03; Sendunya malam.

3.5K 346 48
                                    

**

Kenan yang baru saja pulang dari kantornya mengernyitkan dahi begitu menginjakkan kaki di pintu utama, kenapa mendadak ruang tamu mereka penuh dengan tas-tas besar?

"Ma! Ini mau ada apa? kenapa banyak barang-barang?" Kenan bertanya pada Vanya yang tidak sengaja lewat. di tangannya, wanita itu membawa sweater dan celana Kael.

"Loh, kamu gak tau, bang? kita kan mau nginep ke villa malam ini. soalnya Kael yang minta tadi pas pulang sekolah, Papa juga setuju." Vanya berhenti sejenak guna memberi tahu Kenan. si sulung pun akhirnya mengangguk-angguk paham.

"Abang gak mau ikut? kalau gakmau gakpapa, pasti Abang capek, kan?" Vanya tersenyum lembut. Kenan menggeleng, ia harus ikut. apalagi jika Hazki ikut, Kenan harus menjaganya.

"Abang ikut, Ma. Abang ke kamar Aci dulu, ya? sekalian abis itu siap-siap." Kenan pun pamit. yang di balas anggukan serta senyum terpaksa Vanya. wanita itu mendesis setelahnya. Hazki lagi, Hazki lagi. perhatian kedua Kakak Hazki yang lain memang sudah berhasil ia rebut hanya untuk putranya seorang, tapi, kenapa Kenan ini susah sekali luluhnya?

Ah, Vanya sebal. ia akhirnya memilih melanjutkan perjalanannya yang tadi tertunda untuk memberikan baju milik putra bungsunya di kamar.

"Aci..? Aci ikut, sayang?"

Kenan melongokkan kepalanya ke dalam begitu sampai di depan kamar Hazki. kamar yang sempit dan terlihat kurang layak. sudah berkali-kali Kenan menyuruh Hazki untuk pindah, tapi, anak itu selalu menolak.

Kenan terdiam, ia menatap Hazki yang tengah tertidur pulas. perlahan langkah kaki Kenan berjalan masuk, ia terduduk di samping kasur lantai Hazki. tangannya terangkat mengelus surai halus anak itu. Kenan menghela napas, hatinya sesak melihat Hazki yang di perlakukan seperti ini sekarang, tapi, ia juga tidak bisa melakukan apa-apa.

"Aci.. bangun, sayang. Aci mau ikut jalan-jalan, gak? sama Abang. yuk." Kenan menunduk, mengecupi kening Hazki berkali-kali sampai akhirnya anak itu terbangun. mengerjapkan matanya pelan sambil menatap Kenan bingung.

"Abang.." lirih Hazki kecil. Kenan tersenyum lembut, ia merengkuh Hazki yang masih nampak sangat mengantuk.

"Semuanya mau jalan-jalan ke villa. Abang ikut kalau Aci ikut. Aci mau ikut?" Tanya Kenan. Hazki mengerutkan keningnya sejenak, ia mendongak, menatap Kenan dengan tatapan lugu.

"Aci boleh ikut?"

Senyum Kenan luntur. mendengar pertanyaan Hazki seolah membuat pertahanannya runtuh. Kenan menggeleng, ia menatap Hazki sendu.

"Kenapa ngomong gitu? Boleh, sayang. pasti boleh. kan ada Abang." Kenan merasakan matanya memanas. matanya hanya fokus pada jemarinya yang di mainkan oleh Hazki.

"Aci mau.." ujar Hazki lirih sekali. Kenan mengangguk pelan. ia bangkit, ingin mengambilkan baju dan celana untuk Hazki.

"Ini yang lipetin baju Aci siapa? kok agak berantakan?" Kenan terlihat kaget begitu membuka satu pintu lemari Hazki, karena tumpukan baju itu langsung jatuh ke arahnya. Hazki menunduk, bibirnya melengkung ke bawah tanpa mengeluarkan jawaban apapun.

"Aci lipat sendiri.. maaf.. gak rapih, Abang.. Aci buru-buru, napas Aci sesek tadi.."

**

Bibir Hazki terbuka kecil akibat tidak menyangka pemandangan di hadapannya akan sebagus itu. pesawahan luas yang terlihat begitu hijau, serta di padu dengan banyaknya lampu-lampu jalanan membuat Hazki terpana.

"Dingin, hm?" Kenan menariknya mendekat, mendudukkan Hazki di salah satu bangku taman villa milik Jio. membiarkan para maid yang memang sengaja Vanya bawa mempersiapkan bahan-bahan untuk mereka mengadakan barbeque-an.

"Enggak. jaket Abang besar sekali. Aci hangat.." dengan polosnya Hazki berujar. pipi tirus kemerahan itu terangkat sedikit kala Hazki menyunggingkan senyum. Kenan tanpa sadar tersenyum sendu. ia merangkul Hazki. menghela napasnya berat. Kenan takut.

"Aci, jangan tinggalin Abang, ya?" Kenan menatap Hazki dalam. Anak itu mengernyit tidak mengerti. jemari mungilnya mengelus pipi Kenan yang terasa dingin.

"Aci enggak. Aci malah takut Abang yang akan tinggalin Aci.." Hazki menatap balik Kenan dengan sayu. Kenan menggeleng keras, mengecup kening Hazki singkat sebelum kembali merangkul anak itu. melindunginya dari dinginnya udara puncak.

"Enggak akan, sayang."

"ABANG! SINII!!" Kenan menoleh ke arah Kael yang memanggilnya keras. ia menatap Hazki sejenak seperti meminta izin. Hazki mengangguk tanpa ragu. Kenan bangkit, menggandeng tangan Hazki dan dengan berlari kecil, mereka menghampiri Kael yang tengah memakan satu buah jagung bakar.

"Kenapa, El?" Tanya Kenan lembut. Kael merengut tidak suka saat melihat Hazki yang membuntut di belakang Abang sulungnya, ia membuang muka, seolah marah karena kehadiran Hazki di sana.

"Bang, Kael mau sama kamu itu. coba sana main. jangan sama dia terus bisa, gak, sih?" Jio menyeletuk. spontan Hazki menundukkan kepalanya tidak enak. Kenan menghela napas, namun, melihat mata Kael yang berkaca-kaca, pemuda itu tidak tega. pada akhirnya, ia melepas pelan genggaman tangannya dengan Hazki, dan mulai menenangkan Kael yang kini terisak dalam tangisnya.

Hazki memandangi mereka. tanpa rasa marah, apalagi dendam. hanya senyum polos, yang bersih dari kebencian. Hazki bahkan terkekeh saat Abangnya menciumi pipi gembul si bungsu hingga Kael tertawa-tawa. Hazki sejatinya hanyalah anak-anak. yang dulu tumbuh dengan kasih sayang penuh, sampai sekarang, saat tiba-tiba semuanya berbanding terbalik.

**

Jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. keluarga kecil Danendra masih sibuk bercengkrama seraya memakan hasil masakan para maid. Hazki memandangi piringnya yang terisi oleh satu potong ayam bakar serta beberapa sendok kecil nasi- yang tadi di ambilkan oleh Sera, si kepala maid.

Anak itu perlahan memakannya dengan tenang. matanya tidak lepas dari pemandangan Abang sulungnya yang tengah menyuapi Kael udang dan ikan bakar. Hazki menghela napas. oh, dadanya mulai sesak. mungkin karena saking dinginnya udara disini.

"Mas.." Hazki memanggil lirih Devan yang ada di sampingnya.

Devan menoleh, ia seketika salah fokus karena melihat satu potong ayam bakar di piring Hazki. menu yang di khususkan untuk para maid sebenarnya. entah kenapa anak itu bisa mendapatkannya.

"Mas.. Boleh Aci minta tolong? suirin ayam Aci.. panas.." Suara Hazki terdengar sangat pelan karena takut.

"Gak. Belajar mandiri, Hazki." Devan acuh tak acuh. ia kembali memakan makanannya tanpa melihat sedikitpun ke arah Hazki yang sekarang tengah menunduk kecewa. anak itu akhirnya memotong-motong ayamnya dengan tangannya sendiri. meski terkadang bibirnya meringis akibat panas, Hazki tetap tidak goyah untuk memohon bantuan lagi.

karena Hazki tahu, penolakan tak akan pernah berhenti ia terima.

**

Miris kamu, Ci :)

HAZKI ; Danendra's Little Angel [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang