ALTHEA [4.4]

45 16 21
                                    

Don't Forget to Vote & Comment (⁠◠⁠‿⁠・⁠)⁠—⁠☆
.
.
.
TOP [4.4] : the first problem.
...
..
.

───•~❉✿❉~•───

    Shera yang sudah ketakutan, tambah dibuat gelisah, kala melihat Althea membekap mulutnya sendiri. Tak lama, kakaknya itu meloloskan satu tetes air mata dari mata indahnya.

    Althea tiba-tiba terjatuh kencang, menghasilkan bunyi yang amat keras. Membuat Shera spontan berseru lantang. "KAKAK!"  Ia berjongkok di samping Althea, memegang lengan kanan gadis cantik itu, dengan tangannya yang gemetar. "K-kau kenapa, Kak?! A-apa yang kau lihat?"

    Althea menatap lurus ke depan. Mata indahnya kembali meluncurkan air mata. "Pangeran .... Seorang yang akan mendepak Raja Astov adalah pangeran ..., Shera. P-Pangeran Xender." Perasannya kacau balau. Sebuah fakta yang sulit dipercaya. Pangeran pujaannya hatinya, adalah pengkhianat raja.

    Meski begitu, ia tidak boleh membiarkan pendepakan itu terjadi. Ia harus menggagalkan rencana setan tersebut. Kepala Althea menoleh pada Shera. "K-kita harus menghentikannya .... Kita har—"

    "Menghentikan pendepakan yang akan dilakukan olehku?"

    Dua kakak beradik itu menoleh cepat pada seorang yang memotong ucapan Althea. Mata mereka menangkap dua makhluk berbeda asal usul itu. Sedang berdiri santai beberapa meter, dari Althea yang sedang terduduk.

    Peri yang berwajah goblin, sedikit tertegun melihat wajah Althea yang begitu cantik. Apalagi, saat melihat kornea mata yang dimiliki Althea. Kornea berwarna hijau terang itu seperti kornea mata yang dimiliki para peri bangsawan, di Fairyverse. Menyadari sesuatu, peri berwajah goblin itu bergumam kecil, "Tuan Putri?"

    Namun, bila benar Althea adalah putri peri, rambutnya pasti berwarna putih salju dan mengkilap seperti perak, sama halnya seperti ratu peri di Fairyverse.

    Althea berdiri tergesa, disusul Shera yang bersembunyi di belakang tubuhnya. Ia menatap pangeran biadap dan peri goblin itu bergantian, dengan tatapan yang begitu berani. "Memangnya kenapa? Kau pikir aku tidak bisa menghentikan pendepakan itu?!"

    "Kau begitu lancang berbicara seperti itu pada Pangeran Mahkota," sanggah Pangeran Xender. Ia menatap gadis jelata berparas cantik itu dengan dingin. "Bahkan, kau tidak menghormat dulu padaku, gadis jelata."

    Althea tersenyum miring. Meski hatinya begitu sakit, tapi ia harus menampilkan wajah tak gentar di hadapan pria yang tidak tahu terima kasih ini. "Untuk apa aku menghormat pada pangeran yang takhtanya lebih rendah dari rakyat jelata?"

    Mata mereka yang mendengar seruan Althea langsung terbelalak sempurna. Shera menarik pelan pakaian kakaknya dari belakang. "Kakak, ayo kita pergi saja," saran Shera. Ia tidak ingin kakaknya kembali mengeluarkan kata-kata pedasnya, ditakutkan malah mereka yang kepedasan. "Ayo, Kak, kita pergi saja."

    "Pergi, gadis jelata," usir Pangeran Xender dengan santai, mengabaikan seruan Althea beberapa detik lalu. Tak lama, pria bangsawan itu melanjutkan, "Jangan sampai kau membuatku mengarahkan ujung pedang pada wajahmu."

    "Pangeran menyuruh kita pergi. Ayo, Kak! kita pergi saja!" Shera kembali menarik baju belakang kakaknya. Namun, kakaknya itu malah maju mendekati Pangeran Xender dengan langkah menggebu. Hingga tarikannya terlepas.

    Shera menjerit kencang dalam hatinya. Kakaknya ini memang suka sekali mencari masalah, bahkan pada keluarga kerajaan sekalipun.

   Secara tak sengaja, Shera beradu pandang dengan peri goblin, yang berdiri di samping kiri Pangeran Xender. Dengan jahilnya, peri goblin itu menyeringai seram, dan memainkan sihir di telapak tangannya, menakut-nakuti Shera. Lantas, Shera kembali berteriak dalam hati.

ALTHEA; A Fairy in Zein's HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang