-
-
-
Hari selanjutnya~
Jay menarik lengannya dan menjauh saat segerombolan pria mengajaknya bermain. wajahnya tertunduk dia merasa tidak enak badan hari ini dan mereka ingin memakai nya?.
"tidak untuk saat ini, aku mohon aku sedang tidak nyaman badan" ucap Jay dengan pelan
"jalang ini sombong sekali, tapi kami menginginkanmu sekarang."
"tidak aku menolaknya, Jangan menganggu ku" balas Jay
salah satu dari mereka mencekal lengan Jay lalu menamparnya dengan keras.
"akhhh! lepaskan aku" tekan Jay dan dia kembali mendapatkan tamparan untuk kedua kalinya, Jay meringgis dalam diam sudah badannya kurang sehat dan sekarang dia mendapatkan kekerasan lagi
"kami menginginkanmu dan kau harus mengangkang untuk kami! tidak ada penolakan!" ucapnya dengan mengenggam kasar kedua bahu Jay
"aku tidak mau! kau gila!? aku sedang sakit dan kau menyuruhku untuk mendesah di bawah kalian!?" tekan Jay
yang lainnya menjambak rambut Jay dan Jay langsung menahan ringgisan nya.
"kau hanya perlu mendesah dan menikmati permainan kami jalang, kami akan membayar mu lebih."
Jay meludahi wajahnya. hal itu membuat emosi mereka semakin menggebu gebu sedangkan Jay sendiri langsung mengeluarkan smirknya.
"dasar bajingan" senyum Jay
"dasar jalang!!."
mereka sudah siap memberi jalang nakal ini pelajaran tapi pergerakan mereka terhenti saat seseorang berteriak.
"ada guru!."
semuanya langsung panik. mereka menatap Jay yang sedang menatap mereka tanpa takut. salah satu dari mereka menunjuk wajah Jay.
"kami akan kembali dan kau harus mengangkang untuk kami, kau sudah kotor jadi jangan berlagak sok di hadapan kami sialan!."
Jay menatapnya dengan tajam. segerombolan pria itu langsung pergi meninggalkan Jay. Jay jatuh dengan lemah ke lantai.
dia menatap lantai dengan nafas yang tersengal-sengal. Jungwon bersandar pada dinding dengan kedua tangan yang terlipat di dada nya.
tadinya dia di suruh ke gudang untuk mengambil bola basket. siapa yang menyangka bahwa dia akan bertemu Jay dan juga para pria yang menggilainya.
"kau baik baik saja?" tanya Jungwon tanpa minat membantu Jay
Jay melirik Jungwon yang hanya menatapnya dengan santai. bahkan dia bersandar pada dinding dengan kedua tangan yang melipat seperti itu.
Jay beranjak dari tempatnya lalu menatap Jungwon dengan nafas beratnya.
"kau butuh bantuan untuk berdiri?" tanya Jungwon. Jay memicingkan kedua matanya, dia menawarkan bantuan itu bahkan setelah Jay sudah berdiri, menyebalkan