ALTHEA [9.9]

25 5 0
                                    

Don't forget to vote, comment, and share (⁠◠⁠‿⁠・⁠)⁠-⁠☆
.
.
.
TOP [9.9] : The New Life.
...
..
.

 ───•~❉✿❉~•───

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

───•~❉✿❉~•───

Di suatu Al-Ard yang tidak bisa dilihat oleh indra penglihatan manusia biasa---Cuaca di sana berbanding balik dengan Al-Ard yang dihuni oleh para manusia lainnya.

Awan hitam menggumpal di langit, hawa dingin begitu menusuk kulit, kabut tebal memenuhi seluruh tempat itu. Bagi sosok yang tidak memiliki kelebihan dan bukan berasal dari sana, mereka tidak akan bisa melihat istana yang begitu besar yang terdapat di tengah-tengah tempat tersebut.

Dinding-dinding istana terbuat dari batu bata yang diciptakan oleh para peri unshile, sehingga memiliki kelebihan. Di mana, batu bata itu bisa berbicara ketika ada makhluk tak dikenal, musuh dan hal-hal berbahaya lainnya pada sang ratu.

Sosok yang 'mereka' panggil 'ratu', sedang duduk santai di singgasananya yang terbuat dari batu kristal berwarna hitam dan ukiran-ukiran abstrak yang unik.

Dengan memakai pakaian berwarna hitam legam yang begitu elegan, dan mahkota terbuat dari mas putih dengan kristal hitam gemerlap di tengah-tengah mahkotanya. Sang ratu menyilangkan kaki dengan santai, sembari menunggu kedatangan salah satu anak buahnya.

Tiba-tiba sap hitam pekat masuk melalui lubang kunci gerbang dan berakhir menunjukkan wujud aslinya. 'Ia' membungkuk takzim pada sang ratu, melafalkan penghormatan menggunakan bahasa yang tidak akan dimengerti oleh manusia biasa.

"Bagaimana keadaan keponakanku tercinta?" tanya sang ratu tanpa raut wajah sedikitpun. "Kau tidak membunuhnya, 'kan?"

Ia tambah menunduk takzim, lalu menjawab, "Tidak, Ratu."

Ratu pun bangkit dari duduknya. Ia berjalan perlahan menuju bawahannya yang sekarang sedang ia interogasi. "Memangnya, apa yang kau sarankan pada manusia bodoh dan serakah itu? Dan... sebenarnya ..., apa yang diinginkan olehnya?"

Ia tambah menunduk, tak kuasa untuk mendongak sedikitpun. "Yang 'dia' inginkan adalah melenyapkan permata kita, Ratu. Namun, hamba memberikan saran agar dia tidak melakukan itu. Seperti dugaanmu, pionmu itu mengikuti saranku tanpa menolak dan curiga sedikitpun."

Petir menyambar dengan dasyat di atas istana gelap itu. Bibir hitam legam sang ratu membentuk senyum asimetris yang begitu licik. Hatinya merasa senang. Akhirnya, tahap selanjutnya dari rencana yang ia susun sudah dimulai.

Kemudian ia berbalik, berjalan menuju singgasananya kembali dengan perasaan yang begitu gembira. Ia duduk setelah sampai di singgasananya. Lalu, ia langsung tertawa terbahak-bahak dibarengi petir yang kembali menyambar, menciptakan sensasi yang begitu mencekam. "Manusia... manusia. Makhluk bodoh yang menghalalkan segala cara agar tercapainya tujuan. Tidak heran bila mereka merusak Al-Ard pemberian Yang Kuasa yang sangat indah ini. Dasar, para hama tidak tau diri."

ALTHEA; A Fairy in Zein's HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang