"Tega bangetsi kamu sama aku, pulang dari sini tuh kemungkinan malem. Terus gimana nanti kalo ada PR? Kalo dah sampe kosan yang ada nanti aku malah kecapean ngerjainnya." protes Brianca pada James.
"Ya lo kerjain aja disini lah bloon apa susahnya si? Pulangnya juga pasti gue anter kok"
"Udahlah gausah protes kalo lo gamau ada masalah lagi sama gue! Sekarang bikinin gue makan, gue laper." Balas James dengan nada yang memuncak.
Brianca mendeliknya, lalu beranjak pergi ke arah dapur dengan menghentak hentakan kakinya. Melihat kelakuan Brianca, James menggelengkan kepala lalu ikut beranjak pergi ke kamarnya.
'Dasar iblis, gapunya hati. Mentang mentang punya kuasa jadi seenaknya aja sama orang' batin Brianca.
Brianca bingung ingin memasak apa untuk James, lalu ia membuka isi kulkas dan memilih bahan makanan. Dan ternyata didalamnya hanya ada kubis, buncis dan bakso mentah. Lalu Brianca memutuskan untuk membuat sayur sop bakso. Untungnya bumbu dapur ternyata masih lengkap.
Buncis dan kubis langsung ia potong dan bersihkan. Lalu memasukkannya dalam panci berisi air bersih, tak lupa dengan bakso dan memasukkan bumbu kedalam sayur.
Selagi menunggu sop matang, Brianca memasak nasi untuk penambah makan utama. Tak lupa ia bersihkan dulu berasnya dan mengukur kadar air yang harus dimasukkannya kedalam magicom.
"Semoga tu preman sukak sama masakanku. Kalo ngga bisa berabe aku harus bikin ulang," omel Brianca sendiri didepan masakannya.
Sambil menunggu makanan matang Brianca asik memainkan gawainya hingga sampai tak sadar ada kedatangan James ke dapur dengan keadaan setengah telanjang memakai handuk putihnya.
"Asik bener liatnya. Awas aja kalo masakan lo gaenak."
Brianca melihat kearah James, lalu ia refleks membantingkan Hp-nya kearah dada James dan berteriak.
"Arghhhh!! Ngapain kamu kesini gapake baju?" Brianca sontak menutup mata dengan kedua tangannya.
"Aww, a*j*ng sakit. Lo gila ya?" ringis James sambil mengelus dadanya.
"Bisa gaksi bersikap sewajarnya, baru pertama kali lo liat ginian? Cewek lain liat body gue sampe ileran tuh. Lah elu malah banting gue dasar cewek aneh."
"Lagian kenapa si kamu ke dapur telanjang dada gitu mana cuma pake handuk doang, seengganya pake kaos lah. Gak malu apa diliat cewek?" balas Brianca masih dengan menutup matanya.
"Gue kalo abis mandi emang kebiasaan berkeliaran gapake baju disini, jadi harus lo biasain. Nih hape lo, untung ga jatoh kebawah. Bilang makasih lo sama gue udah selametin Hp butut lo."
James berlalu meninggalkannya ke kamar untuk memakai pakaian. Brianca yang masih shock memegang jantungnya yang berdegup begitu kencang.
'Yagusti kuatkan hatiku, roti sobeknya gila banyak banget. Mana kulitnya putih lagi, astaga sadar Brianca' batinnya dalam hati sambil menepuk kedua pipinya.
Brianca berlanjut menyiapkan makanan. Tetapi pikirannya jadi tidak fokus, ia masih terkaget baru pertama kali melihatnya secara langsung. Biasanya ia hanya melihat roti sobek milik mamang korea hanya difilm saja, dan selalu berangan untuk menyentuhnya. Tapi kali ini dia melihat secara langsung dan sejujurnya ia merasa bahwa tubuh James tak kalah bagus dari aktor lainnya. Tubuhnya sangat atletis dan... Sexy menurutnya.
Makanan sudah Brianca siapkan di meja bar dapur. Namun saat James datang, ia malah kelimpungan tak karuan. Ia masih malu dengan kejadian tadi.
"Oyy!! Sini temenin gue makan."
"A-ah, i-iya."
"Kenapasi, gelagat lo aneh banget deh!" timpal James sambil mengambil sayur sop kedalam mangkuk.
"A-aku? Gapapa kok hehe." jawabnya dengan senyum cengir kuda.
"Dasar cewek aneh."
Slurp...
"Em masakan lo lumayan juga, kalo bisa lo masakin gue sarapan juga." cetus James sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
"I-iya nanti aku buatin."
🍁🍁🍁
Selesai makan Brianca lanjut membersihkan apartement James, tempatnya tidak begitu berantakan. Hanya saja ada beberapa puntung rokok yang berserakan dan botol bir di beberapa ujung tempat, lantas ia langsung membereskan dan menyapunya.
"James, aku udah bersihin semuanya. Aku pulang ya."
"Yaudah kalo gitu gue anterin." James beranjak dari sofa dan mengambil kunci motornya.
Lalu Brianca pulang diantar oleh James sampai menuju kosannya.
"Inget, besok ga boleh telat nyambut gue!" ucapnya.
Brianca turun dari motor James, dan mengangguk iya atas ucapannya. Lalu ia masuk kedalam gerbang kosannya.
"Huft capek banget, rasanya aku pen kabur aja dari sini biar bisa ngehindar dari tu curut." keluhannya sambil merebahkan diri.
Brianca bergegas untuk membersihkan diri dan setelah itu ia langsung terlelap di atas ranjangnya.
Next morning in the school...
"Lambat bangetsi lo kek siput cuman buat beli minum doang!" sewotnya pada Brianca.
"Maaf James, tadi kantinnya penuh. Aku agak susah ambil minumnya." balas Brianca sambil mengatur nafasnya yang memburu.
James mendelik tajam pada Brianca lalu ia meminum-minumannya. Setelah habis ia melempar botolnya pada Brianca, untung dengan sigap ia langsung menangkapnya.
"Pulang sekolah, nanti kita ke supermarket dulu."
"Iya James," timpal Brianca padanya.
"Yaudah lo balik lagi ke kelas sana, lo ada jadwal Pak Santoso kan?" ucap James sambil berlalu begitu saja.
Mendengar hal itu Brianca langsung pergi kembali ke kelasnya. Kebiasaannya terhadap James sekarang jika dia berbicara, Brianca kadang tak membalasnya.
"Lo pasti abis disuruh lagi sama James ya?" tanya Ica pada Brianca yang baru saja datang dari arah pintu yang langsung merebahkan setengah badan ke meja sambil menghela nafasnya.
"Hm iya," balas Brianca singkat.
"Sabar ya beb." Ica merangkul pundak Brianca lalu mengusap puncak kepalanya.
Brianca mengangguk iya lalu membalas rangkulan Ica dengan pelukan. "Aku capek ca, baru sehari aja kemarin aku langsung ambruk pas pulang. Apalagi aku harus cari kerja part time buat kebutuhan sehari-hari."
"Emangnya ortu ga kirim lo uang sampe lo harus cari kerja part time?"
"Aku udah gapunya ortu ca, aku ini tumbuh dipanti dan dipungut orang. Kebetulan keluarga angkatku kemarin pindah ke Jakarta, lalu aku ikut dan nawarin buat hidup sendiri dikosan. Aku ga betah tinggal bareng mereka, mereka kadang-kadang berantem gegara aku yang katanya semakin besar semakin banyak pengeluaran."
Ica kemudian memeluk Brianca kembali dengan erat dan mengelus punggungnya. "Beb kalo lo butuh apa-apa ngomong ke gue ya, gausah sungkan pokoknya. Gue pasti akan bantu lo sebisa mungkin."
Brianca mengangguk, dengan refleks ia pun menangis dalam pelukan Ica. Ica pun mempererat pelukannya dan terus mengelus punggung Brianca.
.
.
.𝗧𝗼 𝗯𝗲 𝗰𝗼𝗻𝘁𝗶𝗻𝘂𝗲𝗱...