Setelah jam pelajaran habis dan bel pulang sekolah berbunyi, Brianca bergegas meninggalkan kelas. Namun saat sampai depan kelas terlihat ada kerumunan para siswi sedang mengelilingi seorang pria, siapa lagi kalau bukan dia? Si curut James!"Minggir lo pada, gue risih tau gak!"
"Heh lo kenapa lama bangetsi keluarnya, bel kan dah lama bunyi napa baru nongol sekarang?" cetus James pada Brianca sambil menghalau dirinya dari kerumunan masa.
"Kenapa jadi nyalahin aku? Salahin gurunya tuh."
"Lagian kenapa kamu nunggu disini sih? Kan biasanya di parkiran." jawab Brianca.
"Lo tuh kelamaan, gue kira lo kabur. Jadi gue samperin!" balas James ketus.
'Ye dasar biawak rawa bisanya cuman marah-marah mulu' batin Brianca.
Hari ini James tidak lagi membawa motor, ia membawa mobil ferrari merahnya ke sekolah. Sontak hal itu menjadi sorotan mata seluruh isi dan luar sekolah.
Saat di dalam mobil terlihat James yang sedang fokus menyetir, lalu Brianca memulai pembicaraan untuk mencairkan suasana.
"James boleh gak aku minta tambahan waktu liburnya jadi tiga hari?"
"Gak," balasnya dingin.
"James ayolah, aku mau kerja part time buat kebutuhan sehari-hari." bujuk Brianca pada James.
"Emangnya lo gapunya bokap buat hidupin diri lo?" ucap James asal.
"Iya, aku emang gapunya. Makanya aku ngekos sendiri disini! Puas kamu?" timpal Brianca dengan meninggikan suara dan mengalihkan pandangannya kearah kaca mobil.
"Lah kenapa lo marah? Sorry deh, gue kan gatau. Soal itu nanti gue pikirin lagi."
Setelah lima belas menit perjalanan akhirnya merekapun sampai di supermarket dan langsung menuju kedalam..."James kita mau beli apa?" Tanya Brianca sambil membawa troli belanjaan.
"Beli batu. Ya beli bahan makanan lah bego buat lo masakin gue!" ucapnya penuh penekanan.
"Biasa aja kali, aku kan gatau."
Brianca dan James mengelilingi sepanjang rak perbelanjaan. Sayur, buah-buahan, bumbu dapur, makanan ringan dan minuman memenuhi troli belanja. Hingga saat melewati arah area khusus wanita, Brianca membelokkan trolinya.
"Heh mau kemana lo, kita kan mau bayar kekasir?" tanya James penuh keheranan.
"James aku titip ini ya, tar uangnya aku ganti." jawab Brianca sambil menyodorkan sekotak pembalut wanita ke arah wajahnya.
"A-apaan nih? Pembalut? Yaudah ambil aja tar gue bayarin, gratis. Kalo perlu ambil aja yang banyak." timpalnya lalu mengambil pembalut yang Brianca pegang dan melemparnya ke troli.
Hal itu membuat Brianca tertawa geli melihatnya. James memalingkan wajahnya dari Brianca, pipi tirusnya terlihat kemerahan saat itu. Brianca tersenyum kecil, James tidak seburuk itu rupanya.
"Semuanya jadi 952.500 ribu rupiah, ada membernya kak?" ucap kasir itu pada James.
"Gak ada."
Lalu James mengambil Black Card dari dompet kulitnya dan memberikannya. Kasir perempuan itu menyodorkan sebuah mesin EDC padanya, lalu James menekan tombol pin miliknya. Setelah selesai melakukan pembayaran, Brianca membawa plastik besar berisi belanjaannya tadi.
"Biar gue aja yang bawa."
"Gausah kegeeran lo, gue gamau dikira jadi cowok jahat sama orang ngebiarin cewek bawa barang berat." sambungnya ketus.
'Dih ga nyadar diri! Ga sadar apa bahwa kenyataan dirinya memang jahat' batin Brianca.
"Yauda iya," balas Brianca sambil menyerahkan tentengan besar itu padanya.
Setelah sampai parkiran James meletakkan belanjaan dibagasi mobil, lalu menutupnya. Saat James mulai memasuki mobil, tiba-tiba ada seseorang yang menahan kepergiannya.
"Gaya lo anak SMA kek laki berumah tangga aja nganter bini belanja haha."
"Cewek lo tuh? Cakep juga, boleh lah gue ikut icip-icip dikit men." ucap pria berbalut jaket hitam itu pada James.
"Maksud lo apa hah? Jangan pernah lo sentuh dia sedikitpun dan sangkut pautin masalah gue sama dia!" James mencengkeram kuat leher pria itu hingga wajahnya terangkat keatas.
"Lo takut huh? Lord James?" ejeknya sambil tertawa kecil.
Melihat kejadian itu sontak Brianca melerai pertengkaran mereka berdua yang hampir saja akan beradu fisik.
"James udah udah, mendingan kita pergi aja yuk." ucap Brianca sambil menarik lengan James.
Lalu James melepaskan cengkramannya dengan kasar dan berlalu pergi kedalam mobil bersama Brianca lalu pergi meninggalkannya.
"Pengecut lo James, F*ck!" ucap pria itu sambil mengulurkan jari tengahnya.
Lalu pria itu mengeluarkan hpnya untuk menelpon seseorang.
"Hallo, gue barusan ga sengaja ketemu James bareng ceweknya diparkiran supermarket. Sekarang gue tau kelemahan dia apa, kita bakalan umpanin ceweknya buat abisin dia!" ujar pria berjaket hitam itu sambil menutup panggilan ponselnya. Smirk jahat tersimpul rapih di ujung bibirnya, lalu pria itu berlenggang pergi meninggalkan parkiran dengan motor sportnya.
Sementara itu didalam mobil James...
"Sialan, memang bngst si Verro." umpatnya sambil membanting stir mobil.
"Kenapa kamu marah-marah James? Gara-gara cowok tadi ya? Harusnya tadi kamu gausah peduliin dia kalo gini jadinya. Aku kan jadi takut kamu bawa mobil kenceng-kenceng gini."
"Ahh sorry, gue jadi lupa kalo ada lo." balas James sambil memelankan laju mobilnya.
"Hahh, memangnya siapa sih cowok tadi?" tanya Brianca sambil menghela nafas.
"Verro, anak buah Mario dari Gang Tryton yang udah lama musuhan sama gang gue. Dan mereka selalu bikin ulah terus dijalan."
"Kenapa sih kalian para cowok selalu bikin onar? Kamu juga James, kenapa gak ngalah ajasi baikan sama mereka?"
"Lo cewek mana ngerti! Udah diem aja deh, beberapa kali waktu itu gue udah ada niatan baik sama mereka. Dan mereka malah bikin bawahan gue pada kebacok, gue ga terima itu!" bentak James dengan nada suara yang tinggi.
Brianca tersentak lalu terdiam mendengar hal itu dan matanya mulai berkaca-kaca, untuk kesekian kalinya James membentak Brianca. Terkadang, disaat seperti ini Brianca seringkali takut terhadapnya.
.
.
.𝗧𝗼 𝗯𝗲 𝗰𝗼𝗻𝘁𝗶𝗻𝘂𝗲𝗱...