08. FIRST KISS

10 0 0
                                    


'Brianca, anakku... Ibu sangat menyangimu nak, kamu adalah alasan ibu tetap bahagia...'

'Sayang, tetaplah berjuang dan bertahan dalam keadaan sesulit apapun untuk hidupmu. Bangunlah...'

Suara lembut yang menghangatkan telinganya terus memanggil dari alam bawah sadar yang gelap. Brianca terjebak dalam pikiran yang tenang, seolah ia tak mau bangun. Ia ingin terus mengikuti dari mana arah suara yang selama belasan tahun ia tunggu-tunggu. Brianca amat merindukannya..

Hah... hah.. hah.

Brianca membuka matanya dengan gerakan yang cepat, helaan nafas panjang yang memburu membuat detak jantungnya berdegup lebih kencang. Ia mendapati dirinya terbaring diranjang yang ruangannya serba putih dengan bau aromaterapi diffuser yang menyala. Tangannya masih terlilit oleh cairan infus dan juga selang oksigen yang menempel di hidungnya.

Ia masih mencari-cari, tidak ada orang di ruangannya. Ia mencoba untuk bangkit, namun ia gagal. Brianca terlalu lemah...

"E-eh lo mau ngapain Bri?" James muncul dari arah pintu luar ruangan dengan membawa nampan makanan ditangannya, lalu berjalan cepat menuju Brianca yang sedang berusaha untuk bangun.

"Kata dokter lo jangan banyak gerak dulu, apalagi kepala lo tuh jangan lirik kanan kiri terus. Luka di leher lo masih basah." tukas James sambil menompang badan Brianca pada punggung ranjang dan menaikkan ukuran tingginya dengan remote saat ia hendak akan bangun.

"A-aku pengen p-pulang." ucap Brianca terbata-bata.

"Pulang begimana? Badan lo aja masih lemes, lo kudu dirawat." timpal James.

"A-aku gak ada uang James buat bayar biayanya."

"Lo gausah pikirin itu, gue yang tanggung jawab. Lo gini juga gara-gara gue."

"Jadi plis, kalo lo mau pulih secepetnya. Lo harus nurut sama gue dan dirawat sampe dokter bilang lo sembuh dan boleh pulang!"

Brianca terdiam, ia menyingkap selimutnya. Dan menundukkan pandangannya ke bawah.

James mendekati Brianca dan duduk disampingnya, lalu James memeluk dan mengusap pucuk kepala Brianca. Ia bisa merasakan detak jantung James yang berdegup begitu cepat, tak hanya James. Detak jantung Brianca pun tak kalah cepatnya menambah tak santai, perasaan gugup tengah melanda keduanya.

"Bri..."

"Ya, James?"

"Maaf. Karena gue, lo jadi terancam kehilangan nyawa."

Lagi... Brianca membisu dan terlamun dalam pikirannya. Ia tak membalas perkataan James.

"Bri, gue bakalan jaga lo lebih baik kali ini. I promise..."

James melepaskan pelukannya dan menghadapkan tubuhnya kedepan Brianca. Ia menatap dalam manik mata Brianca yang berwarna cokelat, mengusap helaian rambut yang bertebaran di wajahnya.

"Brianca Luna, I want you. Cause I..."

Ia menghentikan ucapannya, lalu ia mengusap pelan bibir kecil Brianca dengan jari jempolnya yang besar.

"I love you..."

James mendekatkan wajahnya pada Brianca, mata mereka saling beradu menatap. Baru saja Brianca ingin menghindar menjauhkan dirinya, namun James menekan punggung Brianca dan mendorong nya pelan kedepan. Lalu sedetik kemudian James menyambar bibir Brianca, dan mengecupnya lembut. Selama tiga detik, kecupan James mampu membuat pikirannya kalut dan berhenti bekerja seketika.

"Percaya gak percaya, gue jatuh cinta sama lo pada pandangan pertama."

Brianca membulatkan matanya, ia memandang James dengan wajah yang syok. Mana mungkin seorang James yang tampan juga kaya dan sangat di idam-idamkan oleh para kaum wanita jatuh cinta pada seorang yatim piatu miskin sepertinya?

"Will you be my girl friend?"

Brianca semakin terkejut, ia mengerutkan dahi dan menggelengkan kepalanya tak percaya dan refleks memegangi dadanya yang hampir akan meledak saat itu juga.

"A-aku,"

"Lo gak boleh nolak, saat ini juga lo dan gue resmi jadian!"

"Gue janji, dalam kurun waktu empat bulan gue bakalan buat lo jatuh cinta sama gue."

"Dan kalo dalam kurun waktu segitu dan lo masih juga gak cinta sama gue, gue bakalan bebasin lo." sambung James pada Brianca.

Gila! Disaat-saat seperti inipun James masih saja egois, memaksa kehendaknya sendiri dan tidak mementingkan perasaan orang lain.

"Ta-tapi a-aku James,"

"Gada tapi-tapian pokoknya. Ini perintah!" tekan James sambil mengalihkan kepanikan yang melanda dirinya dan berusaha untuk bersikap lebih cool didepan Brianca.

"Sekarang lo harus makan, terus minum obat." ucap James sambil mengambil bubur hangat yang tadi ia bawa dan menyuapinya.

"Aaaa..."

"A-aku bi-bisa sendirian kok," timpal Brianca.

"Lo gak bisa! Ayo buruan."

Brianca berdecak sebal lalu menuruti keinginan James, ia tak bisa melawannya karena pasti James akan keras kepala nantinya.

                                 🍁🍁🍁

Apartement The Connaught, Jakbar...

Bruk!!

Anak buah Mario mendorong tubuh Verro jatuh hingga kebawah lantai. Verro tersungkur dengan keadaan tangannya yang diikat kebelakang.

"Maksud lo apaa hah? Berani-beraninya lo ngeberontak gue dari dibelakang!" bentak Mario pada Verro.

Mario menatap Verro dengan wajah sangarnya. Verro terdiam, ia membisu dan terus tidak membuka suara. Mario memukul berkali-kali rahang Verro hingga kulitnya terlihat memar dan berdarah, lalu menendang tubuhnya hingga ia memuntahkan darah segar dari mulutnya.

"Lo gamau buka suara hah? Fine, gue bakalan buat lo kehilangan suara lo aja sekalian!" jelas Mario.

Verro tertawa kecil dalam keadaannya yang sangat mengenaskan, lalu ia mengeluarkan smirk jahatnya.

"Cuihh, gue begini..., karena lo gak pernah becus urus masalah Amore. Lo selalu ulur waktu terus buat nyerang mereka! Gue muak!" timpal Verro.

"Apa lo bilang sialan? Gak becus? Ulur waktu?"

"Lo denger ya setan, nyerang itu ada waktunya. Kita harus pinter-pinter, kalo nyerang mendadak begini bisa-bisa kita kalah. Anggota kita juga bakalan pada abis!" ucap Mario sambil mensejajarkan dirinya dengan Verro.

"Dan lo lihat sekarang, gara-gara ulah lo masalah kita sekarang makin runyam. Anak- anak juga pada abis dihajar dan ada yang hampir mati. Dan itu semuanya gara-gara lo an**ng!!" sambung Mario dengan  meninggikan suaranya.

"Dan lo harus tanggung akibatnya!"

"Gabisa kayak gini Mar. Kita ini sahabat, dan gue juga backup lo!" timpal Verro.

"Sahabat? Backup lo bilang? Perlu lo ingetin! Gue gak pernah punya Sahabat atau Backup sekalipun yang nusuk gue dari belakang!" bentak Mario sambil menepuk bahu Verro lalu meninggalkannya.

"Abisin dia," ucap Mario kepada anak buahnya.

"Mar, lo gak bisa kayak gini sama gue! Inget dulu perjuangan kita gimana? Mar, Arggh..."

Mario tidak mengidahkan teriakkan Verro dibelakangnya. Ia kecewa, ia tak menyangka bahwa Verro yang di percayainya selama ini kini mengkhianatinya. Tak hanya James, Mario pun ikut terjebak oleh permainan busuk Verro. Dan setelah mendengar kabar itu, Mario yang disuruh pergi berlibur oleh Verro ke Bali langsung pulang saat itu juga untuk membereskan kekacauan yang terjadi.

Satu lagi... Wanita itu, ia juga sempat khawatir dengannya. Dan menanyakan keberadaannya dimana, hingga ia diberi tahu oleh bawahannya bahwa Brianca dibawa kerumah sakit dan sudah diberi perawatan intensif oleh dokter.

Pagi ini juga Brianca telah sadar dan sedang menjalani pemulihan diri. Hal itu membuat hati Mario menjadi lebih lega dan tenang. Lalu tadinya ia ingin membayar semua tagihan biaya perawatannya, namun semua itu sudah dibayar oleh James.
.
.
.

𝗧𝗼 𝗯𝗲 𝗰𝗼𝗻𝘁𝗶𝗻𝘂𝗲𝗱...

BRIANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang