"Raisa!" Aku terbangun karena bentakan itu. "Kenapa, Nak? Sakit? Kalo sakit ke UKS ya. Jangan tidur di kelas."
"Gak, Bu. Maaf," kataku sedikit malu. Banyak mata teman memandangku bahkan tertawa kecil. Malu banget!
"Itu air matanya dilap dulu, ya," sarannya sambil memberiku tisu.
Aku mengelap muka ku terutama bagian kedua mataku. Di saat bersamaan juga aku bingung.
Kenapa aku menangis?
Tadi aku mimpi apa? Kayaknya penting deh.
Apa ya...?
Aku sungguh-sungguh melupakan mimpi yang kualami selama beberapa menit itu. Padahal aku merasa aku harus mengingatnya.
Tanpa sadar mata ku bertemu dengan mata Raka yang duduk di samping. Dia seperti tersenyum remeh bahkan mengejek padaku. Entah apa maksudnya.
"Apa?" tanyaku dengan nada rendah padanya.
Raka melempar tawa kecil. "Gapapa. Jelek."
Orang-orang kok aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Letter
Fiksi RemajaRaisa menemukan sebuah surat beramplop di atas mejanya, tetapi dia mengabaikannya. Namun surat yang sama terus mendatanginya. Hingga dia sampai mendapat mimpi yang sama berulang kali. Dia berpikir jika mimpi itu ialah petunjuk yang berhubungan denga...