05; Mama?

3.7K 345 53
                                    

**

Hazki meraih ponselnya yang tergeletak asal di atas nakas. ia ingin menelepon Kenan. sedari sore, Abangnya itu pergi menyusul Papa dan Mama. Hazki sendirian di rumah sekarang. benar-benar tidak ada siapapun lagi. para maid yang biasanya membantu Vanya mengerjakan pekerjaan rumah pun sudah pulang.

Akhirnya, dengan hati yang mantap, Hazki memberanikan diri untuk mendial nomor sang kakak. selang beberapa detik, panggilan itu pun Kenan angkat.

"Halo? kenapa?"

Suara Kenan terdengar saru dengan suara orang-orang. suasana di sekitarnya pasti ramai. Hazki tidak bodoh untuk tahu bahwa abangnya sedang berada di mall bersama keluarganya yang lain. perlahan, bibir mungil Hazki terangkat membentuk senyuman kecil.

"Abang, kapan pulang? Aci takut. Gak ada siapa-siapa di rumah." Hazki berujar lirih, merebahkan kepalanya ke atas bantal sambil memandangi langit-langit kamarnya.

"Abang lagi nemenin Kael main! kalau kamu takut, telpon Mama aja suruh ke rumah! Abang tutup, ya?!" Di seberang, suara Kenan tidak lagi terdengar bersahabat. jadi, di banding memancing emosi Abangnya dan memperparah keadaan sekarang, Hazki memilih untuk diam saja saat Kenan menutup sambungan telepon mereka berdua.

"Mama?" Hazki membalik posisi tidurnya. kini pipi tirus itu sepenuhnya bersandar pada bantal keras yang ia dapat dari salah satu maid. Hazki terkekeh, meski setelahnya satu tetes air mata turun membasahi bantal. oh, hidupnya lucu sekali, ya.

Menjadi broken home di umur yang ke dua belas tahun, di tinggalkan oleh Mama begitu saja, tidak lagi mendapat kasih sayang, bahkan sekarang, satu-satunya sandarannya pergi.

"Kangen Mama.." Hazki berujar sambil terisak pelan. ia beralih menelepon sang ibu, berharap penuh bahwa Zafira akan mengangkatnya. Hazki hanya ingin bilang ia rindu Mama. sudah, itu saja.

"Halo.."

"Apa? Saya sibuk! bisa tolong jangan telfon?! sudah saya bilang kamu di situ saja dengan Jio! jangan pernah hubungi saya dan campuri kehidupan saya lagi. tolong mengerti!"

belum Hazki berujar lebih panjang, Mamanya langsung memutus telepon. Hazki tertawa-tawa sendiri saking sakit hatinya ia sekarang. menaruh ponselnya ke atas kasur dan langsung menutup wajahnya yang sudah basah akan air mata.

"Pasti Mama benci Aci... Aci gak berguna.. Aci cuma bisa bikin masalah.. Kael bahkan lebih berharga dari Aci. Aci sampah." Racauan anak itu terdengar pilu. Hazki meloloskan isakannya saat merasa hatinya terlalu sesak. ia meremat bantal guling miliknya dengan erat, memukul-mukul kepalanya sendiri dengan kencang setelahnya.

"Aci benci sama diri Aci sendiri.. hiks Tuhan, kapan jemput Aci?"

"Aci gak kuat lagi.."

**

di lain sisi, Zafira nampak sangat-sangat marah sesaat setelah menerima telepon dari Hazki. ia membanting ponselnya sendiri ke lantai. hingga suaranya mampu membangunkan Geo yang tengah memangku laptop di sampingnya.

"hei, hei.. kenapa, sayang? Fira..?" Geo menurunkan laptop mahalnya dari pangkuannya, beralih memeluk sang istri untuk menenangkan wanita cantik yang kini tampak frustasi itu. Zafira perlahan menangis, membenamkan wajahnya ke dalam dada bidang Geo. untungnya tadi Leo sudah tertidur pulas di kamarnya sendiri.

"Mas.. aku gak mau anak itu datang lagi ke kehidupanku.. dia ngancurin segalanya, Mas.." Geo terdiam. tanpa sepengetahuan Zafira, kedua tangannya mengepal. dasar anak beban. lagi-lagi, karena Hazki, rasa trauma istrinya datang lagi. padahal selama ini, kehadiran Leo telah berhasil sedikit menyembuhkannya.

"Gak ada yang bakal izinin dia buat ada di rumah ini. Mas jamin, Zafira. Kamu tenang, ya? sini Mas peluk." Geo membawa tubuh mungil itu ke dalam pelukannya. mengusap surai halus wanitanya dengan amat sangat lembut. Zafira masih menangis dalam diam. jika diingat, rasanya begitu pilu.

dulu, ia pernah memaksa untuk tetap menjemput Hazki dari tempat lesnya di dekat rumah meski jalanan licin karena hujan. Memang Hazki yang meminta. akibatnya, Zafira terpeleset dan kehilangan calon anak di perutnya yang padahal belum sama sekali melihat dunia. Hazki sama terpukulnya waktu itu, hanya saja, Zafira jadi membenci anak bungsunya karena Jio yang justru menyalahkannya.

"Kamu gak becus jagain anak kamu sendiri. Hazki trauma gara-gara liat kamu yang jatuh dan berdarah-darah, Ra. kita juga kehilangan dia. yang bahkan belum sempet lahir ke dunia ini. aku.. kecewa, Ra."

"Sakit, Mas.. hiks kenapa semuanya salahin aku? kenapa gak ada yang salahin dia? Aku.. aku juga kehilangan.." Zafira seolah mengadu tentang semuanya. Geo terus mendekap tubuh rapuh istrinya itu dengan erat. membisikkan kata-kata penenang agar Zafira setidaknya berhenti menangis.

sampai, sebuah kalimat itu tidak sengaja terucap dari belah bibirnya.

"udah, ya, sayang? bila perlu, abis ini, Mas musnahin anak itu biar kamu gak sedih-sedih lagi."

**

Tengah malam. Hazki terbangun karena perutnya yang terasa perih. kaki kecil itu perlahan melangkah menuju ke dapur. sebelum tertidur tadi, Hazki sempat mendengar suara ramai orang di luar kamarnya. sepertinya suara tersebut berasal dari keluarganya yang tengah berkumpul.

Hazki menghela napas saat matanya mendapati meja makan yang kosong. ia mengambil gelas, mengisinya dengan air sampai penuh. Hazki melongok ke tempat sampah, terdiam saat tahu banyak bungkus bekas makanan di sana.

"Aci lapar.." perutnya di remas erat, Hazki memejamkan matanya menahan sakit yang teramat menyiksa. tak sadar ada seseorang yang mengamatinya sedari tadi dari belakang.

"Mereka gak nyisain Aci?" gumam Hazki begitu pelan. Hazki memilih duduk di salah satu kursi meja makan, meminum airnya sampai tandas tak bersisa.

"Air.. tolong bikin perut Aci kenyang, ya," ujarnya dengan begitu polos. di belakangnya, orang itu mematung. menyadari seberapa sakitnya menjadi Hazki yang kini seolah tak di anggap. Namun, tiba-tiba ucapan Ayahnya terlintas di otaknya.

"Papa pisah sama Mama gara-gara dia. Papa baru sadar, selama ini, Papa salah karena udah marahin Mama terus-terusan. padahal, dia sumber masalahnya."

Setelah teringat ucapan itu, Devan menggeleng, berusaha mengenyahkan rasa kasihannya pada Hazki. ia beranjak pergi, kembali ke kamarnya dan mulai tertidur lagi. mengabaikan Hazki yang masih sibuk di meja makan meremasi perutnya sendiri menahan perih.

"Mi gak ada, obat magh juga gak ada. Aci harus apa.." Hazki menghela napasnya bingung. meski pada akhirnya, anak itu memilih untuk pulang ke kamarnya dan tidur lagi dengan posisi menahan lapar, sampai pagi tiba.

**

Aci sad end yeayy
hahahaha.
terimakasih yang sudah vote dan baca Aci..🖤

HAZKI ; Danendra's Little Angel [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang