07; Terimakasih, Abang.

6.1K 441 84
                                    

**

Hazki membenarkan letak seragamnya yang di rasa kurang rapih. anak itu mengusap perlahan lebam di perutnya yang di sebabkan oleh Jio kemarin. Masih sangat sakit, tapi, Hazki tidak boleh menjadikannya sebagai alasan untuk tidak hadir di sekolah hari ini.

Mata Hazki terus menghindari rapotnya yang sedari tadi tergeletak di atas kasur. Hazki memasukkan benda yang ia benci itu ke dalam tas. tangannya menyampirkan tas lusuhnya ke bahu, Hazki segera turun. berdoa dalam hati supaya Ayahnya tidak memarahinya lagi.

Badan Hazki bergetar kecil saat melihat Jio ada di meja makan. dengan tenangnya menyuapi Kael yang tengah membereskan tasnya. anak itu terus berceloteh, yang tentunya dengan suka hati selalu Jio balas.

"Kamu berangkat sendiri." Jio berujar datar. Hazki yang masih diam di bawah tangga mengangguk kaku. tanpa mau melihat ke arah Jio, Hazki segera melangkah keluar dari rumah. Vanya yang melihatnya mendengus sengit. dasar anak tidak tahu sopan santun.

**

Hazki mengayunkan kakinya karena bosan di bangku depan sekolah. sekolahan sudah terlampau sepi, namun, Hazki masih dengan nekatnya berada disini. Hazki tidak ingin pulang. rumahnya terasa suram. Hazki benci suasana itu. maka, Hazki tetap berada disini. menunggu sampai setidaknya tidak ada orang lagi, lalu, baru Hazki akan pulang.

Matanya mengamati sekitar, langit mulai mendung. Hazki mengernyit saat netranya menangkap keberadaan Kael bersama dengan kedua temannya di depan gerbang. ketiga anak itu kemudian berpisah. dengan Kael yang menjadi sendirian setelahnya. bahkan kini, Kael menuju ke arahnya. sontak, Hazki pura-pura tidak perduli.

"Ngapain sendiri disini?" Tanya Kael dengan nada datar. Hazki menggeleng pelan.

"Gakpapa. males pulang."

keduanya kembali terdiam. larut dalam pikiran masing-masing. sampai, sebuah mobil hitam berhenti di depan mereka, Kael santai saja. mengira bahwa itu adalah mobil sang ayah. namun, saat dua orang berbaju hitam keluar dari dalamnya, kedua anak itu mendadak panik.

"Akh! Jangan sentuh saya! kalian siapa?! TOLONG!" Kael berteriak kencang, dan tentunya, itu percuma. tidak ada orang lagi disini. Kael di bekap, di bawa masuk ke dalam. belum sempat Hazki berlari untuk mencari bantuan, Satu orang lainnya lebih dulu ikut memasukkannya ke dalam mobil.

"Kena kamu, bajingan kecil."

**

Kedua netra coklat terang itu berkedip pelan, membiarkan cahaya memasuki retina matanya. setelah matanya terbuka sempurna, Hazki menyisir pandangannya ke sekitar. mengernyit saat menemukan Kael yang terikat di kursi di sampingnya. berbeda dengannya yang di biarkan berbaring di lantai tanpa di ikat.

ceklek..

"Sudah bangun?" Hazki menatap si penculik dengan mata sayunya.

"O-Om Geo?!"

"Ya... kamu mengingat saya rupanya. haha. saya sudah memberi tahu ayah kamu, dia akan datang secepat mungkin. tapi, yang jelas, dia gak akan menyelamatkan kamu karena saya juga membawa anak ini," ujarnya sembari mendekati dan mulai mengelus surai Kael.

"jangan apa-apain Kael!" Hazki berseru panik.

"tenang, saya gak akan lukain dia. saya, cuma mau kamu. buat muasin dendam istri saya ke kamu. Kamu tahu? gara-gara kamu, istri saya hidup dengan gak tenang! dan saya gak suka. maka dari itu.. sudah siap untuk pergi, hm?" Geo, atau suami dari Ibu kandungnya, tersenyum miring. meninggalkan Hazki berdua dalam ruangan itu. pikiran Hazki mendadak kacau.

Ayahnya pasti akan datang. tapi, pria itu datang untuk Kael. lantas, apakah Jio akan membiarkannya mati di tangan pria paruh baya itu?

Sedang sibuk dalam pikirannya, Tiba-tiba pintu gudang di dobrak dengan beberapa bodyguard yang menerobos masuk. Hazki terperanjat, ia melihat Kael yang di lepaskan ikatannya. kemudian, perhatiannya teralihkan oleh Jio yang baru memasuki ruangan dengan raut wajah yang super panik.

"Papa.." lirihnya kecil.

"sayang? Kael! hei.. sadar, Nak.." Jio menepuk pelan beberapa kali pipi anak bungsunya. Pria itu menggendong putranya, membawanya keluar ruangan, para bodyguard langsung memencar, menyisir ruangan untuk mencari si pelaku. lagi-lagi meninggalkan Hazki sendiri. bersama dengan tatapan kosongnya dan pikirannya yang tak lagi berjalan normal.

hanya ada satu hal di otaknya saat itu..

bagaimana cara menghilangkan semua rasa sakitnya sekarang?

Perutnya perih, hatinya sesak, kepalanya pusing. Hazki tetap bertahan duduk dengan menyandar dan menatap kosong ke tumpukan kardus di depannya. tangannya saling memilin. matanya berkedip beberapa kali menahan air mata.

"DIA PELAKUNYA! TANGKAP LELAKI ITU!"

Hazki masih terdiam. sampai.. Geo menyekapnya. menjadikannya sebagai sandera. tangan besarnya mengunci leher Hazki, membuat napas anak itu mulai menyesak seiring dengan todongan pisau yang Geo letakkan di dekat pipinya.

"keluar kalian semua! atau anak ini mati!"

Beberapa bodyguard di sana saling tatap. Memandang Hazki yang seperti hilang arah. anak itu tiba-tiba terkekeh kecil.

"Om.. ha-harusnya Om gak bawa Kael.. A-Aci yakin, Papa juga gak mau selametin Aci kalau yang di culik cuma Aci sendiri.."

Anak itu tertawa lirih. Geo tersenyum miring. ia mendorong Hazki hingga terjatuh ke lantai.

"Banyak omong kamu. sekarang, dendam saya akan terbalaskan. kamu tahu? trauma istri saya gak akan balik lagi. dan keluarga kami akan damai. tanpa bayang-bayang kamu lagi di dalamnya."

dugh!

perutnya di tendang.

Hazki di paksa bangun. hingga..

plak!

bugh!

dugh!

"anak sial! mati saja kamu!"

dugh!

dan..

Mata Hazki membelalak,

saat satu tusukan pisau menembus permukaan perutnya.

"mati kamu!"

Hazki tergeletak lemas. wajahnya lebam dengan perutnya yang penuh darah. tubuhnya meringkuk di lantai dengan senyuman yang terus terpatri di bibirnya.

brak!

Pintu kembali terbuka, Kali ini, Kenan masuk. dengan terburu ia mengamankan Geo, menyerah kan pria itu kepada bodyguard yang sedari tadi hanya diam mematung. Kenan segera menarik Adiknya untuk berdiri dengan kasar setelah Geo di bawa keluar.

"BODOH! KENAPA KAMU MAU AJA DI GEBUKIN KAYA TADI SAMA ORANG GILA ITU?!"

"uhuk.. A-Abang.." Hazki tertawa kecil, tangannya berusaha mencari pegangan agar bisa terus berdiri. kini anak itu malah berjongkok.

"ga-gaada yang jem-put A-Aci.. Pa-Papa je-jemput Kael.. Aci ga-gak di ha-harapin buat pu-lang.."

Lirihan itu membuat Kenan terdiam total. ia segera menggendong tubuh mungil itu dan membawanya keluar. tangannya bahkan kini memerah, penuh dengan bercak darah yang keluar dari tusukan dalam di perut Hazki. Kenan berencana membawa si mungil ke rumah sakit.

"A-Abang.."

Kenan menatap Hazki datar. meski matanya berkaca-kaca.

"Ma-kasih.. udah se-selamatin A-ci.."

Senyum tulusnya tergariskan.. Hazki memejamkan mata setelahnya. ingin menjemput tenangnya yang abadi, tanpa perlu merasa sakit lagi.. Hazki.. ingin tidur. selamanya. boleh?

**

Pas 1.000 kata.
bagaimana perasaannya baca part ini?
terimakasih sudah bertahan sampai akhir, ya.
Aci sayang kalian..
salam hangat,
baso Aci♡.

HAZKI ; Danendra's Little Angel [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang