Hai, akhirnya kalian ketemu sama Dokter Rama Surya Tjandra, yang genius sejak lahir, tapi jahilnya bukan main. Dokter Rama ini ngambekan, Guys, jadi mohon vote dan komennya digaskeun, biar kalian bisa ketemu dia setiap hari. Daripada dia marah dan susah dibujuk buat balik ke Wattpad, ya kan, ya dong!
__________------_________-----__________
"Aku nggak ada waktu, Bun." Rama dengan tegas menolak permintaan ibunya untuk menemui gadis kenalan ayah Rama.
[Jangan gitulah, Rama. Karen ini anak sejawat ayah. Kalau sampai kamu nggak dateng, nama keluarga kita jadi jelek.]
"Ya, kenapa kalian bikin janji tanpa kompromi dulu sama aku?"
[Abisnya Bunda yakin kalaupun kamu diajak kompromi, kamu pasti nggak akan mau juga.]
"Ooo, maka dari itu Bunda lebih pilih jalur pemaksaan gini?"
[Oke, gini aja. Kamu dateng doang, deh. Entah mau kamu terima atau kamu tolak perjodohan ini, Bunda nggak akan paksa kamu. Pokoknya pastiin nanti dateng ke restoran Hotel Arsyilla jam tujuh malem. Bunda udah reservasi meja atas nama kamu.]
Rama mendengkus kesal. "Liat nanti aja deh, Bun!"
[Ee-eh, nggak ada lihat nanti-lihat nanti. Kamu wajib dateng, atau kalau enggak ayah bisa marah dan buang-buangin koleksi action figure kamu.]
"Tuh! Ngancem lagi, ngancem lagi."
[Anak sekarang kalau nggak diancem nggak mau dengerin orang tua. Ya, udah. Bunda mau tidur siang dulu.]
Santi menutup panggilannya, sementara sang putra mengumpat pelan di teras belakang IGD. Rama tidak suka dijodoh-jodohkan. Ia ingin mencari belahan jiwa sendiri. Meski selama ini ia belum pernah mengenalkan satu orang pun gadis pada Santi dan Hadi, tapi sebenarnya ada gadis yang diam-diam ia sukai.
Anehnya, Rama bahkan belum tahu siapa nama gadis itu.
Awal pertemuan dengan gadis itu terjadi beberapa tahun lalu. Secara kebetulan, Rama sering melihat bocah itu menemani sang nenek berjualan jajanan tradisional di sekitar lapangan kampung belakang komplek perumahannya. Rama kagum gadis yang baru berusia sekitar dua belas atau tiga belas tahun itu tak malu berdagang. Dari cara merawat si nenek, ia tampak dewasa sebelum waktunya.
Lama tak main bola di lapangan itu, Rama pun tak tahu lagi kabar si gadis. Hingga akhirnya mereka bertemu kembali beberapa minggu yang lalu. Sore itu, Rama melihat lagi anak perempuan yang sejak sepuluh tahun lalu ia perhatikan. Kini gadisnya menjelma menjadi wanita yang memesona. Rambut lurus pendeknya telah panjang. Kulit yang dulu kusam, kini bersih terawat. Rama percaya, tanpa riasan atau perawatan sekalipun, gadis itu akan tetap cantik. Fitur wajahnya istimewa. Bibirnya tipis, hidung tegak mancung dengan cuping yang ramping. Matanya bulat, dibingkai bulu mata lentik dan alis rapi. Rasa kagum Rama yang lama ditimbun, berubah menjadi rasa penasaran dan ketertarikan. Sayang, kini ia sibuk dengan pendidikannya untuk meraih gelar spesialis bedah.
Jangankan untuk mengejar gadis, waktu untuk cukup tidur saja langka dalam hidupnya. Eh, hari ini giliran off-day, ia dipaksa menghadiri perjodohan. Bagaimana tak menggunung kedongkolan di hatinya?
Rama pulang untuk meluruskan pinggang yang serasa mau copot. Ia melewatkan makan siang. Ketika langit mulai gelap, pintu kamar Rama digedor-gedor oleh ibunya. Santi mengingatkan putranya agar segera bersiap menemui Karen. Dengan malas Rama bangun, lalu mandi. Ia memilih baju sekenanya saja. Namun begitu Rama keluar kamar, Santi menariknya masuk ke dalam lagi. Santi tak membiarkan putranya berpenampilan seperti gembel di acara sepenting ini. Ia mendandani Rama layaknya mendandani manekin. Kaos abu-abu model turtleneck dipadu blazer kotak-kotak kombinasi warna abu-abu, hitam, dan putih membuat penampilan Rama sangat memukau. Darah Tionghoa yang dialirkan dari Santi membuat residen bedah senior itu tidak kalah dari oppa-oppa bintang K-pop. Tak lupa Santi meminjamkan kartu kreditnya, supaya Rama bebas berfoya-foya dengan sang calon menantu.
Rama pergi ke restoran sesuai titah orang tua. Setiba di sana, meja yang dipesan masih kosong, padahal Rama sudah terlambat lima belas menit. Rama benci sekali dengan cewek yang ngaret. Waktu adalah nyawa pasien, itu prinsip Rama. Urusan lain ia bisa kompromi, tapi urusan waktu, Rama akan kukuh. Rama memantau jam tangannya. Sambil menghitung, kalau Karen tidak muncul dalam lima menit, Rama berjanji akan langsung angkat kaki. Di detik-detik perhitungannya akan berakhir, seorang gadis muncul.
"Mas Rama? Maaf aku telat," katanya dengan wajah tak berdosa. Ia lalu langsung duduk tanpa dipersilakan.
Rama tercengang. Jantungnya langsung meronta-ronta ingin melompat keluar karena si pemilik sedang menahan kegirangan. Demi apa gadis yang ada di hadapannya itu adalah cucu si nenek penjual kue? Tapi untuk apa dia di sini? Bukankah yang janjian dengannya adalah Karen?
Penampilan Nirina luar biasa elegan malam itu. Gaunnya jelas rancangan desainer ternama, tasnya branded, sepatu high heels super blink-blink. Jangan-jangan ibu peri baru saja menyulapnya?
"Sudah pesan makanan?" tanya Nirina sambil membuka buku menu yang sejak tadi tergeletak di atas meja. "Ah, iya. Aku hampir lupa memperkenalkan diri. Aku Karen. Senang kita bisa ketemu malam ini."
Rama seperti tersadar dari lamunan ketika Nirina mengulurkan tangan. Berusaha tetap tenang, Rama menjabat tangan Nirina. "Ah, ya, aku Rama. Senang juga bisa bertemu dengan Karen di sini."
Rama mulai bisa membaca situasi. Ia berkesimpulan Karen membayar orang untuk menggantikan dirinya. Beruntung gadis yang Karen bayar adalah gadis yang paling ingin Rama kenal. Maka Rama yakin malam ini tak akan jadi malam membosankan seperti bayangannya ketika datang ke sini tadi.
"Udah boleh pesan belum, nih?"
"Oh, tentu." Rama kemudian memanggil pelayan untuk mencatat pesanan mereka.
Ketika pelayan datang, Nirina menutup buku menu dengan mantap. "Saya pesan semua menu di restoran ini. Oh iya, sajikan menu paling mahal lebih dulu."
Pelayan restoran sempat terbelalak, rahangnya hampir jatuh ke lantai mendengar ucapan Nirina. "Makan di sini semua, Kak?"
Nirina lagi-lagi mengangguk tanpa keraguan. Rama yang cemas pun bertanya, "Semua? Kamu yakin bisa habisin?"
Nirina kembali main angguk-angguk saja sambil tersenyum. Akhirnya Rama sepakat dan meminta pelayan segera menyiapkan makanan mereka.
"Gimana kabar nenek?" Rama membuka pembicaraan setelah pelayan pergi.
Nirina yang sedang menyeruput air putih nyaris tersedak.
Nenek? Dia lagi nanya nenekku? Ah, nggak mungkin. Pasti nenek Karen. Tapi di mana neneknya Karen? Apa kabarnya? Aku nggak tahu. Tolong!
"Emm, nenek baik. Hehehe, ya, kayak biasalah. Mas Rama bukannya residen, ya? Kok masih ada waktu, sih, buat kopi darat gini?"
Rama terkekeh melihat betapa keras usaha Nirina mengalihkan topik. "Waktu tuh selalu ada, tinggal gimana kita mengatur prioritas."
"Hemmm, diplomatis sekali jawabannya, " komentar Nirina sinis.
Satu per satu hidangan mereka mulai mengisi meja. "Semua pesananku ini nggak akan bikin Mas Rama bangkrut, 'kan?"
"Hahaha, enggaklah."
"Oh, bagus, deh. Asal tau aja, aku tuh cinta mati sama uang. Prinsipku, uang nomor satu, suami nomor sekian. Kuperingatkan, jangan kaget!"
Kini Rama meniru gerakan andalan Nirina, yakni manggut-manggut sambil tersenyum. "Kebetulan sekali, aku gila kerja, rajin nyari duit, tapi keluargaku sudah telanjur kaya. Kadang-kadang, aku merasa khawatir bagaimana cara menghabiskan uang kami. Malam ini kamu memberiku jawaban. Kalau kita nikah, aku bisa tenang karena istriku cinta uang dan pandai menghabiskannya."
Eh, kok gini? Apa-apaan sih, nih cowok, konslet apa gimana otaknya? Ada, ya, cowok kayak gini?
Nirina menelan liur sambil tersenyum kecut, ia mulai panik. Rupanya membuat Rama ilfil tak semudah yang ia bayangkan. Jurus pertama jelas gagal. Nirina harus menampilkan jurus kedua.
**
Nah lhooooo, Nirina panik tuh....
Makin greget nggak?
Bantu Melo rekomendasiin visual Dokter Rama dong. Nah karena Melo cukup suka sama DRAKOR, akan lebih Melo pertimbangkan kalau cast rekomendasi dari kalian adalah aktor Korea yang pernah memerankan peran dokter. Makasih sebelumnya, selamat membucin....
![](https://img.wattpad.com/cover/364021541-288-k167086.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dikerjain Mas Dokter
HumorNirina dibayar oleh Karen untuk menggantikannya datang ke kencan buta yang sudah diatur orang tua Karen. Karen akan membayar SPP kuliah Nirina kalau gadis itu berhasil membuat Rama ilfeel dan dengan sukarela membatalkan perjodohan. Siapa sangka Dokt...