Bab 40 : Perasaan Aneh

17 12 11
                                    

Si Raisa lama bener... padahal dia cuma beli balon.

Itulah batinku sambil mengamati Raisa yang mengobrol dengan sang kakek di sebrang jalan. Terkadang Raisa terlihat berpikir lalu menoleh ke arah ku. Aku tidak tau apa yang dibicarakan tapi rasanya itu begitu penting sebab sampai berbisik-bisik.

Aku tetap menunggu gadis itu sampai dia kembali dengan balon sapi di tangannya dan ekspresi bingung di mukanya.

"Kamu suka sapi?" tanyaku seakan meledeknya.

Dia tak menjawab, sebaliknya Raisa berbalik bertanya padaku. "Raka, kapan bencana itu dimulai?"

"Saat tahun 2048, kan."

"Itu kamu yang bilang atau kamu dari masa depan yang bilang?"

Pertanyaan Raisa membuatku terdiam. Jika dipikir lagi, aku dari masa depan tak pernah menyinggung tentang dimulainya bencana itu.

"Bukannya kamu yang bilang kalo bencana dimulai tahun 2048? Katamu di surat yang kamu dapet, ada tanggal dan tahunnya."

"Oh, yah...." Entah ini hanya perasaan ku atau dia memang terdengar keraguan di suaranya.

Raisa lumayan lama diam. "Bagaimana jika bencana itu bukan dimulai pada tahun itu?"

"Hah ... maksudnya?"

To be continued
__________________

Ingat ini cerpen, bukan novel.
Isinya memang pendek seperti ini.
Ditujukan untuk orang yang ingin malas membaca :).

See you on the next part.

Last Letter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang