Balek

565 68 0
                                    

Sudah tiga hari sejak kejadian itu terjadi. Tubuh seorang gadis berusia 13 tahun itu terbaring di ranjang dengan tangan yang terpasang dengan impus dan kulit yang pucat.Ruangan bernuansa putih yang semua orang kenal.

Ruangan itu sangat sepi bahkan bisa memekakkan telinga. Hanya terdengar suara angin yang berhembus.

Lima orang yang sejak tadi pagi hanya duduk di sana dan menatap gadis yang terbaring lemah tak sadarkan diri itu hanya bisa menatap dengan sendu. Seharusnya mereka bisa menjaganya,namun bagaimana lagi? Ini sudah takdir bukan?

Pintu ruangan terbuka menampakkan pemuda bersurai oranye masuk ke dalam ruangan sambil membawa satu bungkus buah jeruk. Dia kemudian duduk di dekat lima orang yang hanya diam dengan tatapan kosong.

"Nee,Kenma-nii kenapa tidak makan dulu? Aku membawa jeruk untuk kalian"Ucapnya dan Kenma hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangan nya.

"Aku tidak nafsu untuk makan apapun sekarang,Shoyo" Balas Kenma.

"Tapi kalian tidak makan apapun sejak tadi pagi. Biarkan aku yang menjaga (Name), Kenma-nii dan yang lain bisa pulang dulu" Kenma hanya berdehem dan kemudian Kuro bertanya pada Hinata.

"Bagaimana dengan Bokuto, Atsumu dan Osamu,Hinata? Apakah mereka masih mengurung diri?" Hinata mengangguk.

"Ya. Tadi pagi mereka juga tidak mau sarapan,tapi karena Kita-nii ada di rumah jadi mereka terpaksa harus makan" Balas Hinata dan Kuro mengangguk.

"Dimana Kageyama dan Tsukishima?" Kini Sakusa yang bertanya.

"Mereka ada diluar,kata mereka.Mereka tidak mau masuk" Sakusa mengangguk.

Keheningan kembali terjadi. Hinata yang biasanya suka mengajak yang lain mengobrol kini juga ikut diam.

Seharusnya aku saja.

Sakusa bangkit dari tempat duduknya dan keluar tanpa mengucapkan sepatah katapun. Yang lain hanya melirik lalu kembali menatap (Name) yang masih tak sadarkan diri.

Kenma yang biasanya bermain game 24/7 kini malah diam dan melamun. Tidak ada seorang pun yang mencoba memecahkan keheningan,bahkan Hinata sekalipun. Kuro yang biasanya suka mengatakan bahwa dirinya tampan,juga ikut terdiam. Suna dan semi hanya diam sambil menyilangkan kedua tangan mereka.

Seperti tidak berpenghuni.

Mereka berlima hanya terus duduk seperti itu sampai malam. Tidak makan,tidak minum dan tidak melakukan hal yang biasa mereka. Hanya diam di sana seperti menunggu suatu keajaiban akan terjadi.

Hinata yang sejak tadi mencoba membujuk para kakak-kakak nya ini untuk makan langsung keluar dari ruangan itu dan pulang. Mereka berempat menolak untuk makan.

Sesampainya di rumah, Hinata masuk dan melihat ke sekeliling ruangan. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Biasanya Atsumu atau Osamu pasti akan bertengkar bahkan mungkin Bokuto akan berteriak-teriak tidak jelas.

Rumah itu kembali seperti keadaan sebelum (Name) datang. Tidak ada yang keluar dari kamar kecuali ada acara keluarga.

Menurut Hinata. (Name) adalah salah satu orang yang bisa membuat rumah itu seperti mempunyai kehidupan. Semua orang menyayangi (Name),semua orang tanpa terkecuali.

Di rumah sakit Kenma dan yang lain masih saja memperhatikan (Name) yang tidak sadar. Tiba-tiba jari kelingking (Name) sedikit bergerak. Kenma yang melihat itu langsung mengulas senyum dan mendekati ranjang (Name). Begitu juga dengan Kuro,Suna dan Semi.

Tak berselang lama,(Name) membuka matanya dan mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia mencoba untuk bangun namun di cegah oleh Kenma.

"Uhh... Kenma-nii" (Name) mengerang sambil memegang tangan Kenma.

Kenma tersenyum dan mengelus puncak kepala (Name).

"Aku dimana? Ini rumah sakit ya?" Tanya (Name) dan Kenma mengangguk.

"Kau mau minum,(Name)? Atau mau coklat?" Kuro tersenyum lebar sambil menatap (Name).

"Hoi,dia baru saja bangun.Mana mau dia makan coklat dan juga dia pasti tidak di perbolehkan makan coklat oleh dokter" Semi memegang pundak Kuro.

"Aku hanya bercanda" Kuro tertawa pelan dan yang lain juga ikut tertawa,tapi tidak dengan (Name).

(Name) menatap keempat kakaknya ini dengan bingung.

"Bagaimana cara melepaskan impusnya? Apakah akan sakit?" Kuro,Kenma,Suna dan Semi terdiam ketika mendengarkan (Name) menanyakan hal itu.

Suna menjawab dengan ragu-ragu "Mungkin sakitnya seperti di gigit semut" Bohong Suna dan (Name) mengangguk.

Mereka semua tersenyum dan mencoba membuat (Name) agar tidak mengkhawatirkan hal itu.

Skip

Kini dua perawat sudah berada di dalam ruangan (Name). (Name) menatap mereka dengan ngeri sambil mencoba menanyakan apakah sakit atau tidak saat impusnya di lepas.

Dua perawat itu memegang tangan (Name) yang di impus sementara Kenma,Kuro,Suna dan Semi memegang tangan (Name) yang lain. Salah satu perawat melepas perban yang menempel di tangan (Name). (Name) menatap tangannya dengan takut.

"Tidakkkk,tangankuuuuu" Teriak (Name) sambil mencoba menjauhkan tangan perawat itu darinya namun tangannya yang lain di pegang oleh Suna.

Kuro mencoba menahan tawa. Lagipula perawat nya saja baru memegang tangan (name), bagaimana jika perawat itu sudah melepaskan jarum yang berada di dalam tangan (Name)?. Pikirnya.

"Tenang (Name)" Ucap Suna dan (name) melotot pada Suna.

"Aku tidak bisa tenang, bagaimana jika tanganku lepas? Atau bengkak?" Kata (Name) dengan panik.

"Pft-" Kenma mencoba menahan tawanya sambil tetap memegang pundak (Name).

Perawat itu kemudian melepaskan jarum yang berada di tangan (Name) dan sontak hal itu membuat (Name) menangis histeris.

"Sakitttt,tangankuuuuu" Teriak (Name) sambil menangis. Kenma dan Kuro sudah tertawa terbahak-bahak sekarang.

"Kekuatan sapiderman ku di ambil.... Aku tidak bisa jadi sapiderman lagi" (Name) terisak saat perawat mencabut jarum dari tangannya. Kenma dan Kuro semakin tertawa hingga perut mereka sakit.

"Tanganku rasanya hilang,my kokoro is heart tercabut" (Name) melanjutkan amukannya dan setelah perawat selesai melepaskan impusnya,(Name) tetap terisak dan memegang tangannya.

"Hiks... Tercabut, sakit sekali" (Name) terus menangis.

Kemudian pintu terbuka dan memperlihatkan Akaashi,Bokuto, Tsukishima,Kageyama dan Hinata datang. Tanpa aba-aba (Name) langsung turun dari ranjang dan memeluk Akaashi.

"Tanganku sakit" Rengek (Name) dan Akaashi terkekeh sambil membalas pelukan (Name).

"Tadi Suna-nii bilang itu tidak akan sakit, sakitnya hanya seperti di gigit semut. Tapi Suna-nii bohong" (Name) kembali merengek dan terus terisak. Akaashi tersenyum dan mengelus rambut (Name).

"Tapi rasa sakit nya sudah berkurang kan?" Tanya Akaashi dan (Name) mengangguk.

"Tapi hanya sedikit, sedikit nya sekecil biji jagung" Akaashi kembali terkekeh dan kini mencubit hidung (Name).

"Yang terpenting kamu sudah sembuh" (Name) mengangguk dan Akaashi kembali tersenyum.

Tbc~










Ngga kerasa udah 1rb aja pembaca nya,thank u semua(⁠ ⁠≧⁠Д⁠≦⁠)

Terutama untuk kalian yang sudah baca dan vote. Aku sangat berterima kasih,semoga kalian tetap terhibur dengan book Yua yang cringe ini👀

Janlup VoMent nya yawww~

Happy reading and thank you❤️

Older Brother✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang