15. Real and Fake

217 19 5
                                    



Akhirnya, Sunghoon benar - benar berada di apartemenku.

Bahkan di dalam kamarku, diatas kasurku.

Aku mencoba untuk mengompres luka memarnya namun Ia terus merengek.

"Tahan saja!" Omelku.

"Sakit! Lagipula kenapa kau galak sekali pada orang yang sudah menolongmu?" Keluh Sunghoon.

Aku menghela nafas, mari kita tahan diri ini, bagaimanapun kita berhutang banyak pada lelaki jangkung ini.

"Terima kasih.. telah menolongku." Ucapku pelan.

Sunghoon terlihat sumringah, "Ah, senang sekali mendengarnya."

"Tetap saja! Kau terlalu gegabah!" Ucapku sambil spontan memukul dadanya.

Ia langsung meringis kesakitan, "Ya! Seluruh tubuhku ini sakit.."

Aku terkejut, "Benarkah?! Maaf, maaf.."

Sunghoon malah dengan cepat membuka hoodie yang Ia pakai, aku dengan cepat menutup mataku.

"Ya! Kenapa kau buka baju?!" Omelku cepat.

"Sepertinya badanku juga memar," Ucapnya sambil membuka kaos yang dipakainya.

"Kalau tidak mau lihat, sini berikan handuknya, akan aku rawat diriku sendiri.." Lanjutnya sambil mengambil handuk kecil yang kubawa untuk mengompres memarnya.

Dia pasti tidak melakukannya dengan benar.

"Biar aku saja!" Ucapku sambil membuka mataku.

Ternyata, benar - benar suatu kesalahan aku membuka mataku ini.

Aku melihat tubuhnya yang terbentuk dengan sangat baik, wajahku terasa begitu panas secara mendadak.

Sunghoon terkekeh melihat aku yang kikuk, "Kau lucu sekali.."

Aku berusaha tidak salah fokus dan mengompres bagian - bagian yang memar, lalu lanjut memberikan salep anti-nyeri, memberikan obat tetes pada goresan - goresan lukanya dan memasang plester.

Ayo kita selesaikan ini dengan cepat sebagai tanda terima kasih.

"Sepertinya aku tidak bisa pulang, aku boleh menginap, kan?" Ucapnya dengan santai sambil tidur dengan nyaman menggunakan bantalku.

Sabar, sabar, kondisinya memang terlihat tidak begitu baik.

"Tidurlah disini, aku akan tidur di ruang tengah." Aku hendak bangkit namun Sunghoon menahan tanganku dengan cepat.

"Kau tidur disini saja," Ia menunjukkan bagian kasur yang kosong disampingnya. "Ada yang harus kubicarakan denganmu."

Aku hendak menolak namun Ia bahkan tidak memberikanku kesempatan untuk membuka mulut.

"Sungguh hanya bicara! Aku tidak akan melakukan apa - apa padamu! Kau lihat sendiri aku sudah seperti orang lumpuh seperti ini.."

Aku tetap menatapnya dengan penuh curiga, lalu pindah membaringkan diri di sebelahnya.

Sunghoon tersenyum puas, "Baiklah, jadi, sebenarnya apa yang terjadi padamu?"

Aku mengernyitkan alisku, "Kenapa malah jadi bertanya padaku?"

"Apa kau melihat insiden di perpustakaan hingga membuatmu bersikap lebih dingin dan menghindar dariku?" Tak kusanga Ia langsung to the point.

Aku tidak tahu harus mengatakan apa, jadi aku tidak memberi respon apapun.

Sunghoon menghela nafas, "Tak kusangka ternyata kau melihatnya, jadi kau langsung pergi?"

"Menurutmu aku harus tetap disana melihatmu menjalin cinta dengan Wonyoung?!" Sahutku cepat.

FIANCEE - Park SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang