Warn!
Alternatif Ending.**
"Operasi sudah berhasil di lakukan. Tetapi untuk saat ini, pasien belum sadar dan belum bisa di jenguk. Harus menunggu sampai di pindahkan ke ruang rawat lebih dulu."
Kenan memejamkan matanya lega. Detak jantungnya seketika kembali normal mengetahui bahwa Adiknya berhasil. Pemuda itu meluruh, menyandarkan punggungnya ke tembok belakang sambil berulang kali mengucap syukur kepada Tuhan di dalam hatinya.
"Baik. Terimakasih, Dok." Jio membalas sekenanya, Ia juga tentu sama leganya dengan Kenan mengetahui ucapan si Dokter.
"Sama-sama, Pak. Kalau begitu, saya permisi." Dokter tersebut akhirnya angkat kaki. meninggalkan mereka bertiga yang kini hanya mamou banyak-banyak menarik serta membuang napas saking leganya. Kenan bahkan tidak bisa lagi berkata-kata, sekujur tubuhnya bergetar karena senang yang berlebih.
Adiknya.. Sangat hebat.
"Terimakasih, sayang. Terimakasih Aci sudah mau bertahan.."
"Eum.. Mas, Aku pulang dulu, ya? Kasian Kael sendirian di rumah." Vanya berujar pelan, nadanya terdengar seperti orang yang tengah gugup. Jio menoleh, memandangi istrinya dengan tatapan curiga. Membuat wanita itu semakin menghindari kontak mata antara dirinya dan Sang suami.
"Ada Farel sama Devan. Maksud kamu apa sendirian?" Tanya Jio sedikit emosi. Vanya langsung mengumpat dalam hati. Ia lupa bahwa Farel dan Devan memang tidak ikut. Dasar Bodoh! makinya pada dirinya sendiri.
"Takut Kael nyariin, Mas. Aku yakin dia masih trauma sama kejadian tadi." Vanya berujar lagi, berusaha mengendalikan bicaranya agar kata-katanya tidak menjadi kacau. Dengan kasar, Jio menghela napas. Menatap Vanya datar, kemudian mengangguk terpaksa.
"Hm. Sana."
**
Suasana ruang rawat Hazki sepi malam itu. Tidak ada satupun orang yang lalu lalang di koridor depan, Jadi, Jio dapat dengan puas memandangi wajah terlelap anaknya. Satu hari kemarin-- Hazki hanya di temani dengan Kenan. Sedangkan dirinya mengurus Kael yang demam tinggi di rumah. Si sulung memang tidak mau pulang sejak Hazki sudah di pindahkan ke ruang ini, Kenan bilang, ia benci jika harus melihat wajah Kael dan Vanya lagi.
Meski sekarang, Nyatanya Kenan harus pulang untuk mengambil baju bersih dan membawa pulang pakaian kotor miliknya dan juga Hazki.
"Ngantuk banget, ya? Dari sore bobo terus." Jio bergumam kecil. Tangannya bergerak mengelus kening Hazki dengan lembut. Anak itu memang tertidur sedari tadi menjelang maghrib. Kondisinya masih lemas, Hazki bahkan sering menangis serta mengadu bahwa perutnya yang terdapat luka jahit bekas tusukan Geo terasa sangat sakit. Dan Kenan jelas hanya mampu menenangkan sembari ikut menangis saat hal tersebut terjadi.
"Anak baiknya Papa. Oh, Enggak. Papa terlalu jahat buat sebut Kamu sebagai bungsu Papa, ya? Maaf." Jio ambil tangan kiri Hazki yang terbebas dari infusan, mengecupnya lama hingga perlahan mata bulat Hazki mengerjap tidak nyaman.
"Eung.. Abang.." Hazki memanggil Kenan lirih. Mengira bahwa orang yang kini tengah mengecupi tangannya adalah sang Kakak.
"Ini Papa, sayang.."
Kedua mata Hazki yang tadinya masih sayu dan tidak fokus mendadak terbuka sepenuhnya. Anak itu memandang Jio kaget. Hazki menolehkan kepalanya ke arah sebaliknya, di mana kini dirinya hanya bisa melihat sofa yang berada di pojok ruangan. Hazki meremat kuat selimutnya, melampiaskan rasa takut yang tiba-tiba bersarang di hatinya.
"Hei.. Hazki.. Lihat Papa, Nak." Tangan Hazki di genggam erat, Jio memohon dengan suaranya yang terdengar bergetar. Hazki sontak tidak tega, Meksi air mata sudah berkumpul di pelupuk matanya, Hazki akhirnya tetap memutuskan untuk membalas pandangan Jio menggunakan tatapan sendunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAZKI ; Danendra's Little Angel [✓]
Roman pour AdolescentsAsyavino Hazki Danendra, Putra bungsu dari seorang pengusaha kaya raya, Jionathan Danendra. yang perlahan kehadirannya terlupakan, dengan kata lain, tergantikan oleh bungsu Danendra yang baru-- Mikael Kenzio Danendra. ** "Papa, Aci mau itu.." "iya...