Ada apa ini? Kenapa kalian terlihat tegang?"

Eliana kembali bertanya pada Nerissa dengan wajah seriusnya, "Kenapa kamu diam saja Nerissa? Mama bertanya padamu, kenapa kamu tidak memberitahu mama jika Hardi adalah papa kamu. Kenapa kamu menyembunyikan ini dari mama?"

Eliana beralih menatap Edwin, memicingkan matanya, "Apa Edwin juga sudah tau?"

Mereka berdua tidak membuka suara, kediaman mereka membuat Eliana tau bahwa mereka bersekongkol untuk tidak mengatakan hal ini padanya.

"Baiklah jika kalian tetap diam seperti ini. Mama tidak akan peduli lagi dengan kalian. Edwin, jika ada apa-apa kamu jangan pernah meminta tolong dengan mama, toh kalian tidak membutuhkan mama lagi kan?"

Eliana beranjak dari duduknya, Nerissa membuka suara, "Nerissa minta maaf ma, Nerissa tidak bermaksud untuk menyembunyikan hal ini. Nerissa juga sudah berencana untuk memberitahu mama, tapi bukan sekarang. Nerissa butuh waktu, karena ada masalah dalam hubungan Nerissa dan papa Nerissa."

"Hubungan Nerissa dengan papa tidak baik-baik saja."

Nerissa menjelaskan semuanya tanpa ada yang ditutup-tutupi. Dari awal orangtuanya bercerai, sampai bagaimana hubungannya dengan Ayasha. Eliana yang mendengarnya merasa sangat sedih, Eliana juga terharu bagaimana Nerissa melalui masa lalunya dan bertahan sampai sekarang.

Saat Nerissa menjelaskan tentang Ayasha, Eliana merasa kesal dengannya karena Ayasha sama sekali tidak tahu balas budi, apa yang Nerissa lakukan padanya dibalas dengan kejahatan.

Eliana memeluk Nerissa, "Mama tidak menyangka kamu menghadapi masa lalu yang begitu menyedihkan. Mama bisa merasakan apa yang mama kamu rasakan."

"Apa kamu tau Nerissa? Mama juga pernah ada diposisi mama kamu. Mantan suami mama juga sering menyelingkuhi mama, sampai akhirnya kita berpisah karena mantan suami mama lebih memilih selingkuhannya. Mama memutuskan untuk menyerah saat itu."

"Kamu beruntung karena papa kamu masih menyayangimu dan berusaha untuk menebus semua kesalahannya. Sedangkan papanya Edwin, dia tidak ada kabar sama sekali sampai sekarang." Eliana tersenyum tipis.

Eliana mengelus kedua lengan Nerissa dan berpesan padanya, "Nerissa, mama tau kamu masih belum bisa memaafkan papa kamu, tapi cobalah untuk melihat bagaimana perjuangan papa kamu untuk mendapatkan maaf darimu selagi papa kamu masih ada, jika papa kamu pergi meninggalkanmu, kamu akan merasa bersalah seumur hidup."

Nerissa mengangguk pelan, Eliana menghela nafas, dia mengusap air mata Nerissa, "Jangan bersedih, masa lalu biarlah menjadi masa lalu. Sekarang kita harus fokus dengan masa depan. Masa depan akan terasa lebih indah jika kita bisa melupakan masa lalu dan berusaha untuk bangkit."

Nerissa memeluk Eliana, dia sangat bahagia bisa mempunya mertua seperti Eliana yang sangat menyayanginya. Eliana tidak pernah menuntut lebih padanya. Eliana selalu menunjukkan kasih sayangnya pada Nerissa.

"Terima kasih ma."

"Sama-sama sayang."

Edwin tersenyum bahagia melihat kedekatan Nerissa dan mamanya. Edwin bersyukur karena mempunyai istri yang mama yang saling menyayangi satu sama lain.

Sebuah Rasa 'Cinta'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang