Part 14

14 8 0
                                    

Revano telah sampai di loby perusahaannya, ia turun dari maobilnya dan memberikan kunci kepada satpam untuk memarkirkan mobilnya di parkiran khusus untuk para petinggi perusahaan. Ia masuk ke perusahaannya dengan wajah dingin andalannya. Ketika melewati meja Resepsionis ia mendengar bisik-bisikan dari para karyawan yang melihatnya masuk.

"Memandang wajah bos terasa seperti berada di kutub selatan aja." Kata Resepsionis itu pada temannya.

"Hssttt.... kalau di dengar bos bisa dipecat kita." Kata temannya.

"Iya.. kalau lo ember. Gue cuman memandangi ciptaan Tuhan saja."

"Iya deh.. malas gue debat sama lo."
Karyaan yang melewati bosnya mereka semua langsung menyapa bosnya itu.

"Selamat pagi Tuan"

"Selamat datang Tuan"

Masih banyak lagi sapaan kepada Revano dan ia hanya menganggukan kepalanya saja. Wajahnya tetap dingin seperti biasanya. Namun bisikan para karyawan masi terdengar jelas ketika ia berjalan menuju ke lift khusus para petinggi perusahaan.

"Ganteng banget si boss."

"Hooo.. kira-kira makan apa ya sampai bisa seganteng itu."

"Yee,, itu ma bukan karena makanan tapi berasal dari produk yang berkualitas."

"Berada di dekat bos seperti berdekatan dengan kulkas aja." Kata karyawan lainnya lagi.

"Kulkas berjalan."

"Iya kaya berada di kutub selatan aja."

"Dari pada mandangin wajah bos, mendingin aku aja deh, aku juga ngga kala ganteng ko sama bos." Sambar karyawan pria yang berdekatan dengan mereka. Sudah pasti seperti itu kalau Tuan besarnya atau Tuan muda mereka lewat pasti akan heboh seperti itu.

"Pd banget lo."

"Mending gue mandangin tu dua asistennya bos."

"Emang kalian berani?" Tantang karyawan laki-laki itu.

"Ya....

"Apa? Emang lo benaran betani? Gue panggilan ya. Tu pa Riko udah datang." Sambil menunjuk Riko yang baru masuk kedalam perusahaan serta menaik turunkan alisnya menggoda karyawan itu.

"Ya enggaklah..."

Karyawan laki-laki itu langsung terbahak mendengar itu, ketika menoleh ke karyawan wanita lainnya ternyata
semuanya sudah berlari kocar kacir ke ruangannya masing-masing.

*****
Riko yang dari pintu masuk melihat itu semua hanya menaikan alisnya saja, ia baru saja dari rumah tuan mudanya untuk mengambil berkas yang tertinggal.

Ketika berada di dekat karyawan laki-laki itu ia hanya mengatakan "jangan bergosip, sekarang waktunya kerja, atau mau gaji kalian dipotong karena kedapatan bergosip di jam kerja." Dengan wajah datarnya.

"Baik bos." Kata karyawan itu sambil betanjak ke ruangannya.

Riko hanya menggelengkan kepalanya saja. Ada-ada saja kelakuan karyawan di perusahaan ini, namun mereka memiliki kecerdasan masing-masing. Sehingga Revano tidak mempermasalahkan semua itu, dan hal itu pun menurun pada Tuan mudanya. Riko bergegas ke lift khusus petinggi perusahaan, ia akan ke lantai 40 yaitu ruangan Tuan mudanya. Ketika lift berhenti di lantai 40, ia langsung bergegas ke ruangan Rayyan. Terlebih dahulu ia mengetok pintu Ruangan Rayyan dan di persilahkan masuk oleh Rayyan.

"Ini Tuan, berkas yang anda minta."

"Terima kasih Rik, kamu boleh ke ruangan kamu." Terlihat Rayyan sedang berkutat dengan laporan, sepertinya itu adalah proposal kerja sama yang di ajukan oleh perusahaan yang ingin bekerja sama dengan Edison Company.

Riko bergegas keluar dari Ruangan Rayyan, belum sampai di pintu Handphonex berbunyi, dari nada deringnya saja sudah diketahui kalau itu adalah Revano sang Tuan besar. Karena Riko sama halnya dengan Alex, mereka berdua memberikan nada panggilan khusus untuk bosnya.
Riko buru-buru keluar dari Ruangan Tuan mudanya, ia tidak mau bunyi handphonenya mengganggu konsentrasi Rayyan.

"Hallo Tuan."

"Keruangan saya sekarang." Revano langsung mematikan sambungan telfon itu tanpa menunggu jawaban dari Riko.

Riko merasa bersyukur ruangannya berada di lantai paling atas bersama Tuannya, yaitu lantai 45. Sehingga memudahkan Riko jika bosnya dalam mode seperti ini, sepertinya ada sesuatu yang penting. Karena Tuannya tidak pernah mematikan telephone sebelum ia memberikan jawaban.
Sesampainya di ruangan Revano, Riko langsung mengetuk pintu dan fi persilahkan masuk oleh Revano.

"Ada apa Tuan?"

Revano menghela nafas panjang "Ibuku sudah sampai dimana?" Riko terlihat bingung, namun iya tetap bergegas mengambil Laptop dan memeriksa apa yang di perintahkan bosnya. Riko tahu bahwa itu bukan pertanyaan melainkan perintah.

Revano baru mendapatkan kabar bahwa ibunya meminta kepala pengawal untuk menjemputnya pagi ini di Bandara. Pesan itu sudah dikirim dari semalam namun Revano baru melihatnya sekarang, karena ia sibuk menghabiskan waktunya bersama anak-anaknya.

"Nyonya sudah tiba di Bandar udara Soekarno-Hatta lima menit yang lalu Tuan."

Revano mengusap kepalanya dengan frustasi, jika Ibunya datang pasti akan ada pertengkaran dengannya. Ia tidak menginginkan itu, namun perkataan ibunya selalu membuatnya marah. "Baiklah Rik, kamu boleh pergi. Minta Rayyan untuk menghendel perkerjaan saya hari ini."

"Baik Tuan."

DiandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang