04; Maaf, Abang.

3.9K 357 50
                                    

**

Hazki menghela napasnya lelah, melihat tumpukan rapot yang menggunung di meja guru membuatnya merasa takut. netra teduhnya beralih menatap Kael yang tengah terduduk santai di bangkunya.

Hazki memutuskan untuk melangkah, meletakkan tasnya ke bangku miliknya dan duduk di sana. menunggu para orang tua datang karena sekarang masih pukul tujuh lebih. sedangkan pengambilan rapot tepat pada pukul delapan.

saat hampir memasuki alam mimpi, suara-suara ricuh itu datang. Hazki membuka matanya lagi, menyadari bahwa sudah banyak wali murid yang berdatangan dan masuk ke dalam kelas. termasuk ayahnya. Kael langsung berlari ke pelukan lelaki itu dengan senang.

"Papa! Pulangnya jalan-jalan ke mall, ya?? please.." Kael merengek, tanpa ada rasa keberatan sedikitpun Jio mengangguk. pria itu membawa Kael keluar sejenak, baru kembali masuk ke dalam kelas.

Hazki menggendong tasnya lagi, melihat sebentar wajah datar ayahnya sebelum ikut melangkah keluar. di depan kelas, Kael tengah duduk di sebelah Farel. mereka bertiga memang masih berada di tingkat sekolah menengah pertama. hanya berbeda kelas saja. Farel di kelas sembilan, sedangkan Kael dan Hazki di kelas tujuh.

"Kakak, ayo ke kantin. Kael gak mau disini, ada dia." Kael berbisik, namun, tentunya Hazki yang tidak tuli bisa mendengarnya. raut sinis anak itu menjelaskan segalanya. Hazki menunduk, ia memilih duduk di lantai teras kelas dengan menghadap ke lapangan. saat suara Bu Lita mulai terdengar mengumumkan ranking dari mulai yang terendah lebih dulu, Hazki menutup telinganya erat.

"apapun hasilnya nanti, Aci harap Papa gak marah.."

Hazki meringis, Ranking tiga sudah di sebutkan. tinggal dua posisi teratas lagi. Hazki selalu begini setiap pembagian rapot semenjak satu tahun lalu, posisinya serba salah. mendapatkan yang pertama, Kael pasti akan menangis dan mengadu kepada Vanya serta Jio bahwa ia curang. tapi, kalau menjadi yang kedua, ia juga pasti di salahkan karena kalah dengan Kael. parahnya lagi, Jio bisa saja menghukumnya.

"Untuk Ranking dua, selamat kepada Ananda..

..Asyavino Hazki Danendra."

Sekujur tubuh Hazki yang tadinya menegang tak karuan kini melemas. bibirnya mencebik menahan tangis. Hazki meremas erat tali tasnya, membayangkan bagaimana reaksi ayahnya nanti. Hazki merasa dadanya perlahan menyempit, tetapi, bahkan saat napasnya mulai menyesak pun, Hazki tidak ada niatan untuk mengeluarkan inhaler miliknya dari dalam tas.

"Dan untuk Ranking satu di semester dua ini, jatuh kepada Ananda Mikael Kenzio Danendra."

Hazki buru-buru membuka tasnya, mengeluarkan benda penyelamat itu untuk ia hirup. perlahan, napas Hazki mulai kembali normal. Ia bangkit, membenarkan letak seragamnya yang sedikit kusut, serta mengusap kasar matanya. senyum manis Hazki terukir lagi. meski hambar dan rasanya sulit, Hazki tetap berusaha untuk terlihat baik-baik saja.

Langkah kaki Jio terdengar mendekatinya. Hazki menutup matanya takut-takut. tak lama, saat Jio sudah berdiri tegap di hadapannya, Hazki kembali membuka mata. mendongak sampai netranya bertubrukan dengan milik sang ayah.

"bodoh." Jio memakinya pelan. Hazki langsung melunturkan senyumnya, menggantikannya dengan gigitan di bibir. anak itu kembali menunduk.

"Maaf, Papa.." lirihan Hazki membuahkan helaan napas kasar dari Jio.

"Beban. habis ini gak usah sekolah sekalian. gak malu kamu kalah sama adik kamu sendiri?" Jio melemparkan rapot Hazki pada putranya dengan kencang. berakhir dengan Hazki yang terhuyung kebelakang sambil memeluk erat rapotnya. ia memperhatikan sekitar, beruntung suasana mulai sepi semenjak Bu Lita membubarkan pertemuan tadi.

"Papaaa!!!"

dari kejauhan, Kael nampak berlarian bersama Farel yang kewalahan mengerjarnya. Di tangan kecilnya, Si bungsu membawa satu keresek berisi penuh dengan jajanan. Jio langsung merentangkan tangan, membuat Kael secara suka rela masuk ke pelukan hangat sang ayah.

grep!

"Selamat anak hebat. Adek ranking satu, loh. i'm proud of you, Mikael. trully." Kening Kael di kecup hangat, Jio memeluk anak bungsunya erat. memberikan kata-kata pujiannya atas pencapaian Kael. tak peduli akan anak bungsunya dulu yang kini tengah tersenyum menatap keduanya.

Jemari Hazki saling memilin, matanya sudah berkaca-kaca. namun, senyumnya tak kunjung luntur. Hazki bahagia ayahnya menyayangi adik barunya dengan tulus, tapi, Hazki juga sedih ayahnya mulai melupakannya akibat dari kehadiran Kael di keluarga mereka.

"Ayo. Mau main ke mall, kan? kita pulang dulu, ya? ajak Mama sama Mas. ayo, Kak." Jio menggendong Kael, menjauhi Hazki dan Farel. si putra ketiga Danendra itu menatap Hazki Aneh.

"Ranking lo turun?" tanya Farel penasaran. pasalnya, semester kemarin, Hazki mendapat ranking satu. sedangkan Kael, mendapat ranking dua. kenapa sekarang malah terbalik.

"I-iya, Kak." Hazki memaksakan menjawab meski dengan gemetar dan gelagapan. Farel terdiam, baru kemudian ia tertawa mengejek.

"cih. puas, deh. siapa suruh males. manja-manjaan terus aja sana sama Bang Kenan. sampe lupa belajar, bodo deh lo sekarang." tanpa mendengar jawaban Hazki lagi, Farel melenggang pergi. meninggalkan adik nya sendiri di sana, memilih untuk menyusul sang ayah.

"iya, ya.. hehe. Aci beban sekali.. sudah penyakitan, bodoh pula."

**

Kaki kecil Hazki melangkah memasuki pintu utama mansion dengan pelan. rasanya sangat sepi. Hazki pulang dengan berjalan kaki. jarak dari sekolah dan rumah memanglah jauh, tapi, Hazki lebih tidak mau lagi dengan tidak tahu dirinya menumpang mobil sang ayah

"Ranking Kamu turun?"

Hazki mematung. mendengar suara Kenan yang datar dan penuh dengan ketidaksukaan. anak itu menoleh ke arah kakak sulungnya, menatap Kenan sendu.

"Maaf, Abang. A-Aci kurang belajar semester ini.." Hazki berusaha memberikan alasan. Kenan mendekatinya, menggenggam lengannya erat. menyeretnya menuju kamar.

"Abang sayang sama Hazki. Hazki tahu? tapi, jangan buat hal itu juga jadi kesempatan Hazki untuk malas-malasan. Abang lebih bangga sama Kael yang setiap malam berjuang mati-matian belajar sama Papa biar dapetin hasil yang terbaik. di banding liat kamu yang setiap malem langsung tidur tanpa mikirin pelajaran. Abang malu sama Mama, Papa dan Kael, Hazki." Kenan berujar serius. Hazki menunduk, meski tetap mendengarkan dengan seksama.

"Sana tidur siang." Lengannya di lepaskan kasar. Hazki menutup matanya kaget saat mendengar bantingan pintu. Dengan tangis yang hampir pecah, Hazki melangkah lemas menuju kasur.

merebahkan diri, memeluk guling, dan menangis.

"Abang, Aci juga mau belajar sama Papa. tapi, kan, enggak bisa. Aci juga bobo terus karena Aci capek, tubuh Aci gak sekuat itu.."

"Aci Bodoh. iya. Aci akuin. tapi, bisa, gak, nasehatin Aci aja? jangan marahin Aci. Aci gaktau harus peluk siapa lagi kalau Abang udah marah."

bahkan tanpa sadar meracau tidak jelas. melampiaskan semua lukanya pada tembok-tembok bisu yang juga tak bisa mendengar. Tuhan, Hazki lelah.

**

3 part lagi.
stay sampai akhir, ya?
aku sendiri aja nangis baca ulang part ini. hehe.

HAZKI ; Danendra's Little Angel [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang