"Papa, Aci sayang Papa! Terimakasih sudah menjadi Papa terbaik di dunia ini!"
••
"Papa.. Aci tetap sayang Papa. meski Papa mungkin gak nganggap Aci sebagai anak lagi, rasa sayang Aci gak pernah berkurang, kok. hehe.."
**
Langkah kaki Jio dengan perlahan menyusuri dinginnya lantai kamar si bungsu. Ya, si bungsu. Semenjak perceraiannya dengan Vanya lima bulan lalu. Jio menceraikannya karena tahu bahwa Vanya bersekongkol dengan Geo untuk menculik Hazki.
Kedua manusia biadab itu kini mendekam di penjara. Tidak perlu di sebutkan seberapa lama hukuman mereka, kan? yang jelas, Jio tidak akan pernah membiarkan keduanya jatuh ke dalam perasaan bahagia lagi. Bahkan, ia biasa saja saat tahu bahwa Kael sekarang tinggal di panti asuhan.
Wangi khas dari tubuh Hazki yang dulu hampir setiap hari ia hirup mulai memasuki indera penciumannya. Jio menghela napas. Rasa sesak itu, datang lagi. Jio belum ikhlas. Dan sepertinya, ia tidak akan pernah bisa ikhlas.
Jemari Jio mengusap buku-buku pelajaran Hazki dengan pelan. Tidak ada satupun barang yang berdebu, karena Kenan hampir setiap hari membersihkan kamar kecil itu. Jio menarik napasnya saat merasa matanya mulai berembun. Ia meremat erat sebuah kertas kecil di atas buku Diary Hazki yang bertuliskan sebuah kalimat dengan tulisan yang berantakan.
Aci beban, ya? Aci lagi nangis loohh, Aci gaktau harus bilang ke siapa hehehe, Aci cuma pengen peluk aja, tapi masa peluk kertas?
Jio mengelus kertas itu perlahan dengan amat sangat lembut. Ia menunduk, membiarkan air matanya berjatuhan bersama puluhan penyesalan yang kini hanya bisa ia pendam tanpa bisa ia utarakan.
"Papa pengen peluk Aci lagi."
"Papa kangen."
Tidak ada jawaban sama sekali. Jio terkekeh, ia mengambil diary milik bungsunya, Dengan tangan gemetar, Jio membuka perlahan lembaran kertas kusut itu.
halaman kesatu,
Aci pengen ke mama.
kapan Aci bisa pulang ke rumah yang nerima Aci dengan ikhlas?halaman kedua,
Kenapa papa benci Aci?
apa karena Aci kalah dengan Adek?
apa karena Aci yang sekarang kumal? Aci yang sekarang bodoh? Aci yang cuma bisa bikin jijik? Aci banyak sekali kekurangannya ya hehe.halaman ketiga,
Aci pengen ikut mama, di tolak, ikut papa, tapi papa kayak enggak mau.
Aci harus apa?halaman keempat,
Besok bagi rapot. Apa Aci bisa kembali dapat ranking satu? kalau enggak, apa papa bakal marah?halaman kelima,
Aci kalah. hehe, Aci kira, papa mau peluk Aci juga.. nilai Aci sama Adek beda dua doang, kok. tapi kenapa papa cuma peluk adek?halaman keenam,
Kalau Abang benci Aci, rumah Aci satu-satunya hilang.. Abang, jangan bentak Aci, jangan marahin Aci, Aci takut.halaman ketujuh, sekaligus terakhir.
Papa, Aci capek. kemarin Aci telpon Mama, katanya Aci gak boleh ke sana. Aci takut, Pa. Disini, Papa juga sudah muak, kan, sama Aci? tapi, di sana, Mama juga gak mau nerima Aci. Maaf banget, ya, Pa. Aci bakalan berusaha mandiri, kok. Aci gak akan sering-sering ngerepotin Papa sama Kakak, Mas, dan Abang lagi. Aci mau berjuang sendiri sampai nanti titik terakhir Aci datang. Aci gak mau pulang sebelum di jemput. doain Aci kuat, ya, Pa.Jio kalah. Ia terisak kuat, mencengkeram buku bersampul biru yang sudah usang itu dengan sekuat-kuatnya. Hatinya terasa seperti di pukul keras oleh sesuatu. Jio baru merasakan penyesalan yang teramat mendalam sekarang. Dan itu benar-benar buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAZKI ; Danendra's Little Angel [✓]
Teen FictionAsyavino Hazki Danendra, Putra bungsu dari seorang pengusaha kaya raya, Jionathan Danendra. yang perlahan kehadirannya terlupakan, dengan kata lain, tergantikan oleh bungsu Danendra yang baru-- Mikael Kenzio Danendra. ** "Papa, Aci mau itu.." "iya...