Bab 20 : Kencan (2)

14 9 6
                                    

Saat ini aku mengelilingi kota bersama Raka. Tentunya dengan motor matic miliknya. Hari pagi yang cerah, memang enak dibuat untuk healing. Yah, meski itu hanya keliling kota.

"Maaf ya, aku telat. Kamu lama nunggunya?" lontar Raka.

"Hah? Apa? Ga denger!"

"Maaf, tadi aku lama!" Raka sedikit berteriak.

Raisa diam sebentar, memproses ucapan Raka. "Hah?! Apa?!"

"Ah, ga jadi."

Aku mendengus ketika Raka tidak lagi berbicara. Aku rasa dia ingin mengatakan sesuatu, tapi sayangnya aku tidak mendengarnya.

Kami terus berkendara, menghabiskan waktu ke satu tempat ke tempat lain. Hingga tak sadar waktu sudah hampir malam. Lampu-lampu jalanan sudah menyala, jalanan lebih sepi daripada sebelumnya, banyaknya kios-kios makanan yang menyajikan makan malam.

"Deja vu," ucap Raka. Aku mendengarnya dengan jelas kali ini. "Aku pernah kayak gini sama kamu."

"Mimpi kali."

"Iya, di dalam mimpi." Suaranya terdengar lesu dan rendah. "Tapi setelah itu tiba-tiba saja kamu pergi ga tau ke mana, terus banyak bangunan jatuh sampai terbakar."

Aku mendengarnya.

"Seperti dunia sedang hancur, secara perlahan."

Last Letter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang