T-I-G-A

72 14 3
                                    

Sebelum baca, Melo mau mode palak nih, vote dulu dong, jangan lupa tinggalkan komentar di semua paragraf seru. Kalau vote dan komen banyak, Melo coba pertimbangkan untuk double update deh....

***

Kamu cebok pakai apa? Tangan, 'kan? Terus kenapa sekarang makan pakai tangan juga? Jorok banget. Kamu bikin pencipta sendok merasa ciptaannya disia-siakan.

Nirina terngiang perkataan Profesor Susilo kala memergoki dirinya tengah makan sebungkus nasi pecel pakai tangan. Wajah pria tua itu kentara sekali menahan rasa jijik. Barangkali Nirina bisa menggunakan cara tersebut untuk memicu kejijikan Rama padanya.

Tanpa mencuci tangan Nirina, mencaplok selembar daging steik berlumuran saus lada hitam. "Ah, panas," desisnya sambil melemparkan kembali daging di tangannya ke hot plate.

"Hati-hati, sini aku potongin." Rama meraih tatakan kayu di bawah piring steik yang panas, tapi Nirina segera menahan aksi romantis Rama.

"Nggak usah dipotong, aku bisa langsung makan pakai tangan dan mulutku. Lebih praktis." Sambil menahan panas, Nirina mengambil potongan daging dan mulai menggigit, lalu mengunyah. Semua hidangan yang ada di atas meja ia cicipi dengan tangan. Seolah Nirina sedang mengobok-obok dari satu piring ke piring lain. "Kenapa senyam-senyum? Jijik, ya, lihat aku makannya kayak monyet gini?"

Rama terkekeh lagi sambil menggeleng samar. "Enggak jijik, cuma lucu aja lihatin cara kamu makan."

Wajah Nirina langsung masam. "Beneran nggak jijik?"

Rama mengangguk, senyum super karismatik masih melekat manis di bibirnya. Sementara itu orang-orang di sekitar meja Nirina tampak memperhatikan gadis itu sambil menertawakannya. Nirina mengambil potongan bakso ikan dari mangkuk capcay, lalu mengulurkan tangannya ke arah mulut Rama. "Aaaaaa, buka mulut."

Rama terkejut. Matanya melebar, tak percaya Nirina akan menyuapinya.

"Kenapa diem aja? Katanya nggak jijik, kok nggak mau aku suapin?"

Tanpa menjawab, Rama langsung memasukkan bakso ikan beserta ujung jemari Nirina ke mulutnya. Kali ini Nirina yang tersentak. Bagaimana bisa manusia yang katanya terkenal benci cewek jorok malah dengan santai menerima suapan tangan kotornya?

"Aku mau brokoli juga," pinta Rama sambil menunjuk potongan brokoli.

Nirina yang masih dalam suasana terkejut hanya menurut saja. Diambilnya potongan brokoli untuk disuapkan ke mulut Rama.

Telunjuk Rama kembali bergerak. "Salmon honey lime-nya juga, dong. Katanya menu itu yang paling terkenal di sini."

Nirina mencuil daging ikan salmon, lalu menyuapkannya ke mulut Rama.

"Hmmm, ternyata beneran enak. Apa karena kamu yang nyuapin, ya, rasanya jadi lebih nikmat."

Dada Nirina seperti langsung ditabuh kencang. Debaran itu membuatnya sampai berkeringat dingin. Gila, Rama ternyata jago modus. Berada di dekatnya tak baik untuk kesehatan jantung, begitu pikir Nirina.

"Aku mau cobain lobster bakar juga, dong," tambah Rama.

Nirina berdecak kesal. "Punya tangan nggak, sih? Kalau mau makan, ya, makan aja sendiri!"

Rama tersenyum penuh kemenangan.

Hmmm, trik kotor Karen mudah sekali ditebak. Karen pasti mengajari dia menunjukkan hal-hal yang nggak aku sukai. Kalau aja yang ngelakuin ini semua gadis lain, aku pasti udah pergi dari tadi. Jadi nggak sabar, setelah ini nih cewek akan melakukan apa?

Mereka melanjutkan makan malam. Lebih tepatnya Rama melanjutkan menonton Nirina makan seperti orang kesurupan. Kira-kira berapa ratus pengemis yang tinggal di dalam perut Nirina, sampai gadis itu bisa menghabiskan puluhan hidangan dengan porsi yang tak sedikit?

Dikerjain Mas DokterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang