ALTHEA [1.1]

66 20 33
                                    

Don't Forget to Vote and comment! (⁠◠⁠‿⁠・⁠)⁠-⁠☆
.
.
.
TOP [1.1] Anak Aneh
...
..
.

Kenapa harus selalu fisik yang menjadi penentu semuanya? -Althea Laurance

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenapa harus selalu fisik yang menjadi penentu semuanya? -Althea Laurance

───•~❉✿❉~•──

      Masa anak-anak adalah masa untuk menikmati keindahan dunia tanpa memikirkan masalah kehidupan. Memiliki banyak teman, banyak yang menyayangi, menyanjungi, apalagi bila terlahir kaya raya, dan memiliki fisik yang sempurna.

     Namun, hal itu tidak dirasakan oleh seorang anak perempuan yang memiliki paras bak peri. Rambutnya putih seputih salju, mengkilap seperti perak. Kornea matanya berwarna hijau emerald dengan bulu mata lentik, alis terukir rapi dan kulit putih bersih. Bukannya menjadi sorotan sehingga banyak disanjung, anak perempuan itu malah menjadi bahan ejekan.

     Salah satu anak perempuan yang rambutnya dikuncir kuda, melemparkan batu kerikil padanya sambil berseru, "Menjauh! Aku tidak ingin bermain bersamamu! Dasar anak aneh!"

   Anak yang lain ikut melakukan hal yang sama. Mereka dengan serentak menimpuki gadis cantik bak peri itu tanpa ampun. "Kau tidak pantas bermain bermain bersama kami! Pergi! Anak aneh!"

     Salah satu anak laki-laki tersenyum mengejek, lalu berseru, "Lihat, matanya berwarna hijau!" Ia menunjuk mata si gadis dengan telunjuknya, "seperti rumput yang sering terkena kotoran domba!" Tawa anak-anak yang lain pecah kala anak laki-laki itu menyelesaikan ucapannya.

     Gadis yang diolok oleh mereka hanya diam sambil menundukkan kepala. Hatinya terasa sakit karena mendengar ucapan anak-anak tersebut. Bibir mungilnya mulai bergetar pelan, matanya yang indah mulai meneteskan air mata setetes demi setetes. Bukannya meminta maaf, anak-anak yang mengoloknya malah melanjutkan aksi dengan kata-kata yang lebih tajam.

     Ia memutar badan dan langsung berlari kencang menuju rumahnya sembari menangis sesenggukan. "Aku hanya ingin mempunyai teman. Aku hanya ingin bermain bersama kalian. Aku juga tidak mau menjadi anak aneh!" jeritnya.

     Sesampainya di depan rumah, gadis itu berhenti, lalu menyeka sisa air matanya. Ia berjalan menuju pintu. Saat hendak membuka pintu, telinganya mendengar suara tangis bayi dari dalam rumah, membuatnya terkejut dan langsung mematung. "I-ibu ..., Ibu sudah melahirkan?" gumamnya.

    Tanpa berlama-lama ia membuka pintu, tapi dahinya malah membentur paha seorang tabib yang hendak keluar rumah. Ia mengusap dahinya sembari meringis, lalu mendongak, menatap tabib yang sedang tersenyum manis padanya.

   Tabib pun berjongkok, menyamakan tingginya dengan si gadis. Kedua tangan tabib memegang kedua pundak si gadis lalu berkata sembari tersenyum, "Selamat, Althea. Sekarang, kau menjadi seorang kakak."

ALTHEA; A Fairy in Zein's HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang