20.MIS HIM

3 0 0
                                    


Malam ini terasa menjadi lebih dingin dibandingkan dari sebelumnya, pukul 00.23 Brianca masih juga belum memejamkan matanya. Ia terduduk di atas kasur busa sambil memeluk erat lututnya. Brianca menatapi lekat-lekat layar Hp-nya, berharap ada notifikasi yang berdering nyaring dari dalamnya.

Perasaan sesak kembali memenuhi dadanya, Brianca kembali menangis. Kegelisahan menguras tenaganya kali ini, ia tak bisa tenang jika James belum juga membalas pesannya.

'James, aku tunggu kamu. Cepatlah pulang... Kali ini aku benar-benar merindukanmu.' batin Brianca sambil menangis tersedu-sedu.

                                🌻🌻🌻

Bandara Heathrow, City of London...

Setelah pintu ter-disarm dengan sempurna, pilot mempersilahkan awak kabin untuk membuka pintu. Lalu James dan papanya dipersilahkan untuk turun dari kabin pesawat pribadinya.

Setelah 16 jam perjalanan, akhirnya James sampai juga di Inggris. Sesampainya di sana, ia dan papanya langsung menuju ke tempat tinggalnya yang berada di tengah kota London. Tak perlu waktu lama, 15 menit perjalanan dari Airport menuju Henley Mansion, akhirnya mereka pun sampai juga.

"James!" seru seorang gadis itu sambil berlari tersenyum kearahnya.

Gadis itu memeluk erat tubuh James, seolah-olah ia amat rindu dengan pria tampan ini karena sudah lama tidak berjumpa.

"My Brotha!" sambung Clairs.

Clairs Williams Partridge... Dia adalah adik perempuan satu-satunya James, perempuan yang paling ia cintai dan sayangi setelah Ibunya dan Brianca...

"You're back! I'm so verry happy."

"Iya-iya, abangmu pulang dek. Udah peluknya, abang bau nih." ujar James, sambil mengelus pucuk kepalanya dan mencubiti pipi gembil Clairs.

"Clairs masih rindu, masih pengen peluk."

"Iya, abang mandi dulu lah. Nanti lanjutin peluknya, gerah nih." sambung James pada Clairs.

Clairs melepaskan pelukannya, lalu ia berlanjut memandangi wajah penat abangnya itu.

"Sebentar-sebentar, kok wajah abang jadi kelihatan lebih tua si? Abang banyak pikiran ya?" tanya Clairs sembari memegangi kedua pipi abangnya itu dengan kedua telapak tangan mungilnya.

James menggeleng. "Enggak."

"Abangmu itu lagi di skors di sekolahnya, dia bikin masalah terus disana. Makanya muka dia jadi kelihatan lebih tua gitu." sambung Simon menyindir keras putranya itu.

"Yang dibilang papa beneran bang?"

"Ah elahh... Orang tua emang susah ya kalo diajakin buat kompromi sama anaknya." ucap James sambil mendelik tajam papanya.

"James kamu masih suka berantem? Kamu kan udah janji sama aku gak bakalan begitu lagi. You cheat me!" desis Clairs.

"Kalo ingkar kan bisa janji lagi hehe."

"Harusnya janji itu di tepatin, bukan malah di sepelein!"

"Iya-iya, bakalan di usahain tar."

"Biwir lo napa tuh jontor begitu? Abis disengat tawon lo ya?" sambung James menginstrupsi adiknya.

Clairs menunjuki bibirnya yang tebal itu, lalu ia berkata. "Ini? Bibir aku tuh abis di filler bang, ini tuh trend tau gak! Emang dasar orang kuno, trend kayak gini aja gak tau!" sambungya sambil memaki James.

"Gapapa kuno, asalkan bibir gue yang imut ini gak membleh kayak lo hahahah." ucap James sambil berlari meninggalkan Clairs.

"Ihh abangg! Dad! Look at your fuckin son!" rengek Clairs pada papanya sambil menghentak-hentakkan kakinya.

BRIANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang