Bab 42 : Gamang

4 3 2
                                    

Malam ini aku sama sekali tidak bisa tertidur dengan nyenyak. Aku masih terjaga hingga jam 12 malam. Mataku terus menatap jendela dan pintu kamar secara bergantian.

Aku takut. Takut ketika secara tiba-tiba akan ada seseorang yang masuk dengan brutal dan membunuhku.

Tadi aku bilang sama Fajar kalo dia bertemu dirinya di mimpi lagi bilang padaku, tapi katanya dalam mimpinya selalu gelap tak ada cahaya apapun.

Aku bangun dari kasur. Kemungkinan, diri masa depan Fajar sudah mati, pikirku.

"Agh! Aku bingung," keluhku sambil mengacak-acak rambutku.

Aku frustasi pada bencana yang akan datang. Padahal aku sudah berjanji untuk menerima kenyataan, tapi nyatanya aku masih tak menginginkannya.

Pada akhirnya, aku ingin mengubah takdir. Aku ingin bertahan hidup. Aku ingin hidup. Hidup. Hidup.

Aku ... takut mati.

Mati...?

"Tunggu, gimana caranya virus itu menular?"

Aku mengingat kembali semua informasi yang ada. "Virus itu membuat orang menjadi gila lalu dalam hitungan menit akan mati. Terus gimana virus itu menyebar kalo yang terinfeksi sudah mati?"

"Lalu, kenapa aku dan Raka di masa depan mencoba bertahan hidup? Dari apa mereka bertahan, berjuang?"

Aku baru menyadari hal terpenting itu sekarang.

To be continued
__________________

Ingat ini cerpen, bukan novel.
Isinya memang pendek seperti ini.

See you on the next part.

Last Letter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang